Saat jeda babak pertama, asisten pelatih Buvac tetap berada di lapangan bersama pemain cadangan melakukan pemanasan untuk mempersiapkan kemungkinan tampil di babak kedua.
Sementara Klopp sendiri kembali ke ruang ganti.
Dia menjadi orang terakhir yang masuk ke ruang ganti. Setelah masuk, dia menutup pintu rapat-rapat lalu langsung memanggil nama Zhou Yi: "Zhou Yi, aku ingin dengar penjelasanmu tentang performa di babak pertama."
Ucapan ini membuat para pemain lain di ruang ganti tertegun - Apakah pelatih kepala ini sedang mencari kambing hitam?
"Meskipun tertinggal skor di babak pertama, dan tidak bisa menyamakan hingga babak pertama berakhir, tapi semua pemain sudah berusaha keras, terus memberikan ancaman ke Chelsea."
"Pahlawan terbesar di sini adalah Zhou Yi. Semua pemain termotivasi oleh Zhou Yi untuk menyerang gawang Chelsea. Tidak hanya menciptakan banyak peluang untuk rekan setim, dia sendiri juga beberapa kali melakukan tembakan yang mengancam gawang Chelsea. Kalau bukan karena performansi Sun Pan yang luar biasa, bukan hanya menyamakan skor, bahkan mungkin Dortmund bisa unggul di babak pertama."
"Performansi seperti ini jelas terlihat oleh semua orang. Masa pelatih tidak melihat?"
"Tidak perlu menuduh Zhou Yi..."
Klopp menatap Zhou Yi: "Di babak pertama kamu lebih banyak memilih umpan terobosan, membuat ritme serangan lebih cepat. Aku ingin dengar, kenapa menghadapi Chelsea di babak pertama kamu pilih cara ini?"
Kemudian ia mengibaskan tangan ke pemain lain: "Jangan tegang, aku tidak marah."
Zhou Yi berdiri dan berkata: "Sederhana, menurutku untuk melawan Chelsea kita perlu meningkatkan kecepatan."
Kesimpulan ini hanya satu kalimat singkat, tapi didapat Zhou Yi setelah puluhan pertandingan virtual yang terus dicoba.
"Oke, jelaskan detail." Klopp bersandar di pintu, melipat tangan siap mendengar.
“Tim Mourinho terkenal dalam bermain bertahan dan melakukan serangan balik, ini telah terbukti selama di Real Madrid. Dan sekarang mereka memiliki versi superior kiper seperti Cech sebelum cedera—Pan-Pan... Sun Pan. Mereka memenuhi syarat untuk bermain defensif-offensif. Jika kita terus mengoper bola bolak-balik seperti biasa dengan sabar mencari kesempatan, menurutku ini justru akan memadatkan formasi lawan menjadi blok padat, yang menguntungkan strategi bertahan-serang mereka. Pertama, memaksa mereka menarik diri ke belakang, ruang gerak kita akan semakin sempit. Sementara operan panjang di area depan akan meninggalkan banyak ruang kosong di belakang yang bisa dimanfaatkan Chelsea.”
Klopp mengangguk tanpa menyela.
Para pemain di ruang ganti menyimak dengan serius. Mereka tahu Zhou Yi memiliki analisis unik dalam membaca pertandingan, dan paham mengapa pelatih memintanya menjelaskan—ini pasti akan membantu tim mengalahkan Chelsea.
“Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa jika kita meningkatkan kecepatan serangan dan ritme permainan, di satu sisi kita bisa mendapatkan lebih banyak kesempatan menyerang, di sisi lain kita tidak akan mudah memberi kesempatan Chelsea membangun pertahanan yang kokoh. Dengan demikian, kita bisa mendekati area inti mereka semaksimal mungkin dan menciptakan peluang tembakan. Alasan ketiga, dengan menyelesaikan serangan cepat di area depan, kita juga bisa menghindari penempatan pasukan lebih banyak di kemudian hari yang menyebabkan pertahanan kosong, sehingga memberi kesempatan lawan menyerang belakang kita. Jadi di babak pertama saya sengaja mempercepat kecepatan serangan, lebih banyak menggunakan operan lurus, tepat untuk menciptakan lebih banyak peluang tembakan. Melawan Chelsea, kita tidak bisa sekadar mengejar persentase keberhasilan, tapi harus mengacaukan mereka dengan frekuensi serangan yang lebih tinggi.”
