"Sepak bola, sepak bola adalah pasanganku."
Saat Zhou Yi mengucapkan kalimat ini, rekan kerja di sebelah Zheng Lulu terkejut mengangkat kepala, menatap layar proyeksi. Suasana di bar juga mendadak lebih hening.
Zheng Lulu sendiri juga terkejut, tak menyangka ternyata Zhou Yi... belum punya pacar!
Tapi kemudian Ia tersenyum, karena teringat Zhou Yi pasti sedang bermain-main dengan presenter wanita yang menggali urusan pribadi itu...
Ini justru sangat sesuai dengan karakter pribadi Zhou Yi. Meski tampak tidak berbahaya, sebenarnya selalu ada duri kecil yang menusuk mereka yang tidak memahaminya. Lelucon kecil yang tidak merugikan namun tetap bisa mempertahankan kepentingannya sendiri.
Rekan-rekan di samping juga tertawa gembira, merangkul Zheng Lulu berkata: "Bagus! Zhou Yi dia masih jomblo! Bagus! Haha! Sudah kukatakan, Zhou Yi milik kami mana mungkin punya pacar! Benar kan, kau pasti juga berpikir begitu kan, Lulu!"
Zheng Lulu tidak enak memberi rekan yang baru saja berubah dari cemas ke gembira menuangkan air dingin di saat seperti ini, hanya bisa mengangguk dengan senyuman dipaksakan.
“Tentu saja itu bukan maksudnya……”
Ia tidak keberatan apakah Zhou Yi punya pacar atau tidak, karena baik ada maupun tidak, itu tidak ada hubungannya dengannya.
Zheng Lulu berharap Zhou Yi menjalani hidup dengan baik, baik di lapangan maupun dalam urusan asmara.
……
“Sepak bola?” Nyonya Wagner terkejut.
Sedangkan suaminya yang berada di sebelahnya tertawa terbahak-bahak, tertawa dengan gembira.
"Jawaban Zhou Yi ini sungguh cerdik dan menyenangkan."
Dalam gelak tawanya, Nyonya Wagner juga tersadar. Ia tersenyum sambil menepuk paha: "Benar, sepak bola! Sepak bola adalah pasangan terbaik!"
Setelah berkata demikian, ia menoleh ke suaminya: "Orang tua, kau tidak cemburu kan dengan ucapanku tadi?"
“Ngapain gue cemburu? Gue juga suka sepak bola…” Pak Wagner tua tersenyum sampai matanya menyipit. “Zhou Yi memang pemuda yang baik!”
Mendengar orangtuanya terus-menerus memuji Zhou Yi, Kottane yang duduk di samping hanya ingin melirik ke atas – dasar anak ini berlagak pintar di situasi kayak gini!
Meski dalam hati menggerutu, Kottana juga merasa sedikit lega di dalam hati…
……
“Sial! Gue udah buka celana, Zhou Yi cuma kasih liat begini?!” Sun Pan menggeram di grup.
“Aduh, Sun Pan lu bisa aja buka celana di depan Zhou Yi, mau ngapain sih?” Guo Nu terkejut.
“Sialan, ini kan istilah populer di internet! Ngobrol sama Lao Guo itu bener-bener melelahkan! Udah gue bilang rutin buka internet buat belajar, nggak didengerin!”
“Eh, sebenernya menurut gue Zhou Yi ngomongnya bagus lho…” Yang Muge berkata lemah.
“Tentu bagus, pembahasannya sangat berbobot.” He Ying menimpali. “Selain menghindari topik sensitif, juga mengubah gosip sembarangan jadi diskusi mendalam…”
“Sekalian pamer kepintaran juga kan…” Sun Pan menyindir.
“Bisa juga diartikan begitu.” He Ying tidak membantah ungkapan kasar Sun Pan.
Sun Pan mengeluh: “Ilmu pamer yang bagus gini udah diambil semua sama Zhou Yi. Giliran gue nanti gimana dong…”
“Santai aja.” He Ying menenangkan. “Kemungkinan besar tidak akan sampai ke kamu.”
“Hoi!”
……
Demikianlah, upacara penyerahan Man of the Match terbaik Eropa musim 2012-2013 berakhir dengan kejutan, sukacita, dan kritikan, sekaligus menyisakan ruang untuk perenungan.
