Lin Xianrong benar-benar tidak bertele-tele. Berdiri di depan mikrofon ia langsung ke inti: "Sejak pensiun, ini pertama kalinya saya kembali ke SMA 1 Qingyang. Alasan kepulangan saya adalah karena dulu pernah berjanji memenuhi satu permintaan Zhou Yi..."
Sambil berkata demikian, ia menoleh memandang Zhou Yi.
Zhou Yi mengernyit bingung, tak kunjung teringat permintaan macam apa yang pernah ia ajukan kepada kepala sekolah tua itu.
Melihat ekspresi bingung Zhou Yi, Lin Xianrong tersenyum: "Sepertinya Zhou Yi sudah lupa, tapi tidak masalah. Saya masih ingat. Saya sudah tua, banyak hal yang tidak bisa diingat, tapi masalah ini selalu saya ingat."
Setelah berkata begitu, dia mengaitkan jarinya ke arah bawah. Putranya dan kepala sekolah Wang Shunquan segera mengangkat sesuatu naik ke panggung.
Tapi tidak ada yang tahu benda apa itu karena tertutup kain merah.
Setelah mengangkat benda itu, mereka berdiri di antara Lin Xianrong dan Zhou Yi.
Zhou Yi juga memandang benda itu dengan wajah penuh kebingungan, tidak mengerti apa ini.
Lin Xianrong menghadap ke guru dan siswa di bawah panggung: "Membicarakan Zhou Yi, sebenarnya sebelum menjadi bintang sepak bola, dia sudah sangat terkenal di SMA 1 Qingyang. Saya rasa banyak guru di sini pasti masih punya kesan mendalam padanya?"
Beberapa guru tertawa, sementara siswa-siswa memandang guru mereka dengan heran - bahkan siswa kelas 3 SMA yang paling senior pun baru masuk sekolah dua tahun setelah Zhou Yi meninggalkan SMA 1 Qingyang. Ketika mereka masuk, Zhou Yi sudah menjadi legenda yang memiliki banyak versi cerita dan berbagai gambaran berbeda.
Tapi apapun gambaran itu, orang-orang selalu toleran terhadap Zhou Yi yang sudah terkenal. Peristiwa memalukan di masa lalu tidak ada yang menyebut lagi, yang beredar adalah citra positifnya, bahkan beberapa hal yang tidak pernah dilakukannya pun dikaitkan padanya.
Guru-guru tentu tidak akan menyebarkan rumor buruk tentang Zhou Yi, sementara "gosip" di kalangan siswa setelah bertahun-tahun sudah berubah menjadi versi yang sama sekali berbeda.
“Zhai Liying menutup mulut sambil tertik, satu kalimat sang kepala sekolah tua langsung mengingatkannya pada ‘si pembuat masalah’ yang dulu selalu membuatnya pusing. Dulu karena Zhou Yi, dia sering jadi bahan olok-olok guru-guru lain.”
“Tak disangka, setelah bertahun-tahun berlalu, ‘si murid nakal’ yang dulu menyebalkannya justru berubah menjadi kebanggaan yang membuatnya ikut merasa terhormat.”
“Teman-teman sekalian yang hadir mungkin belum tahu, kebanggaan SMA 1 Qingyang kita, siswa Zhou Yi… dulu adalah ‘si pembuat masalah’ yang bikin pusing para guru dan kepala sekolah lho——” Lin Xianrong sengaja memanjangkan suaranya.
Zhou Yi di belakang panggung mendengar arah pembicaraan yang mulai melenceng—— Kok malah mau membongkar sejarah kelamku?
Lin Xianrong dengan ekspresi hidup mulai bercerita tentang keisengan Zhou Yi dulu—— Dia memalsukan foto pakai PS dengan seragam Timnas China, lalu mencetaknya dan menggantungkannya di dinding kehormatan sekolah, berpura-pura sebagai alumni sukses hasil didikan SMA Qingyang.
