Pertandingan terakhir Tim China di babak 10 besar adalah bertandang ke Australia.
Pertandingan ini sudah tidak berarti lagi bagi China. Tapi bagi Australia, ini sangat penting.
Karena mereka harus memperebutkan posisi peringkat ketiga grup agar bisa mengikuti play-off. Play-off akan mempertemukan dua tim peringkat ketiga grup secara kandang-tandang. Pemenangnya lalu bertanding dua kali lagi melawan peringkat kelima Amerika Selatan untuk lolos ke Piala Dunia Brasil.
Jalan ini tidak mudah bagi Australia, tapi satu-satunya jalan yang bisa ditempuh.
Kabar baiknya, Oman yang semula di peringkat ketiga grup kalah dari Tim China di kandang sendiri, membuat Australia belum tertinggal jauh dari Oman.
Saat itu Australia berhasil imbang 1-1 di kandang lawan Jepang, mengumpulkan 4 poin, hanya selisih 1 poin dari Oman.
Masih ada dua pertandingan kualifikasi tersisa untuk Australia, sementara Oman hanya punya satu pertandingan. Ini memberi kesempatan Australia untuk menyalip Oman.
Tapi pertama-tama mereka harus mengalahkan kompetitor lain, Qatar.
Di putaran yang sama saat Tim China mengalahkan Jepang, Australia menghancurkan Qatar 4-0 di kandang sendiri, mengumpulkan 7 poin dan melampaui Oman untuk menjadi peringkat ketiga grup.
Pada laga terakhir fase grup, Australia hanya perlu bermain imbang dengan Tim China, sementara Oman tidak mengalahkan Qatar dengan skor besar di kandang lawan, maka Australia bisa lolos ke babak berikutnya.
Namun sebagai langkah antisipasi, target Australia tetap mengalahkan China di kandang sendiri.
Absennya lima pemain naturalisasi China memberi harapan kemenangan bagi Australia.
Seandainya China datang dengan pilar utama ke kandang Australia, mungkin Australia tidak yakin bisa menang. Kemampuan tim China sudah mereka buktikan saat bertandang ke China sebelumnya.
Untungnya Australia mendapat berkah, China yang sudah mencapai target lebih dulu melakukan rotasi skuad. Para pemain naturalisasi pimpinan Zhou Yi bahkan tidak ikut ke Australia.
Meski ada media Australia yang menyindir kebijakan China dengan menyebut "China meremehkan Australia", artikel itu langsung dibanjiri komentar suporter di bagian komentar: "Kami justru ingin diremehkan China!" "Media tidak usah omong kosong, buat apa memprovokasi China jika malah merusak peluang lolos kita?"
……
"Magang" timnas Yan Min akhirnya mendapat kesempatan tampil melawan Australia. Meski hanya sebagai pemain pengganti di menit ke-80,
bagi dirinya ini adalah 10 menit bersejarah.
Penampilannya menandai resminya status sebagai Pemain timnas, karena sudah memiliki catatan pertandingan resmi bersama timnas.
Saat Yan Min tampil, skor pertandingan adalah 1-0 dengan Australia yang bermain di kandang sendiri unggul.
Jadi sebenarnya Yan Min tidak sekadar menambah pengalaman. Gao Hongbo benar-benar berharap dia bisa memanfaatkan kemampuan dribel dan penetrasinya untuk menciptakan kesempatan menyamakan skor bagi Tim China.
Yan Min tampil sangat aktif setelah masuk, namun sayangnya semangatnya sendirian tidak mampu menggerakkan seluruh tim.
Akhirnya, Tim China kalah 0-1 dari Australia di kandang lawan.
Pertandingan ini tidak penting, apalagi dimainkan di kandang lawan, ditambah formasi Tim China yang "tidak lengkap" - Zhou Yi dkk tidak hadir, justru banyak pemain muda yang tampil.
Bagi banyak orang, pertandingan seperti ini bisa disebut sebagai "latihan untuk tim".
Jadi kekalahan pun tidak masalah, yang penting tim mendapat latihan dan akumulasi pengalaman.
Suporter dan media China menjadi sangat toleran dan pengertian setelah timnas mereka lolos ke Piala Dunia.
Bahkan para pemain Tim China sendiri tidak menganggap kekalahan ini sebagai masalah besar.
Hanya Yan Min yang kesal, merasa jika semua bermain lebih gigih, masih ada harapan untuk menyamakan skor.
Dia sangat tidak puas dengan hasil akhir ini.
Awalnya para pemain timnas juga merasa kecewa setelah kalah. Namun suasana berubah begitu masuk ruang ganti, entah karena sudah punya waktu mencerna kekalahan, atau karena tidak ada kamera yang merekam sehingga tidak perlu menyembunyikan ekspresi dan pikiran mereka.
Singkatnya, di ruang ganti semua bercanda dan tertawa. Ada yang bersemangat membayangkan perlakuan spesial seperti apa yang akan mereka terima saat pulang ke tanah air, memicu minat semua orang. Diskusi besar pun berkembang dengan tema ini di ruang ganti.
Dengan antusias mereka berdiskusi: apakah setelah pulang akan ada pengusaha yang mengajak mereka bikin iklan? Bisakah negosiasi ulang kontrak dengan klub? Soalnya beberapa di antara mereka sudah layak disebut "Pemain timnas" - status berbeda tentu nilai pasar berbeda. Gaji tahunan, hadiah uang, semuanya harus naik dong!
