“……Dalam pertandingan persahabatan yang berlangsung semalam，Borussia Dortmund yang berkunjung ke China mengalahkan Shanghai Chongming 5:0 di Stadion 80.000 Shanghai. Tapi jalannya pertandingan tak semudah skor yang terlihat……Pertandingan menjadi penuh klimaks di 15 menit terakhir……Gelandang sayap muda Shanghai Chongming，Yan Min，tampil sangat aktif. Di menit ke-76，usaha tembakannya setelah sukses menembus pertahanan menghantam tiang gawang……”
Televisi sedang menayangkan highlight pertandingan tadi malam，dengan narasi dari penyiar berita.
“Lalu di menit ke-85，Chongming kembali mendapat kesempatan emas. Masih dari penetrasi Yan Min di sayap yang menciptakan ancaman mematikan……Saat umpan silangnya ke area tengah，Wu Lei yang menyambut dengan sundulan justru melambung tinggi……”
“Menit ke-88 Chongming kembali mendapat peluang serangan balik. Yan Min menerima operan dari Wu Lei lalu membawa bola dengan kecepatan tinggi di sisi lapangan, namun saat mendekati area penalti Dortmund, dia dijatuhkan oleh bek tengah Dortmund Höhnschuh. Pelanggaran ini membuat Höhnschuh mendapat kartu kuning dan memicu protes keras dari Yan Min... Akhirnya, Borussia Dortmund mengalahkan Shanghai Chongming 5:0, meraih kemenangan kedua dalam tur mereka di China...”
“...Yang mengejutkan, Zhou Yi dan Reus bukanlah pusat perhatian dalam pertandingan ini. Sorotan justru tertuju pada pemain muda Yan Min (kelahiran 1994) yang sebelumnya kurang dikenal. Setelah masuk sebagai pemain pengganti, Yan Min berulang kali mengancam gawang Dortmund dan menciptakan banyak peluang bagi Chongming. Jika bukan karena nasib sial, Chongming seharusnya bisa mencetak minimal tiga gol...”
“Dalam pertandingan eksibisi kemarin malam, pemain muda kota kami Yan Mun tampil gemilang dan menyedot perhatian yang seharusnya ditujukan pada bintang-bintang seperti Zhou Yi dan Reus! Performanya layak diacungi jempol dengan kecepatan dan teknik individu sebagai senjata pamungkas. Dengan dua keunggulan ini, dia berhasil mengacak-acak lini pertahanan Dortmund setelah masuk sebagai substitusi...”
“……Setelah pertandingan, Zhou Yi secara aktif mencari Yan Min. Setelah berbicara beberapa patah kata, dia melepas seragamnya dan mereka saling bertukar seragam… Ini pertama kalinya Zhou Yi memulai pertukaran seragam selama tur di China. Saya rasa ini juga bentuk dorongan Zhou Yi kepada Yan Min yang tampil gemilang.”
……
Berbeda dengan pertandingan sebelumnya, media China secara besar-besaran meliput pertandingan kali ini. Namun pemeran utama dalam pemberitaan sebelumnya adalah Borussia Dortmund dan Zhou Yi. Kali ini, Yan Min yang menjadi sorotan.
Yan Min, pemain yang sebelumnya hanya dikenal di kalangan terbatas Shanghai, dalam semalam menjadi sensasi nasional. Melalui satu pertandingan komersial, publik China mulai mengenal pemuda berani bak "Anak Sapi Baru Lahir Tidak Takut Harimau" ini.
Dunia maya ramai membahas Yan Min. Suporter Shanghai Chongming menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkannya secara lebih luas. Meski telah terpilih ke timnas dan sempat tampil sebentar, popularitasnya masih jauh dari kategori selebritas.
Pertanyaan membosanan seperti "Siapa yang lebih layak mewakili sepak bola Shanghai antara Chongming dan Shenhua" secara alami terlupakan setelah pertandingan…
……
Media dan suporter China bersemangat dengan performa Yan Min. Namun internal Borussia Dortmund tetap tenang. Bagi mereka, pertandingan komersial ini hanyalah urusan bisnis biasa. Segala kejadian selama pertandingan kehilangan pengaruhnya begitu pertandingan berakhir, tidak akan melekat lama dalam ingatan para pemain.
“Keesokan harinya mereka meninggalkan Shanghai dan terbang menuju kota pertandingan berikutnya, ibu kota China Beijing.”
