"Özil! Gol cantik! Menakjubkan!!" Tendangan bebas ini membuat Marcel Leif terkagum-kagum sampai berteriak.
Tentu saja, Özil adalah pemain timnas Jerman, jadi Marcel Leif tidak perlu merasa terbebani secara mental saat memujinya.
Bagaimanapun juga, ini adalah kebanggaan sepak bola Jerman!
Lagipula gol ini memang sangat spektakuler, saat semua orang mengira dia akan mengoper, sang raja assist mantan pemain Real Madrid justru mengeksekusi tendangan bebas penuh imajinasi...
Siapa sangka dia bisa menggiring bola dari luar tembok pemain langsung ke sudut dekat gawang?
"Özil! Dia membuktikan nilainya! Lima puluh juta euro untuk nilai pasarnya memang pantas!" He Ping juga memuji Özil.
Zhou Yi tidak ada, Yan Min tidak dimainkan, dia juga bukan suporter Dortmund, kali ini bisa bersikap objektif.
Apalagi gol Özil memang benar-benar memukau.
Di internet beredar julukan Özil yang disebut "Özil Sang Maestro", terutama sebagai perbandingan dengan legenda Real Madrid Zidane yang dijuluki "Zizou". Julukan ini tentu menggambarkan kemampuan luar biasa Özil yang permainannya di lapangan setara hebatnya dengan Zidane.
Dari tendangan bebas tadi bisa dilihat bahwa "Özil Sang Maestro" memang sesuai dengan reputasinya.
Seluruh Stadion Emirates bergemuruh menyambut Özil. Ia berlari ke bawah tribun menyambut sorakan, sementara pemain-pemain Arsenal lainnya bergegas memeluk dan merayakan bersamanya.
Dipastikan pada momen ini, baik suporter Arsenal di lokasi maupun yang menonton di depan televisi pasti merasa sangat bersemangat dan lega.
Karena pemain gelandang sekelas ini hampir saja tidak menjadi milik Arsenal.
Beberapa suporter Arsenal yang terlalu bersemangat bahkan langsung memposting di media sosial setelah gol Özil: "Untuk apa lagi Zhou Yi? Masih perlu Zhou Yi? Kami punya 'Özil Sang Maestro'! Dialah gelandang terhebat, terkeren, dan paling keren banget!"
Postingan penuh emosi itu segera mendapat pengakuan dari banyak suporter Arsenal yang juga tak bisa menahan diri, mereka beramai-ramai memberi like sebagai bentuk dukungan.
Setiap suporter Arsenal yang memahami drama transfer musim panas ini pasti merasakan getaran emosi yang sama, karena semua ini diraih dengan perjuangan yang tidak mudah...
Pada musim panas tahun ini, Arsenal pernah berusaha keras merekrut Zhou Yi, namun akhirnya Zhou Yi memperpanjang kontrak dengan Borussia Dortmund, membuat semua upaya Arsenal sia-sia.
Mereka terpaksa beralih ke target lain, dengan Mesut Özil menjadi salah satunya.
Sebenarnya Özil selalu menjadi pilar utama di Real Madrid, namun masalah perpanjangan kontrak memicu konflik antara kedua belah pihak.
Agen Özil adalah ayahnya sendiri, Mustafa Özil, yang dikenal sebagai sosok serakah. Satu-satunya tujuan menjadi agen anaknya adalah untuk mengeruk keuangan dari karir putranya.
Negosiasi perpanjangan kontrak antara klub dan agen gagal. Selama periode itu, banyak berita negatif tentang Özil bermunculan di media: sering nongkrong di klub malam Madrid, kurang semangat latihan, sikap tidak profesional dalam pertandingan, hingga gagal di momen kritis... Semua ini merusak citranya.
Namun sulit dibedakan apakah berita negatif itu benar-benar terjadi, atau sekadar serangan opini publik dari Real Madrid untuk menekan harga perpanjangan kontrak maupun penjualan pemain. Tanpa akses ke informasi internal, bahkan pihak terkait pun sulit memastikannya.
Serangkaian peristiwa berikutnya semakin memperburuk posisi Özil di Real Madrid.
Yang pertama adalah kepergian José Mourinho.
Özil adalah pemain yang direkrut atas desakan Mourinho saat melatih Real Madrid, bisa dibilang merupakan anak kesayangan pelatih asal Portugal itu. Namun seiring kepergian Mourinho, masa depan Özil di Real Madrid mulai tidak pasti.
Faktor kedua adalah serangkaian rekrutan Real Madrid di musim panas. Florentino Pérez ingin membentuk "Generasi Elang Real Madrid" barunya, sehingga merekrut banyak pemain lokal. Di antaranya Isco, pemenang European Golden Boy Award yang didatangkan dari Málaga, tentu menjadi rekrutan lokal paling penting bagi Pérez.
Kedatangan Isco juga menggeser posisi Özil.
Dalam pertandingan pemanasan pra-musim, Özil bahkan harus bermain di sayap, yang sama sekali tidak sesuai dengan posisi alaminya sebagai gelandang serang.
Kedatangan pemain sayap asal Wales, Gareth Bale, menjadi puncak yang memaksa Özil harus meninggalkan Real Madrid.
Transfer Bale yang menghabiskan 91 juta euro membuat Real Madrid sekaya apapun harus mencari cara untuk menutupi pengeluaran. Maka menjual Özil yang mengalami kebuntuan dalam perpanjangan kontrak menjadi langkah wajar.
