Setelah babak kedua dimulai, semua menantikan pertandingan yang lebih menarik. Tapi beberapa menit kemudian, Sven Bender merasa tubuhnya tidak nyaman setelah terlalu keras bertahan.
Melihat kondisinya, Klopp di pinggir lapangan langsung cemas. Dia cepat mengambil keputusan, memanggil Sebastian Kehl untuk pemanasan dan bersiap menggantikan Sven Bender.
Tiga menit kemudian, Sven Bender ditarik keluar.
“Sepertinya Sven Bender mengalami cedera ringan selama pertandingan. Klopp menggantikannya sebagai tindakan hati-hati. Semoga tidak terlalu parah... Tapi ini berita buruk bagi Borussia Dortmund. Peran Sven Bender dalam intercept di lini tengah sangat vital... Mungkin substitusi ini akan menjadi titik balik pertandingan?”
Marcel Leif berspekulasi.
Jika tebakannya benar, suporter Bayern München pasti senang.
Kualitas kompetisi Piala Super Jerman jauh di bawah gelar liga dan Piala Jerman, bahkan lebih rendah dari Piala Super Eropa. Kompetisi ini pernah dihentikan sementara.
Kalau bukan karena persaingan sengit antara Borussia Dortmund dan Bayern München dalam beberapa tahun terakhir, pertandingan ini tidak akan mendapat perhatian besar dari media dan suporter.
Di Piala Super Jerman musim lalu, Dortmund kalah dari Bayern München, dan sempat dianggap sebagai awal kemunduran Dortmund. Namun kenyataan membalas keras keraguan itu - Dortmund tidak hanya tidak merosot, malah meraih Champions Eropa di musim tersebut.
Klaim bahwa hasil Piala Super Jerman bisa menentukan liga adalah tidak masuk akal. Tapi setiap pertandingan antara dua tim ini tetap penting meski tidak terkait masa depan.
Terutama setelah transfer musim panas ini, permusuhan antara kedua klub semakin dalam.
Tidak ada yang mau kalah dari rival, meski dalam kompetisi yang kurang prestisius, toh tetap akan ada juara yang ditetapkan.
……
Turunnya Sven Bender memang berdampak negatif pada pertahanan di lini tengah Dortmund. Menghadapi serangan habis-habisan Bayern München, tekanan di lini tengah-belakang Dortmund sangat besar.
Akhirnya pada menit ke-54, gelandang Bayern München melancarkan serangan. Toni Kroos menguasai bola di tengah lapangan, memanfaatkan serangan balik melawan Borussia Dortmund. Ia mengoper bola ke ruang kosong lebar di sisi kanan. Di sana, kapten Bayern München, Lahm, berhasil menyambut umpan tersebut.
Setelah menerima bola, Lahm tidak berlari terlalu jauh membawa bola. Hanya dalam dua langkah, ia langsung mengirimkan umpan silang ke dalam area penalti sebelah kanan.
Upan silang dengan lengkungan tinggi ini berhasil melewati bek-bek Dortmund yang terburu-buru mundur bertahan, mengarah tepat ke titik jauh.
Robert Lewandowski di depan berhasil menarik perhatian para bek Dortmund, memberikan kesempatan kepada Robben yang berada di titik jauh. Menghadapi umpan akurat dari Lahm, Robben menyundul bola dengan sempurna!
Bola mengarah ke sudut jauh. Weidenfeller yang berbalik cepat ke sudut dekat menjadi kewalahan. Dengan refleks kiper, ia melompat dan merentangkan tangan, namun gagal menghalau bola yang melesat melewatinya masuk ke sudut jauh gawang...
"ROBBEN--!!! OHH! Ia menyamakan skor untuk Bayern München!!" teriak Marcel Leif penuh semangat. Komentator ini menginginkan pertandingan yang lebih seimbang agar semakin menarik. "Gol ini mengembalikan kedua tim ke garis start yang sama! Keunggulan Dortmund di babak pertama gagal dikonversi menjadi gol dan keunggulan lebih besar. Pertandingan ini semakin seru!"