Di dalam pesawat, Mark yang duduk di sebelang Zhou Yi terbangun dari kantuknya dan terkejut melihat seseorang berdiri di sampingnya – pelatih kepala tim Klopp.
Melihat Mark membuka mata, Klopp memperlihatkan gigi putihnya sambil berkata: “Hei Mark, keberatan tukar posisi sementara denganku?”
Meski tak mengerti situasinya, Mark secara refleks mengangguk memenuhi permintaan pelatih kepala tersebut.
“Bagus.” Klopp mengaitkan jari tanda menyuruh Mark berdiri, lalu duduk menggantikan posisinya.
Saat Mark berbalik mencari posisi Klopp, direkturnya Zorc sudah menghadang di depannya.
Zorc hanya tersenyum, membuat Mark geser memberi jalan.
“Terima kasih,” ujar Zorc sambil mendekati Klopp yang sedang membangunkan Zhou Yi yang tertidur.
“?” Zhou Yi kebingungan melihat orang di sampingnya tiba-tiba berganti.
Klopp langsung ke inti percakapan: “Zhou Yi, mari kita bahas pertandingan kemarin.”
“?” Ekspresi Zhou Yi semakin bingung.
Zorc lebih langsung: "Bagaimana pendapatmu tentang pemain nomor 28 lawan itu, Zhou Yi? Setelah pertandingan kamu sengaja mencarinya untuk mengobrol dan bertukar seragam..."
Zhou Yi baru menyadari situasinya. Otaknya bekerja cepat, tapi dia tidak langsung menjawab malah balik bertanya: "Apakah tim tertarik padanya?"
Zorc tersenyum tanpa bicara. Klopp bertanya dengan nada netral: "Menurutmu bagaimana dia?"
"Cukup bagus." Zhou Yi memberi jawaban positif. "Punya kecepatan, teknik, dan keberanian. Hanya fisiknya agak lemah, tapi menurutku itu bukan masalah besar. Minimal masih lebih kuat dari saya dulu." Dia menyelipkan candaan diri sendiri.
Klopp tersenyum lebar, teringat kondisi fisik Zhou Yi di masa lalu. Sekaligus dia berpikir mungkin Zhou Yi sedang memberi hint dengan contoh dirinya - jika fisiknya yang dulu bisa dilatih, apalagi pemain 28 yang kondisinya lebih baik?
Mendengar penjelasan Zhou Yi, Klopp mengelus dagu dan merenung. Performa Yan Min kemarin memang meninggalkan kesan mendalam. Kecepatannya tak kalah dari pemain bintang Eropa yang mengandalkan kecepatan. Yan Min tidak terlalu tinggi, perkiraan seukuran Zhou Yi. Kaki yang tidak terlalu panjang justru membuat frekuensi langkahnya cepat, meningkatkan jumlah sentuhan bola sehingga lebih mudah mengontrol permainan.
"Tapi yang paling membekas di benak Klopp bukanlah kecepatan atau teknik Yan Min, melainkan semangat pantang menyerahnya."
"Setelah dihadang pelanggaran Höhnschuh, dia tetap tak berhenti mencari celah mencetak gol. Selagi bola masih di kakinya, dia terus menerjang pertahanan Dortmund, menyusahkan bek-bek mereka. Meski sudah tiga kali gagal dalam pertandingan ini, seolah tak ada efeknya sama sekali."
"Dari awal yang kontroversial saat berebut bola dengan Piszczek sampai sorakan dukungan dari seluruh suporter di menit akhir."
"Semua perubahan ini tak luput dari pengamatan Klopp."
"Pemuda yang tak kenal lelah dan tak pernah kehilangan semangat ini... sungguh menarik."
……
"Sambil mengecup dagu berpikir, Zorc yang bersandar di sandaran kursi depan bertanya pada Zhou Yi: 'Kamu kenal dekat dengannya?'"
"Iya. Dulu dia pernah syuting acara realitas di Dortmund sebagai peserta. Waktu itulah kami berkenalan..."
"Zorc terkejut: 'Dia pernah ke sini?'"
"'Bermain melawan tim junior Borussia Dortmund. Seperti pengalamanku dulu...' jelas Zhou Yi."
"'Lalu scout kita ngapain aja?!' Mendengar Yan Min sudah berinteraksi dengan Dortmund sejak lama, Zorc kesal dengan kinerja anak buahnya."