Setelah acara selesai, Zhou Yi menolak semua permintaan wawancara dari media dengan menjelaskan bahwa saat ini tidak memungkinkan karena ia harus segera mengejar penerbangan ke Praha. Ketua klub Borussia Dortmund tidak menyediakan pesawat pribadi untuknya. Jika terlambat dan gagal mengejar jadwal penerbangan reguler, Klopp pasti akan menjadi orang pertama yang marah.
"Sampai jumpa di Dortmund!" teriak Zhou Yi sambil melambaikan tangan kepada para wartawan yang mengerumuninya sebelum masuk ke mobil yang telah disiapkan klub.
Pintu mobil ditutup keras, dan kendaraan segera melesat meninggalkan Grimaldi Forum.
Tidak ada wartawan yang mengeluh Zhou Yi sok selebriti, karena memang benar ia harus kembali untuk pertandingan. Penjadwalan UEFA memang kurang logis. Seandainya Piala Super Eropa masih digelar di Stadion Louis II Monako, tentu Zhou Yi bisa dengan santai berbicara di depan mikrofon dan lensa sambil memegang piala, membiarkan mereka bertanya dan memotret. Mereka yakin dengan sikap ramah Zhou Yi terhadap media, pasti ia akan melakukannya.
Seorang wartawan bergumam: "Sepak bola tetap saja hanya perpanjangan tangan politik..."
Beberapa memahami maksudnya, namun tak ada yang menanggapi.
Ini adalah topik sensitif yang sulit dijelaskan dalam satu dua kalimat.
……
Klopp duduk di depan meja restoran hotel, baru saja membuka koran, asisten pelatih Buvac masuk. Matanya melirik sekeliling sebentar, lalu mendekat dan duduk di sebelah Klopp: "Zhou Yi belum bangun?"
"Hmm." Klopp masih menatap koran tanpa mengangkat kepala. "Biarkan dia tidur lebih lama. Kalau kurang istirahat, nanti malam pertandingannya bisa kehilangan kondisi. Semalam sudah cukup berlarut-larut..."
Buvac memperhatikan bahwa selama berbicara, Klopp terus membaca koran. Ia memiringkan kepala penasaran: "Di hotel Praha kok ada koran 《Marca》?"
"Koran besar." Klopp menunjuk beberapa koran di atas meja: "Ada juga 《Gazzetta dello Sport》 dan 《Frankfurter Allgemeine》."
Buvac langsung menemukan kedua koran itu. Ia mengambil 《Gazzetta dello Sport》, tanpa perlu membuka halaman dalam, headline utamanya langsung menampilkan foto Zhou Yi memenangkan Ballon d'Or Eropa.
《Sepak Bola Adalah Sahabatku!》
Foto pendamping memperlihatkan Zhou Yi mengangkat tinggi-tinggi trofi Ballon d'Or dengan kedua tangan. Di sampingnya berdiri Platini dan Hoeneß, dua tokoh besar yang menjadi latar belakangnya.
"Benar-benar sorotan..." Buvac berkomentar kagum. "Baru 22 tahun."
"Messi waktu 22 tahun sudah dapat Pemain Terbaik Dunia FIFA dan Ballon d'Or." Klopp menyela sambil tetap membaca koran. "Raja ganda."
“Tidak bisa dibandingkan dengan Messi, Messi itu...”
“Kenapa tidak bisa dibandingkan dengan Messi?” Klopp meletakkan koran, menatap asistennya.
“Posisi mereka berbeda, kemampuan individu Messi lebih menonjol. Dia punya kemampuan mengubah hasil akhir pertandingan sendirian...” Buvac menjelaskan.
“Posisi berbeda saya setuju, tapi kemampuan individu lebih unggul saya tidak setuju. Messi bisa mengubah pertandingan sendiri, apakah Zhou Yi tidak punya kemampuan itu?” Jürgen membalas dengan agresif.
“Hei Jürgen, aku bukan datang pagi-pagi buta untuk bertengkar denganmu.” Buvac mengangkat kedua tangannya.
“Aku tahu. Menurutku apa yang bisa dilakukan Messi, Zhou Yi juga bisa. Penghargaan yang diraih Messi, Zhou Yi juga layak dapatkan. Saya baca media yang bilang kemenangan Zhou Yi atas Messi ini karena suara media profesional. Kalau di pemilihan FIFA, mungkin dia bahkan tidak masuk tiga besar, seperti Sneijder tahun 2010. Jujur, saya pikir analisis media itu benar, tapi justru membuat kita sedih.” Klopp berkata serius.
Topik tiba-tiba menjadi berat.