"Para suporter Bayern München yang sedikit jumlahnya, mengikuti Bayern München ke kandang lawan, bersorak-sorak di tribun. Meskipun suara mereka segera ditenggelamkan oleh siulan suporter Borussia Dortmund, para suporter Bayern München tidak peduli. Saat ini mereka bahkan senang mendengar siulan suporter Borussia Dortmund, karena itu berarti para suporter Borussia Dortmund qi mereka hampir meledak di paru-paru!"
"Aaaaa——!" Saat Arjen Robben mencetak gol, Yan Min menyesal menyangga kepala dengan kedua tangan sambil berteriak. Meskipun dia belum bermain satu menit pun mewakili Borussia Dortmund, sekarang dia tanpa ragu sudah menganggap diri sebagai anggota tim utama Borussia Dortmund, emosinya naik turun mengikuti jalannya pertandingan.
“……Dalam situasi ini, Borussia Dortmund melakukan serangkaian kesalahan di lini tengah-belakang pertahanan. Pertama, ketika Toni Kroos menguasai bola di area gelandang, tidak ada pemain yang langsung menekannya, membiarkannya dengan mudah mengirim bola ke sayap – ini jelas terkait dengan turunnya Sven Bender, Sebastian Kehl yang baru masuk belum sepenuhnya masuk dalam ritme pertandingan dan kurang chemistry dengan rekan setim. Kedua, di area sayap, pertahanan Dortmund meninggalkan ruang kosong yang sangat besar, memungkinkan Philipp Lahm dengan leluasa menguasai bola dan memberikan umpan silang. Kesalahan terakhir adalah di area penalti, kedua bek tengah Subotic dan Mats Hummels fokus menjaga Robert Lewandowski, mengabaikan Arjen Robben……” analisis Marcel Leif dengan profesional meski masih terbawa emosi. “Tampaknya pergantian Sven Bender benar-benar menjadi titik balik dalam pertandingan ini!”
……
Dortmund yang kebobolan tentu tidak mau menerima skor imbang, mereka langsung melancarkan serangan ganas ke gawang Bayern München usai kick-off.
Ini adalah pertandingan kandang mereka, sorakan gembira para pemain Bayern München dan suporter Bayern usai gol sebelumnya telah memicu amarah besar di pihak Dortmund.
Karena Götze dan Lewandowski bergabung ke Bayern München, hal ini membuat para pemain Borussia Dortmund yang tersisa kesal——Kami sudah memenangkan tiga gelar liga dan satu Champions Eropa dalam tiga musim terakhir, tidak bisakah kalian memilih bertahan? Apakah Bayern München benar-benar begitu menarik bagi kalian?
Emosi seperti ini akan meningkatkan motivasi mereka saat menghadapi Bayern München di pertandingan.
Singkatnya, mereka bermain dengan emosi.
Setelah pertandingan dimulai kembali, melalui serangkaian operan panjang, Borussia Dortmund membawa serangannya hingga ke tepi luar zona 30 meter Bayern München.
Mark bergerak masuk ke area penalti dari tengah lapangan, sementara Zhou Yi menguasai bola di belakang.
Melihat Mark yang aktif menyerang ke depan, Zhou Yi langsung mengirim umpan silang melewati pertahanan ke arah Mark.
"Zhou Yi terlihat terburu-buru..." Marcel Leif jarang memberikan kritik terhadap pilihan Zhou Yi. Menurutnya pertahanan Bayern München sudah diatur dengan baik, variasi permainan sederhana dan kasar seperti ini sulit menembus pertahanan Bayern. Apalagi Mark saat ini ditemani Van Buyten, dengan perbedaan postur tubuh yang besar, sulit membayangkan Mark bisa mendapatkan kesempatan bagus di bawah tekanan ketat Van Buyten.