Zhou Yi segera menjelaskan: "Performansi Yan Min saat itu sebenarnya juga tidak terlalu bagus, dibandingkan dengan kemarin, hanya semangatnya yang lebih membara sebagai satu-satunya kelebihan, selain itu... semuanya adalah kelemahan."
"Baiklah..." Zorc menerima penjelasan Zhou Yi, lalu mengajukan pertanyaan lain. "Lalu apa yang kamu katakan padanya setelah pertandingan kemarin?"
……
Yan Min menggantungkan seragam Borussia Dortmund milik Zhou Yi di hanger dan menempelkannya di dinding.
Ia mundur selangkah, menatap seragam kuning-hitam itu. Bagian belakang seragam menghadap ke arahnya, yang paling mencolok tentu nomor punggung "23" dan nama "ZHOU" di atasnya.
Nomor punggung Zhou Yi di klub adalah dua puluh tiga. Saat pertama kali masuk timnas, dia juga memakai nomor 23. Setelah mengukuhkan posisi inti di timnas, banyak yang mengira dia akan memilih nomor 10 yang melambangkan pemain inti dan bintang utama sebuah tim - nomor yang didambakan setiap pemain.
Tapi Zhou Yi tidak melakukannya. Dia tetap memilih nomor 23.
Waktu itu seorang wartawan pernah bertanya apakah obsesinya pada nomor 23 karena dia penggemar Michael Jordan "Si Manusia Terbang" basket. Bagaimana jawaban Zhou Yi saat itu?
Yan Min masih ingat.
Zhou Yi memulai dengan memuji prestasi Jordan di dunia basket, lalu dengan rendah hati menyatakan tidak berani disetarakan dengan Jordan. Alasan memilih nomor 23 murni karena saat mengikuti audisi final acara realitas sepak bola dulu, dia berada di peringkat terakhir dari 23 peserta - tepatnya posisi ke-23.
Jadi penggunaan nomor 23 hanya untuk mengingatkannya bahwa dulu dia pernah menjadi yang terburuk, bukan sosok hebat.
“Saat itu media juga memuji Zhou Yi sebagai perwakilan ‘tidak melupakan niat awal, baru bisa mencapai akhir’.”
Meski Yan Min selalu ingin membuktikan diri di depan Zhou Yi, sebenarnya dia sangat menyukai Zhou Yi, bahkan ada sedikit kekaguman. Kalau tidak, dulu dia tidak akan benar-benar mendengar nasihat Zhou Yi padanya.
Saat itu dia sangat senang pemain favoritnya memiliki sikap seperti itu, dan diam-diam selalu menuntut diri sendiri untuk belajar dari Zhou Yi, agar ‘tidak melupakan niat awal’.
Pertandingan kemarin meski kalah, Yan Min merasa sudah sesuai dengan niat awalnya. Seragam ini mungkin adalah hadiahnya.
Dia teringat ucapan Zhou Yi saat bertukar seragam dengannya kemarin.
“Bagus, kau benar-benar membuat kami jadi penjahat.” Saat itu Zhou Yi tersenyum ke Yan Min. “Bagus bagus, masih sama seperti dulu.”
Yan Min tentu tahu maksud ‘dulu’ itu tahun berapa dan ‘sama seperti dulu’ maksudnya, dia tersenyum malu. Dirinya dulu benar-benar terlalu kekanak-kanakan... Tentu sebenarnya sekarang juga masih begitu, tapi dia sendiri tidak menyadarinya.
“Sayang sekali beberapa kesempatan itu tidak bisa jadi gol.” Zhou Yi menggelengkan kepala.
“Kami kurang beruntung.” Saat membicarakan ini, nada Yan Min masih terdengar tidak menerima.
Tak disangka Zhou Yi tidak membantah, malah mengangguk setuju: “Benar, kurang beruntung.”
Lalu dia melepas seragamnya dan menyerahkan ke Yan Min: “Sebagai kompensasi.”
……
Setelah lama menatap seragam itu, Yan Min yang masih bertelanjang dada melepas seragamnya lalu mengenakan seragam Zhou Yi.
Kemudian dia berjalan ke depan cermin, melihat dirinya yang mengenakan seragam Borussia Dortmund di cermin. Terlihat cukup meyakinkan?