Beberapa pemain memandang Zhou Yi dengan kekaguman — prinsip-prinsip ini mungkin tidak sepenuhnya mereka pahami. Meski pun paham, belum tentu bisa menjelaskannya sejelas dan seterstruktur Zhou Yi.
Banyak pemain profesional tidak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Mereka terjun ke sepakbola profesional di usia muda, dan meski ada pelajaran budaya yang dijadwalkan, mereka tidak menanggapinya dengan serius. Terlalu banyak pemain yang bahkan tidak memahami kontrak, sepenuhnya mengandalkan agen. Ada juga pemain yang hanya bisa menulis nama mereka sendiri, menjadi alat pencari uang bagi keluarga dan agen... Contohnya José Antonio Reyes, pemain jenius asal Sevilla Spanyol. Dengan bakat sepakbola yang luar biasa, ia hampir tidak mengenyam pendidikan karena orang tuanya sama sekali tidak menyadari pentingnya sekolah. Setelah melihat bakat sepakbola Reyes, satu-satunya tujuan mereka adalah menjadikannya pemain profesional untuk mencari uang. Reyes resmi putus sekolah di usia 14 tahun - bahkan sebelumnya pun ia jarang masuk sekolah, gagal dalam pelajaran olahraga, hampir buta huruf, dan tidak bisa menulis. Satu-satunya yang mungkin bisa ia tulis hanyalah namanya sendiri. Jika bukan karena kebutuhan untuk menandatangani kontrak, mungkin itu pun tidak bisa...
Tentu saja, tidak semua pemain Borussia Dortmund seperti ini. Reyes adalah contoh ekstrem, namun sedikit banyak mencerminkan kondisi umum di kalangan besar pemain profesional dan para pemuda yang berjuang lebih keras lagi untuk menjadi pemain profesional.
Belum lagi dalam hal kemampuan berkomunikasi, mereka jelas tidak bisa menandingi Zhou Yi.
Ada alasan mengapa seseorang menjadi pemain inti. Ada alasan mengapa seseorang bisa mendapatkan kepercayaan dan keberpihakan pelatih.
Semua kesuksesan di dunia ini tidak pernah terjadi secara kebetulan.
Setelah mendengar penjelasan Zhou Yi, Klopp mengangguk lalu bertanya: "Tapi mereka masih punya Sun Pan. Menjelang akhir babak pertama, tendanganmu itu sebenarnya sudah mendapat berkah Dewi Keberuntungan. Tapi tetap saja bisa disambar keluar oleh Sun Pan. Adakah cara untuk menghadapinya?"
Semua mata tertuju penuh harapan pada Zhou Yi, namun tak disangka ia justru memberikan jawaban yang sama sekali tak terduga.
"Tidak ada." Zhou Yi menggelengkan kepala.
Klopp juga terkejut—Zhou Yi benar-benar mengatakan tidak ada?
Padahal sebelumnya ia terlihat begitu yakin, seolah sudah punya rencana matang...
Zhou Yi tersenyum sambil membuka tangan: "Bukan becanda, memang benar tidak ada. Menurutku untuk melawan Sun Pan, kita harus menembak lebih banyak, berharap akumulasi kuantitas bisa menciptakan perubahan kualitas. Masih ingat berapa tembakan kita musim lalu saat melawan Atletico Madrid di kandang sendiri?"
Wajah semua orang terlihat bingung. Siapa yang peduli dengan angka itu? Lagipula pertandingannya sudah lama berlalu, seandainya pun tahu waktu itu pasti sudah lupa.
Zhou Yi tersenyum: "Dua puluh tujuh tembakan. Dengan 27 tembakan kita mencetak 3 gol, akhirnya berhasil mengeliminasi Atletico Madrid."
"Tapi..." Sepertinya ada yang tidak setuju, Sven Bender. Namun ia tidak melanjutkan, mungkin merasa tidak pantas mempertanyakan Zhou Yi yang sudah dipercaya pelatih.