Cerita seperti ini sangat segar bagi para siswa di bawah panggung. Mereka tertawa terbahak-bahak sambil berguling-guling mendengarnya.
Siapa yang tega memalsukan diri sebagai selebritas pakai foto sendiri? Cuma buat digantung di dinding kehormatan?
Ini benar-benar di luar dugaan, ternyata bintang besar sekarang punya masa lalu konyol seperti ini.
Zhou Yi di belakang kepala sekolah tua terus menggaruk-garuk kepala sambil tersenyum kecut. Ditertawakan murid-murid? Dia malah santai saja. Meski ini salah satu ulah isengnya, tapi dia tidak merasa malu.
……
Lin Xianrong berhenti sejenak di akhir ucapannya, lalu berkata: "Siapa yang menyangka dulu anak kikuk yang cuma bisa pake foto palsu pakai PS itu, sekarang benar-benar menjadikan PS sebagai kenyataan?"
Perkataan ini memicu renungan banyak orang. Ekspresi murid-murid yang sebelumnya tertawa terbahak-bahak pun berubah serius.
Memalsukan foto selebriti pakai PS memang tindakan bodoh. Tapi ketika orang itu berjuang menjadi selebriti sungguhan, itu bukan lagi kebodohan. Malah sangat inspiratif.
Kebodohan masa lalu justru berubah menjadi bukti kesungguhan dan kegigihan dalam mengejar idealisme.
Lin Xianrong menoleh ke Zhou Yi: "Masih ingat janjiku di kantor dulu? Asalkan kamu bisa memimpin Tim China masuk Piala Dunia, foto aslimu akan dipajang di Dinding Kehormatan SMA 1 Qingyang. Sekarang..."
Ia berjalan mendekati benda misterius tertutup kain merah. Saat kain dibuka, terpampang foto Zhou Yi berseragam Tim China sedang menendang bola di lapangan.
Zhou Yi sudah menebak isi di balik kain merah sejak kepala sekolah tua itu bercerita. Karena itu, ia tak terkejut melihat fotonya.
Justru sorak-sorai pecah dari para siswa di bawah panggung.
"Bagus!!"
"Keren banget!!"
Para pemuda bertepuk tangan riuh sambil bersiul nyaring.
Suasana langsung menjadi sangat meriah.
Lin Xianrong melanjutkan setelah keriuhan sedikit mereda: "Zhou Yi, kamu sudah menepati janji, jadi saya juga akan menepati janji."
Zhou Yi membungkuk hormat kepada kepala sekolah tua itu, kemudian maju dan memeluk Lin Xianrong erat-erat.
Meski sudah mengetahui hasilnya, saat mendengar kalimat terakhir sang kepala sekolah tua, hatinya tetap tersentuh.
Seseorang yang menganggap serius janji kekanak-kanakan lalu merealisasikannya... Tak heran kepala sekolah tua ini selalu dihormati oleh para alumni SMA 1 Qingyang dari masa ke masa.
"Baiklah, sekarang sampaikan pesanmu untuk adik-adik kelas."
Lin Xianrong menepuk bahu Zhou Yi, lalu mendorongnya ke depan mikrofon.
Zhou Yi menarik napas dalam-dalam, memandangi wajah-wajah penuh senyum dengan sorot mata penuh kekaguman di bawahnya.
Ia mulai berbicara: "Tenang saja, ini bukan pidato resmi para pejabat..."
Semua orang pecah dalam gelak tawa.
"Terima kasih sudah rela menghadapi terik matahari untuk menghadiri... acara ini." Zhou Yi menunjuk foto di belakangnya. "Melihat diri sendiri benar-benar terpampang di dinding kehormatan SMA 1 Qingyang, rasanya aneh sekaligus tidak nyata. Janji yang dulu diucapkan kepala sekolah tua, bahkan saya sendiri sudah lupa, tak menyangka Bapak masih ingat..."
Saat mengucapkan ini, Zhou Yi menoleh dan sedikit membungkuk hormat ke arah Lin Xianrong.