Buvac tidak suka membahas masalah serius begitu pagi, lalu mengalihkan topik: “Bagaimana dengan yang lain?”
“Semuanya baik-baik saja, setelah tidur, kelelahan di wajah mereka berkurang.” Klopp selalu yang pertama tiba di restoran, duduk di dekat pintu masuk sambil makan sambil mengamati setiap pemain Borussia Dortmund yang masuk. Ini adalah cara pelatih untuk memahami kondisi pemainnya.
“Bagus, bagus...” Buvac merasa sedikit lega.
Chelsea, terutama Chelsea-nya Mourinho, bukanlah lawan yang mudah ditaklukkan.
Mourinho yang kembali ke Chelsea tentu sangat berharap membuktikan diri dengan gelar juara.
Pasukan Chelsea yang menyambut kembali Mourinho pasti memiliki semangat tinggi, ingin membuktikan diri di hadapan pelatih yang mereka hormati.
Sementara di sisi Borussia Dortmund, pemain inti mereka Zhou Yi bahkan tidak punya kesempatan untuk beradaptasi dengan lapangan...
Benar-benar lebih banyak bahaya daripada keberuntungan.
……
Sehari setelah upacara penyerahan medali, media Eropa dan China ramai memberitakan hasil pengundian Champions Eropa dan pemain terbaik Eropa. Hanya saja fokus pemberitaannya sedikit berbeda.
Media Eropa memandang kedua hal ini secara seimbang, konten pemberitaan dan tingkat perhatiannya tidak menunjukkan bias jelas.
Lagipula pengelompokan Champions juga sangat penting, sebenarnya lebih banyak menarik perhatian.
Tapi di media China, hasil pengundian grup Champions hanya ditampilkan sebagai daftar untuk dilihat suporter sendiri, sementara lebih banyak ruang halaman digunakan untuk melaporkan terobosan bersejarah Zhou Yi.
Media cetak, siaran televisi, radio, media baru internet... Liputan komprehensif dari semua aspek tentang hal ini, bisa disebut sebagai "pengeboman karpet" dalam hal intensitas pemberitaan tanpa berlebihan.
Beberapa media sudah menyebut Zhou Yi sebagai pemain terbaik sepanjang sejarah Asia. Tidak diketahui apakah ada yang bisa melampauinya di masa depan, namun sebelumnya tak ada pemain Asia yang bisa menyainginya.
Ada artikel media yang berpendapat penghargaan Zhou Yi meruntuhkan mitos diskriminasi rasial bahwa "orang China tidak cocok untuk sepak bola". Kesuksesan Zhou Yi membuktikan orang China juga bisa bermain sepak bola dengan baik. Mereka yang gagal tidak bisa lagi mencari alasan perbedaan ras, kegagalan murni karena kurang usaha dan konsentrasi, tanpa alasan lain.
Artikel lain menganalisis dari sudut statistik mengapa penghargaan ini pantas untuk Zhou Yi. Meski jumlah gol Zhou Yi lebih sedikit dibanding Ribery dan Messi, partisipasinya dalam pembuatan gol sangat tinggi. Hampir lebih dari separuh gol Borussia Dortmund melibatkan kontribusinya, baik sebagai pencetak gol langsung maupun pengatur serangan. Dia layak disebut sebagai otak tim Dortmund. Juga disebutkan gol-gol krusial Zhou Yi di Champions Eropa dan pertandingan liga, membuktikan dialah aktor utama meraih dua gelar ini. Tanpa Zhou Yi, Dortmund sama sekali tidak mungkin memenangkan kedua gelar tersebut.
Selain itu, beberapa media menghubungkan klub-klub Eropa dengan timnas, menganggap Tim China beruntung memiliki pemain seperti Zhou Yi. Sejak kehadiran Zhou Yi di timnas, performa tim terus meningkat - meraih juara dua Piala Asia di masa terpuruk, bahkan lolos ke Final Piala Dunia Brasil. Zhou Yi dan "Empat Naga Kecil" lainnya seolah hadiah dari langit untuk sepak bola Tiongkok yang telah menderita puluhan tahun...
Tak ada yang menolak intensitas pemberitaan dan skala konten seperti ini, bahkan menganggap pujian untuk Zhou Yi masih kurang.
Saat ini, berapa pun liputan yang memuji posisi historis Zhou Yi, publik tak akan bosan.
Karena Zhou Yi memang layak mendapatkannya!