Klopp menyemangatinya: "Tidak apa-apa, silakan sampaikan pendapatmu."
Sven Bender baru kemudian mengerutkan alis dan berkata pada Zhou Yi: "Tapi aku ingat sebelumnya Zhou Yi bilang Sun Pan adalah kiper tipe apa...?"
"Tipe orang yang semakin gila ketika banyak tekanan." Ini istilah ciptaan Zhou Yi, wajar Sven Bender kurang familiar, tapi maksudnya dia paham.
"Maksudnya semakin banyak tembakan yang dihadapi, performanya mungkin malah lebih baik. Kamu tidak khawatir dia justru masuk kondisi puncak karena banyak ditembaki?" tanya Sven Bender.
Zhou Yi gelengkan kepala: "Bahkan kalau kita sama sekali tidak menembak, kondisi Sun Pan tetap bagus. Kalau kita tim lemah, dia mungkin malas, tapi kita juara Eropa. Pertandingan belum mulai saja dia sudah bersemangat. Jadi performanya bagus atau tidak, tidak ada hubungannya dengan jumlah tembakan kita. Untuk bisa mencetak gol, kita harus berani menembak habis-haban ke gawangnya!"
Zhou Yi menjelaskan secara sistematis dasar teori "Langit pun akan menua jika memiliki perasaan, lihat Pan-Pan langsung tendang".
Meski tidak menggunakan puisi jenaka itu, semua orang paham logikanya.
Klopp juga mengkonfirmasi penilaian Zhou Yi: "Benar. Kita perlu lebih banyak tembakan, lebih sering mengancam gawang mereka. Kita tidak bisa bertahan mengerut lalu balik menyerang seperti Chelsea. Karena kita tertinggal. Jadi di babak kedua harus pertahankan ritme permainan seperti babak pertama. Chelsea-nya Mourinho terkenal dengan serangan balik cepat. Cepat kita dan cepat mereka tidak persis sama, tapi kita harus lebih cepat dari mereka!"
……
Di ruang ganti Chelsea, meski unggul, Mourinho tetap tak puas. Karena di babak pertama timnya memberi terlalu banyak kesempatan tembakan ke Borussia Dortmund.
"Kalian ini sedang membagikan hadiah cuma-cuma!" Mourinho mengkritik para pemainnya tanpa ampun dengan nada keras. "Lihat berapa banyak kesempatan tembakan yang kalian beri ke orang itu di babak pertama? Kalau bukan karena Sun Pan, kita pasti sudah tertinggal! Jika di babak kedua masih begini, aku tak yakin kita bisa mempertahankan keunggulan satu gol ini!"
Sun Pan menundukkan kepala sambil mencibir. Dia sangat ingin bilang ke Mourinho bahwa meski babak kedua tetap sama, dia percaya diri bisa menghentikan semua tembakan Dortmund.
Tapi jelas, di Chelsea, Mourinho adalah figur yang disegani. Lebih baik tidak sembarangan membuatnya marah.
Sun Pan terkadang ceroboh, tapi tidak bodoh.
Dia berencana membuktikan kekeliruan pernyataan Mourinho lewat aksi nyata di lapangan.
"Di babak kedua, pertahanan harus lebih kokoh. Batasi pergerakan Zhou Yi lebih ketat, gunakan marking jika bisa. Jika terpaksa, lakukan pelanggaran. Jangan biarkan dia terus bebas menembak dan mengoper di area penalti kita! Bersikap keraslah padanya! Jangan takut dapat kartu, sampai sekarang belum ada yang kena kartu. Ini benar-benar tak masuk akal dalam menghadapi Zhou Yi!"
Kunci Dortmund ada pada Zhou Yi. Mourinho menilai performa bagus Dortmund di babak pertama terkait kurang ketatnya pembatasan terhadap Zhou Yi.
Untungnya saat ini Chelsea masih unggul, meski hanya satu gol, tetapi masih belum terlambat untuk memperbaikinya.
Jika menunggu sampai kebobolan baru melakukan penyesuaian, itu akan berakhir buruk.