Lin Xianroy tersenyum sambil melambaikan tangan, menyuruhnya tidak perlu sungkan.
“Sebenarnya aku juga tidak tahu harus berkata apa pada kalian... Aku bukan mentor hidup, juga tidak berhak menjadi mentor hidup siapapun. Hidup masing-masing orang adalah milik sendiri, cara menjalani dan melangkah adalah urusan pribadi. Pengalamanku mungkin juga tidak berguna bagi kalian. Jadi aku tidak akan memberikan motivasi klise di sini.”
Banyak orang sukses yang selalu membanjiri pendengar dengan "motivasi klise" mereka saat mendapat kesempatan berbicara di depan umum. Bagi mereka, ini mungkin benar-benar sup penyegar jiwa, tapi belum tentu bagi pendengarnya. Tidak semua pengalaman bisa diterapkan secara universal.
Prinsip "Apa yang manis bagi orang lain bisa jadi racun bagi kita" memang berlaku di sini.
Tapi anehnya, para orang sukses justru menikmati perlakuan spesial sebagai "mentor hidup", terus mempromosikan resep kesuksesan mereka kapanpun ada kesempatan.
Zhou Yi justru mengambil jalan berlawanan, membuat semua guru dan siswa yang hadir terkejut.
“Mungkin kalian melihatku seperti pemenang hidup, tapi sebenarnya ada penyesalan yang kusimpan. Menyesal apa? Contohnya, aku sangat menyesal tidak bisa mendapatkan ijazah SMA...”
Begitu kata Zhou Yi, ruangan pun kembali riuh oleh gelak tawa.
Seorang bintang besar malah menyesali tidak punya ijazah SMA? Bukankah ini lucu?
Zhou Yi juga ikut tertawa, seolah baru melontarkan lelucon yang cukup berhasil.
Namun setelah tawa semua orang perlahan mereda, barulah dia tersenyum dan berkata, "Jangan anggap saya bercanda, saya serius. Masa SMA adalah pengalaman penting bagi saya, tapi saya tidak menyelesaikannya. Ini penyesalan seumur hidup saya. Saya harap kalian bisa lulus tanpa menyesali masa SMA kalian. Dan yang terpenting…"
Zhou Yi sengaja berhenti sejenak di sini, menggoda rasa penasaran semua orang——Apa yang penting?
"Nanti kalian bisa bilang ke orang lain——Ada satu hal yang kalian punya, tapi Zhou Yi tidak! Apa itu? Tentu saja ijazah SMA!" Zhou Yi menirukan nada bicara itu dengan semangat.
"Wahahahaha!"
Di bawah panggung, ada yang tertawa sampai membungkuk, ada yang tertawa sambil bersandar ke belakang hingga harus menyandarkan diri ke teman di belakang agar tidak jatuh. Semua orang tertawa terbahak-bahak.
"Terakhir, saya benar-benar berharap kalian semua memiliki masa SMA yang menarik, tanpa penyesalan! Terima kasih! Terima kasih untuk kalian semua!"
Di bawah tepuk tangan meriah guru dan siswa, Zhou Yi membungkuk hormat lalu mundur dari panggung.
……
Zhou Yi bersama semua orang menyaksikan fotonya digantung di dinding kehormatan. Kemudian atas permintaan mereka, dia berdiri di bawah fotonya untuk foto kenangan spesial.
Setiap siswa SMA 1 Qingyang yang melewati foto ini nantinya akan menoleh dan tahu, sekolah mereka pernah memiliki bintang sepak bola kelas dunia.
Dia adalah kebanggaan SMA 1 Qingyang, digantung di dinding kehormatan, menatap setiap siswa yang melintas di bawahnya.
Saat itu nanti, di SMA 1 Qingyang pasti akan beredar berbagai legenda tentang Zhou Yi. Namun apakah dalam legenda-legenda itu termasuk kisahnya memalsukan fotonya pakai PS lalu menggantungnya di dinding, itu belum diketahui...
(Volume Keempat Selesai)
Volume Kelima