Awalnya Real Madrid ingin menjual Özil ke Paris Saint-Germain yang menawar lebih tinggi sebagai sugar daddy.
Namun sayangnya Özil sendiri menolak pindah ke Paris.
Jika tidak bisa bertahan di Real Madrid, dia lebih memilih pindah ke Liga Premier.
Setelah kehilangan kesempatan merekrut Zhou Yi, Arsenal mulai beralih ke Özil. Pada akhirnya, Wenger sendiri yang menelepon Özil untuk membujuknya bergabung dengan Arsenal.
Pada menit terakhir penutupan jendela transfer, Arsenal secara resmi mengumumkan kepindahan Özil dengan biaya transfer 50 juta euro, mengenakan seragam nomor 11, kontrak lima tahun dengan gaji tahunan 8,5 juta euro. Sinetron transfer akhirnya berakhir.
Özil pasti tak menyangka bahwa saat ia menyarankan Zhou Yi untuk bergabung dengan klub besar di Real Madrid dulu, justru dirinya yang suatu hari akan meninggalkan Real Madrid...
Untungnya Arsenal juga termasuk klub besar, meski delapan tahun tanpa gelar membuat kilau kebesarannya sedikit memudar.
Tapi Arsenal mengeluarkan dana besar untuk merekrutnya, bahkan merombak struktur gaji tim, bukankah tujuannya agar ia membawa gelar dan kebangkitan kembali untuk Arsenal?
Dari performanya di pertandingan ini, klaim bahwa ia membuktikan nilai pasarnya bukanlah berlebihan.
……
Gol Özil bagai petir di siang bolong bagi Borussia Dortmund. Awalnya kondisi tim bagus, tapi dua gol beruntun Arsenal membuat mereka limbung.
Menghadapi masalah dalam pertandingan tanpa Zhou Yi, para pemain langsung kehilangan moral seperti kebiasaan.
Saat itulah Klopp mulai melakukan penyesuaian.
Ia menarik keluar Mkhitaryan yang mencetak gol dan memasukkan Kuba.
Mkhitaryan mencetak gol pembuka di babak pertama. Secara logika performanya bagus. Penarikan ini bukan karena ketidakpuasan performa, murni pilihan taktis.
Klopp ingin membuat serangan lebih sederhana dan lebih cepat.
Oleh karena itu, Mkhitaryan ditarik keluar dan diganti Kuba untuk meningkatkan akselerasi serangan.
Tanpa Zhou Yi di lapangan, Klopp juga menyesuaikan strategi: tidak bermain pelan-pelan dengan lawan, melainkan pendekatan langsung yang sederhana dan cepat. Meski tingkat tekniknya mungkin lebih rendah, efeknya bisa lebih baik.
Kuba masuk lapangan pada menit ke-60.
Masih tersisa 30 menit hingga pertandingan berakhir. Bagi Dortmund, mencetak satu gol untuk menyamakan skor dalam 30 menit bukanlah hal mustahil.
Namun sepuluh menit telah berlalu, serangan Dortmund belum menunjukkan peningkatan.
Tanpa Zhou Yi dan Mkhitaryan yang sudah ditarik, opsi serangan Dortmund menjadi sangat terbatas. Serangan lebih mengandalkan kemampuan individu pemain daripada kombinasi taktik.
Sayangnya, sebagian besar pemain lini serang hari ini tidak dalam kondisi terbaik.
Klopp mulai mempersiapkan substitusi kedua.
Di bangku cadangan masih tersisa tiga pemain yang bisa memperkuat serangan: Hoffmann, Yan Min, dan Schieber.
Hoffmann sebelumnya punya waktu bermain yang stabil sebagai cadangan, tapi selain satu gol itu, performanya kurang memuaskan. Bisakah dia membalas kepercayaan kali ini?
Schieber hanya sekali tampil sebagai cadangan tanpa mencetak gol.
Bagaimana dengan Yan Min?
Bahkan sekali pun belum pernah masuk sebagai pemain pengganti, apalagi menunjukkan performa.
"Secara logika, demi keamanan, seharusnya kita menurunkan Hoffmann yang punya pengalaman kaya sebagai pemain pengganti." Tapi Klopp hampir bisa membayangkan performa Hoffmann setelah masuk lapangan hanya dengan menutup matanya...
Di liga dia sudah delapan kali jadi pemain cadangan, di Champions Eropa juga sekali. Performanya sudah bisa ditebak.
Sedangkan Schieber... Dari sudut pandang taktik, dia bukan pilihan ideal.
Maka Klopp memilih Yan Min.
Dia memanggil asisten pelatih Buvac dari bangku cadangan: "Panggil Yan Min ke sini!"
Mungkin karena Emirates Stadium terlalu bising, Buvac menyangka salah dengar. Dia bertanya: "Siapa?"
"Yan Min!" teriak Klopp lebih keras.
Kali ini Buvac mendengar jelas, benar-benar Yan Min.
Tapi pilihan ini tidak terlalu mengejutkan. Sejak bergabung dengan tim, sikap latihan Yan Min tak perlu diragukan. Meski belum pernah bermain sama sekali, tak pernah ngambek atau menunjukkan emosi negatif, juga tak bicara sembarangan ke media.
Hanya karena ini saja, dia pantas dapat kesempatan bermain.
