"Pemenang Best Player Eropa musim 2012-2013 adalah..." ujar Platini sambil memutar piala di tangannya.
"Zhou Yi!"
Semua orang melihat nama baru yang terukir di bagian belakang piala: ZHOU_YI.
“Zhou Yi!” Komentator CCTV berteriak penuh semangat. "Zhou Yi! Dia menciptakan sejarah bagi pemain China, bahkan pemain Asia! Dia meraih gelar Man of the Match Eropa! Dalam penghargaan yang setara dengan Ballon d'Or ini, seorang pemain China menjadi yang pertama! Benar-benar layak! Benar-benar layak! Kalau bukan dia yang terbaik, siapa lagi yang pantas?!"
Meski terdengar agak berlebihan, pernyataan komentator CCTV memang tepat dalam konteks ini. Dengan performansi Zhou Yi selama musim lalu, jika dia tidak layak menjadi yang terbaik, maka tidak ada kandidat lain yang lebih pantas.
"Aliansi Media Olahraga Eropa telah membuat pilihan tepat dan berwibawa dengan memberikan suara kepada Zhou Yi! Performansi nyaris sempurna Zhou Yi musim lalu menaklukkan semua orang! Dialah pahlawan utama keberhasilan Dortmund meraih gelar liga dan Champions Eropa!"
Di dunia maya, sorak-sorai menggema.
Para suporter China ramai-ramai mengungkapkan kebahagiaan dan kegembiraan mereka.
"Zhou Yi keren banget! Nomor wahid Asia!"
"Jangan bandingkan dengan legenda Asia macam Cha Bum-Kun, Hidetoshi Nakata, atau Park Ji-sung - Zhou Yi jelas yang terbaik sepanjang masa!"
"Luar biasa! Sungguh mengagumkan!"
"Aduh, gemeteran nih! Pas pengumuman namanya sampai nangis gue!"
"Gantengnya minta ampun!! Zhou Yi keren abisss!"
……
Di pusat media, para wartawan media China yang tidak bisa masuk ke lokasi peliputan upacara, menyaksikan siaran langsung melalui layar besar. Saat hasil diumumkan, sorakan gembira dan tepuk tangan memenuhi ruangan - pemandangan yang mirip dengan euforia China saat berhasil memenangkan tuan rumah Olimpiade dulu.
Tidak hanya wartawan China, rekan-rekan jurnalis dari berbagai negara juga berada di sana. Tak ada yang mengeluh atas keriuhan mereka. Para kolega justru ikut bertepuk tangan sambil mengacungkan jempol dengan senyuman - penghargaan ini untuk rekan China, sekaligus untuk Zhou Yi.
Mereka memahami emosi itu. Dalam dunia sepakbola, seorang pemain seringkali menjadi representasi sebuah bangsa. Ketika atlet meraih penghargaan tertinggi, negara asalnya pun ikut berbangga. Dalam sepakbola, semangat patriotik adalah nilai universal.
Saat George Weah terpilih sebagai Pemain Terbaik Dunia FIFA, seluruh Liberia merayakannya bak hari kemerdekaan. Di era damai, pengaruh sepakbola terhadap kebanggaan nasional suatu bangsa sungguh luar biasa besar.
Cristiano Ronaldo adalah bintang dunia, tapi dia tetap berjuang mati-matian untuk membawa Portugal lolos ke Piala Dunia. Lionel Messi, meski sudah jadi legenda, tetap mempertaruhkan kesehatannya demi kejayaan timnas Argentina.
“Demikian pula, para suporter Portugal akan menganggap Cristiano Ronaldo sebagai pahlawan nasional mereka, sedangkan suporter Argentina... Nah, jika Messi bisa membantu timnas Argentina meraih gelar juara Piala Dunia, para suporter Argentina juga akan menganggap Messi sebagai pahlawan nasional.”
“Baiklah, Messi dan suporter Argentina adalah pengecualian, tetapi untuk mayoritas negara, pemain hebat adalah pahlawan nasional mereka. Ini sama sekali bukan hiperbola.”
“Inilah kekuatan sepak bola. Meski tak terkait politik, ia mampu memainkan peran yang setara.”
……
“Di tempat kejadian, ketika Zhou Yi mendengar namanya disebut, dia sempat tertegun. Presenter BBC Pedro Pinto di sebelahnya menyentuh lengannya: 'Selamat, Zhou Yi!'”
“Zhou Yi segera memulihkan kesadarannya, menyadari bahwa dia benar-benar memenangkan penghargaan. Dia pun berjalan menuju Platini yang telah mengangkat trofi untuk diserahkan padanya.”