Ada juga yang memikirkan apakah bisa masuk daftar 23 pemain resmi timnas untuk Piala Dunia setahun lagi. Ini jadi "panggung" dimana pemain muda mulai menjilat senior-senior mereka.
Di tengah keriuhan ruang ganti yang mirip pasar sayur itu, ada satu orang yang diam seribu bahasa sementara amarahnya terus menggelembung.
Pada akhirnya, dia tak bisa menahan diri lagi.
Yan Min berteriak ke arah rekan setim yang asyik berdiskusi: "Kalian mikir apa sih!"
Yang lain sedang asyik-asyiknya ngobrol, tiba-tiba diteriaki Yan Min sampai bengong semua. Tak ada yang paham apa yang terjadi.
Melihat rekan setim yang bingung itu, Yan Min berkata dengan wajah merah padam: "Gimana sih kalian? Kita kan KALAH, bukan MENANG!"
Beberapa orang bingung, merasa kemarahan Yan Min sama sekali tidak masuk akal. Mereka membuka tangan sambil berkata pada Yan Min: "Ada apa, Yan Min? Ini cuma pertandingan tidak penting, kita sudah lolos, pelatih juga tidak memberi perhatian khusus. Kalau tidak, kenapa Zhou Yi dan yang lain sudah pulang lebih dulu..."
Yan Min memotong dengan keras ucapan orang itu: "Bagi Zhou Yi dan kawan-kawan, mungkin ini memang pertandingan tidak penting! Tapi bagi kami, tidak!"
Sikap keras Yan Min ini menimbulkan ketidaksukaan anggota lain di ruang ganti - Apa hakmu sebagai 'magang' di timnas untuk menceramahi kami?
Seseorang berkomentar: "Ini kandang lawan, separuh pemain inti tidak datang. Kita hanya kalah satu gol, sudah cukup bagus. Apa yang tidak kamu puaskan, Yan Min?"
"Tentu saja tidak puas! Karena sebenarnya kita punya peluang untuk menang!"
Ucapan Yan Min mengejutkan semua orang. Begitu kata-katanya keluar, mereka langsung memandangi Yan Min seperti melihat idiot.
"Pfft!" Salah satu dari mereka tak bisa menahan tawa.
"Bahkan Zhou Yi dan kawan-kawan pun tidak berani bilang pasti menang di kandang Australia. Si 'magang' kita ini mulutnya mudah sekali bicara menang!"
"Kenapa tidak bisa menang? Kita hanya kalah satu gol. Kalau bisa cetak dua gol dalam pertandingan, kan bisa menang 2:1!" Yan Min berkata dengan nada seolah itu hal yang wajar.
Seseorang melirik ke atas: "Pertandingan sepak bola bukan soal 1+1=2! Bagaimana kamu tahu kalau kita cetak dua, mereka tidak bisa cetak tiga gol?"
Yan Min membelalakkan matanya melihat rekan setim yang berkata begitu: "Apa? Li Yang, kenapa kamu malah membela lawan kita? Apa kamu tidak ingin kita menang?"
Li Yang bingung menghadapi serangan Yan Min, tertegun sejenak lalu marah: "Ngapain aku ngobrol sama si tolol kaya kamu!"
Setelah itu dia berbalik dan melanjutkan aktivitasnya, tidak menghiraukan Yan Min lagi.
Yang lain juga merasa tidak bisa berdebat dengan Yan Min yang terkenal "tolol" di timnas, memilih mengabaikannya. Kalau ditanggapi malah makin menjadi, mereka tidak ingin bertengkar saat ini.
Lagipula siapa yang tahu apakah si tolol Yan Min masih ada di lokasi pelatihan timnas berikutnya?
Kali ini dia bisa masuk timnas cuma karena hoki.
Selama tiga pertandingan di timnas, cuma main sepuluh menit terakhir tanpa performansi berarti, mungkin tidak akan ada kesempatan lagi.
Tidak perlu berdebat dengan si tolol yang mungkin tidak akan ketemu lagi...
Dengan pemikiran itu, mereka berhenti berdebat dan memperlakukan Yan Min seperti udara.
Yan Min yang tidak dihiraukan sama sekali tidak mengerti reaksi rekan setimnya.
Kenapa mereka tidak paham? Bagi Zhou Yi dkk, ini mungkin pertandingan tidak penting. Tapi Yan Min yakin bagi para pemuda seperti mereka, pertandingan ini harus dimenangkan. Kesempatan mewakili timnas sangat langka, setiap pertandingan sangat krusial. Harus manfaatkan kesempatan untuk menunjukkan diri.
Tapi kesempatan itu malah dihambur-hamburkan begitu saja.
Yan Min hanya menyesal karena dirinya masuk sebagai pemain cadangan, dan hanya punya waktu sepuluh menit untuk menunjukkan performa. Jika diberikan waktu penuh 90 menit, bukan hanya hasil imbang dengan Australia, bahkan mengalahkan Australia pun dia yakin bisa. Itulah mengapa dia bilang masih ada harapan menang.
Sayangnya, maksud baiknya sama sekali tidak dipahami orang.
Dalam hati, dia mengumpat: "Dasar orang tak bisa diajak berunding!"