Belum selesai komentar Marcel Leif, bola sudah melayang ke area penalti besar Bayern. Van Buyten yang menjaga ketat bersiap melompat sambil mundur untuk membersihkan bola dengan sundulan.
Namun saat dia bersiap untuk melompat, baru sadar kecepatan terbang bola ternyata berbeda dengan perkiraannya, ada sedikit deviasi... Jika dia melompat menghadap bola, kemungkinan besar akan meleset, sebuah prediksinya meleset, membiarkan bola lolos. Dan jika dia melewatkannya, ke siapa bola akan jatuh, dia sangat paham.
Jadi tidak bisa melompat menghadap bola, harus mengikuti lintasan terbang bola dengan melompat mundur, setara dengan melompat sambil membusungkan badan, sehingga tingkat kesulitan membersihkan bola tiba-tiba melonjak drastis.
Dan ini adalah hal yang tidak terpikir oleh Van Buyten saat bersiap melompat... Tapi dia juga tidak bisa memaksa menghentikan gerakan lompatan, inersia akan membuatnya kaku di tempat, membiarkan Mark lolos.
Sedikit deviasi perkiraan ini akhirnya membuat gerakan Van Buyten berubah total setelah melompat, seluruh tubuhnya seperti torpedo yang ditembakkan sambil membusung, melesat ke belakang, yang menghibur adalah dia masih berhasil menyundul bola sebelum Mark.
Yang tidak menggembirakan adalah, bola yang disundulnya sambil membusung itu langsung melesat menuju gawang di belakangnya!
Kiper Bayern München Neuer sama sekali tidak punya persiapan mental untuk sundulan membusung Van Buyten di sekitar titik penalti ini. Saat menyadari bola tidak disundul keluar garis lapangan oleh Van Buyten, tapi justru mengarah ke gawang, gerakan penyelamatannya sudah terlambat setengah langkah...
Bola meluncur melewati tangannya, menggeser bagian dalam tiang gawang masuk ke dalam jala!
"Ah... Ah! Ah!" Marcel Leif sempat terdiam sejenak, sorakan gembira suporter Borussia Dortmund di stadion lebih dulu bergema——di babak kedua, gawang Bayern München berada di bawah tribun selatan. Gol bunuh diri Van Buyten ini jelas terlihat dari tribun penonton!
"Gol bunuh diri! Van Buyten mencetak gol bunuh diri! Hanya 1 menit 30 detik setelah Arjen Robben baru saja menyamakan skor untuk Bayern München... Van Buyten justru membantu Dortmund kembali unggul dengan gol bunuh diri!" teriak Marcel Leif.
"Goblok! Ini beneran?!" Yan Min di ruang privat melebarkan mata dan berteriak kaget.
Van Buyten yang mencetak gol bunuh diri itu tertelungkup di atas rumput, kedua tangan menutupi kepala, enggan bangkit. Seolah jika dia berdiri, harus menerima kenyataan kejam sekaligus menggelikan...
Neuer juga tak mau menerima kenyataan ini. Setelah melakukan gerakan penyelamatan, kiper itu terjatuh dan tak kunjung bangkit.
Marcel Leif pun tampak enggan mengakui——sebelumnya dia mengeluh pilihan Zhou Yi terlalu terburu-buru, menganggap keputusan sang playmaker salah. Tapi di detik berikutnya bola sudah masuk gawang... Bukankah ini tamparan baginya?
Pikiran komentator itu melayang pada julukan Zhou Yi "Penyihir". Jangan-jangan saat mengumpan panjang tadi, dia benar-benar menyantet Van Buyten?
Melihat Zhou Yi membentangkan tangan merayakan setelah sepak bola terbang masuk ke gawang, sama sekali tidak terlihat ekspresi kaget karena kejutan yang tak terduga, benar-benar membuat orang tidak bisa tidak berpikir ke arah itu...