“Ini hakmu, Zhou Yi. Ini adalah penghargaan terbaik untuk performansi gemilangmu selama musim lalu.” Presiden UEFA tersenyum sambil menaruh trofi di tangan Zhou Yi.
“Seluruh hadirin berdiri memberikan tepuk tangan, menyampaikan ucapan selamat untuk Zhou Yi. Bahkan dua kompetitornya, Messi dan Ribery, juga bertepuk tangan di samping. Sejujurnya, mereka tak punya alasan untuk tidak menerima kekalahan dari Zhou Yi. Dengan dua gelar juara bergengsi, status sebagai pemain inti absolut Borussia Dortmund, dan prestasi luar biasa di usia muda, penghargaan ini memiliki kualitas kompetisi yang tinggi.”
Penghargaan Iniesta tahun lalu bisa diraih, maka penghargaan Zhou Yi tahun ini juga bukan hal yang tidak masuk akal. Ini adalah bentuk penghargaan dan pengakuan media olahraga profesional Eropa terhadap gelandang yang bekerja keras. Sepak bola bukan hanya soal penyerang yang paling mendapat perhatian.
Zhou Yi menerimanya, terasa berat sekali, inilah bobot kehormatan tingkat dunia...
Zhou Yi menjepit piala di bawah ketiaknya, membebaskan satu tangan untuk berjabat tangan dengan Platini. Dia tidak terbiasa melakukan salam cium pipi dengan sesama pria...
Kemudian berjabat tangan dengan pemimpin redaksi 《Kicker》Hötzsch.
Lalu dia menaruh piala di podium dan mulai menyampaikan pidato penerimaan penghargaan.
Para penonton yang berdiri bertepuk tangan satu per satu duduk kembali, bagai air pasang yang surut. Zhou Yi melihat ayahnya masih berdiri di depan kursi, terus bertepuk tangan keras sambil mengacungkan jempol ke arahnya.
Maka Zhou Yi juga membalas dengan jempol sambil berkata: "Terima kasih untuk orangtuaku yang datang jauh-jauh dari China. Ini pertama kalinya mereka ke luar negeri meninggalkan kampung halaman, demi menyaksikan momen kebanggaan anak mereka. Jadi pertama-tama saya berterima kasih pada dukungan mereka. Ayah adalah guru pertama sepak bolaku, Ibu yang mengajariku untuk selalu memberikan yang terbaik dalam segala hal. Terima kasih!"
Tepuk tangan kembali bergemuruh, kali ini untuk orangtua Zhou Yi. Siaran TV juga menayangkan close-up shot mereka.
Dalam lensa, Zhou Jianliang masih berdiri dengan kedua tangan memberi tanda jempol ke anaknya, bibir terkunci rapat menunjukkan emosi yang intens. Di sampingnya, Li Cuiyun duduk di kursi sambil mengusap air mata dengan tangan.
Momen kehormatan sang anak yang pertama kali disebut adalah tentang mereka, membuatnya tersentuh. Ada juga rasa bersalah, karena sebenarnya dalam perjalanan anaknya mengejar mimpi sepak bola, ia tidak sebaik yang dikatakan anaknya. Alih-alih membantu, ia justru menjadi hambatan... Andai dulu ia memaksa anaknya berhenti bermain bola, apakah dunia akan kehilangan seorang Man of the Match Eropa?
……
Setelah berterima kasih pada orang tua, Zhou Yi melanjutkan ucapan terima kasih ke klub Borussia Dortmund, pelatih kepala Klopp, dan rekan setimnya: "...Sebagai gelandang, tugasku lebih banyak memberikan operan. Jika rekan setim tidak mengubah operanku menjadi gol, maka operanku sia-sia. Karena itu aku berterima kasih pada mereka. Gol merekalah yang membawaku pada prestasi hari ini. Aku merasa mewakili seluruh tim menerima penghargaan ini. Trofi ini bukan milikku sendiri, tapi milik tim kami..."
“Saya juga ingin berterima kasih kepada para suporter yang mendukung saya, baik suporter Borussia Dortmund maupun suporter China. Dukungan merekalah yang memberi saya keberanian untuk terus melangkah maju di jalan ini.” Dia berhenti sejenak, lalu beralih ke Bahasa Mandarin: “Saya tahu saat ini pasti banyak teman-teman suporter China yang begadang menunggu di depan televisi... Jadi, hai semuanya, inilah salam dan terima kasih dari Monako. Terima kasih atas dukungan kalian, kalian selamanya akan menjadi penyokong kuat saya!”
Sambil berkata demikian, Zhou Yi mengangkat lengannya dan melambaikan tangan ke arah lensa.
……
“Aaaaa, manis banget!”
“Kejutan! Tak disangka Zhou Yi bisa main gaya seperti ini!”
“Zhou Yi pakai Bahasa Mandarin! Dia sengaja bicara buat kita dengar!”
“Wajah-wajah di lokasi pada bingung, enak ya cuma kita yang ngerti... wkwkwk!”
“Terima kasih Zhou Yi! Kami juga akan selalu jadi penyokong kuatmu!”
“Kekuatan 1,4 miliar orang kami berikan padamu, kamu yang terhebat, Zhou Yi!”
……
Di dunia maya China, ucapan terima kasih mendadak dalam Bahasa Mandarin dari Zhou Yi memicu emosi para suporter.
Di pusat media, wartawan-wartawan China yang melihat adegan ini terkikik: “Zhou Yi ini benar-benar jago membawa diri!”
“Ini bisa dianggap hadiah tak terduga untuk suporter China ya?”
Rekan asing di sebelah yang tak paham Bahasa Mandarin bertanya apa yang diucapkan Zhou Yi.
Mereka pun menjelaskan sambil tertawa: “Zhou Yi sedang berterima kasih dalam bahasa ibunya kepada suporter China, menyebut mereka sebagai penyokong kuatnya.”
“Luar biasa.” Wartawan asing yang mengerti kembali memberikan jempol pada Zhou Yi. “Tak heran Zhou Yi punya hubungan baik dengan banyak orang, hampir tak pernah ada kabar buruk tentangnya...”
Wartawan China juga merasa Zhou Yi sangat hebat, rasanya seperti memuji diri sendiri, manisnya sampai ke hati.
“Tentu! Di negara kami, Zhou Yi adalah pahlawan nasional! Meski ada beberapa pemain yang bermain di Eropa dengan performa bagus, tapi reputasi terbaik tetap Zhou Yi!” Wartawan China membusungkan dada.
……
Karena sebelumnya Zhou Yi selalu berbicara dalam Bahasa Inggris, penerjemah simultan CCTV terus menerjemahkan. Tiba-tiba Zhou Yi beralih ke Bahasa Mandarin, penerjemah CCTV yang belum siap sempat kebingungan – ingin terus menerjemahkan tapi sepertinya tidak perlu...
Komentator CCTV pun tak bisa menahan tawa.
Setelah kalimat itu, Zhou Yi kembali menggunakan Bahasa Inggris. Akhirnya penerjemah simultan bisa bekerja lagi...
“...Terlalu banyak orang yang harus diucapkan terima kasih. Setiap orang yang membantu dalam perjalananku. Jika kusebut satu per satu, mungkin kita baru bisa pulang besok pagi...”
Ruangan langsung riuh oleh tawa nakal.
“Tentu yang paling tidak senang bukan hadirin di sini, tapi pelatihku Klopp. Soalnya besok malam aku harus main di Piala Super di Praha...”
Tawa kembali bergema. Zhou Yi sedang mengkritik gaya UEFA yang memisahkan acara Piala Super dengan pengundian penghargaan. Mengutarakan pendapat tanpa menyinggung – inilah kekuatan humor yang unik.
“Jadi maaf saya tidak bisa menyebutkan satu per satu di sini, tapi kalian tahu saya sangat berterima kasih! Terakhir, saya juga ingin berterima kasih kepada Franck dan Leo.” Dia menoleh ke arah Ribery dan Messi. “Mereka adalah dua pemain hebat yang sudah lama terkenal. Sangat terhormat bisa berdiri bersama mereka. Terima kasih.”
Ucapan terima kasih Zhou Yi agak mengejutkan keduanya. Hal seperti ini jarang terjadi di upacara penyerahan medali Pemain Terbaik Eropa atau Ballon d'Or FIFA. Biasanya, pemain pemenang hanya akan mengucapkan terima kasih verbal jika ada rekan setim di atas panggung. Paling-paling cukup berjabat tangan dan menunjukkan sikap sportif. Langsung menyebutkan nama kompetitor dalam pidato termasuk hal yang tidak biasa.
Terutama antara Cristiano Ronaldo dan Messi. Jika Messi yang menang, tentu dia tidak akan menyebut nama Cristiano Ronaldo, begitu juga sebaliknya.
Karena itu, tindakan Zhou Yi cukup mengagetkan. Ekspresi terkejut jelas terlihat di wajah Messi. Sementara Ribery, karena bekas luka di wajahnya, tidak terlalu kelihatan.
Namun keduanya segera bertepuk tangan dan mengacungkan jempol kepada Zhou Yi sebagai bentuk apresiasi.
Bagaimanapun, berterima kasih kepada kompetitor di momen seperti itu adalah sikap yang sangat sportif.
