Gempar di internet dalam negeri, bahkan Yan Min pun mulai mendengar kabar angin.
Keesokan harinya saat Zhou Yi datang ke Basis Pelatihan Brackel untuk latihan, Yan Min menghampirinya dengan sikap menyesal: "Zhou Yi, apa aku salah bicara?"
Zhou Yi melirik sinis: "Ucapanmu benar, tapi salah tempat."
Yan Min memandangnya dengan ekspresi bingung.
“Kamu seharusnya tidak bicara seperti itu di depan wartawan.” Zhou Yi menasihati. “Keputusan untuk menembak atau tidak ada padamu, tak ada yang bisa memutuskan untukmu. Jika menurutmu tepat dan punya kepercayaan diri, tembak saja bahkan dari sudut nol sekalipun, tidak masalah. Tapi di depan media, apalagi baru saja mengalami kekalahan, lebih baik kamu sedikit merendahkan diri...”
Yan Min menggaruk kepala. Saat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dia benar-benar tidak mempertimbangkan banyak hal, hanya mengutarakan isi hatinya. Kekalahan memang menyebalkan, tapi dia juga tidak menyesali pilihannya. Tembakan memang berisiko tinggi - jika sukses bisa menjadi terkenal dengan satu gol, tapi jika gagal mungkin dicaci. Ini risiko yang harus ditanggung dalam upaya menjadi terkenal...
“Apa aku perlu menjelaskan lagi ke wartawan?” Yan Min ragu-ragu.
“Tidak perlu.” Zhou Yi menggeleng. “Kamu tetap pertahankan image 'si keras kepala' ini juga bagus, hahaha!”
Setelah tertawa, Zhou Yi berkata: “Sudah, jangan pusingkan ini. Opini luar tidak penting, yang terpenting adalah performansimu. Jika nanti kamu bisa menunjukkan performa yang meyakinkan, mereka yang mencacimu sekarang akan memujimu. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tetap pertahankan ritme latihanmu seperti biasa.”
“Oke, baik!” Mendengar ini, Yan Min kembali bersemangat.
Meskipun Zhou Yi mengatakan Yan Min tidak perlu menjelaskan, tapi Zhou Yi merasa masalah ini harus dijelaskan, hanya saja harus oleh dirinya sendiri. Karena kalau mengandalkan mulut Yan Min... Bisa-bisa malah semakin kacau.
Tapi sebelum dia menemui media, media lebih dulu menghampirinya.
Ada dua pertanyaan utama. Pertama, apakah dia bisa menjadi starter dalam Derbi Ruhr akhir pekan ini - setelah kekalahan di Champions Eropa, beberapa orang mempertanyakan mengapa Klopp tidak membawa Zhou Yi ke London? Karena setelah itu ada Derbi Ruhr. Mungkin Klopp menganggap Derbi Ruhr lebih penting daripada pertandingan grup Liga Champions. Tapi kalau Zhou Yi tidak bisa tampil di Derbi Ruhr, bukankah kekalahan dari Arsenal menjadi sia-sia?
Pertanyaan kedua tentu terkait Yan Min, menanyakan pendapatnya tentang keputusan Yan Min menembak alih-alih mengoper di menit akhir pertandingan, serta tanggapannya terhadap jawaban Yan Min di bandara saat diwawancarai wartawan.
Mengenai pertanyaan pertama, Zhou Yi menggeleng: "Aku tidak tahu apakah bisa tampil di Derbi Ruhr. Aku berharap bisa, tapi ini bukan keputusanku. Ini wewenang tim pelatih dan tim medis. Aku patuh pada keputusan tim pelatih, jika diizinkan bermain ya bermain, jika tidak ya tidak akan protes."
Ucapan ini sangat khas gaya Zhou Yi - terdengar benar semua, tapi isinya omongan kosong. Sama sekali tidak menarik bagi wartawan atau memberi ruang untuk dijadikan bahan sensasi media. Terhadap pernyataan formal seperti ini, wartawan hanya bisa menulis ulang verbatim tanpa bisa memberikan interpretasi.
Pada masalah kedua, Zhou Yi mengangkat bahu dan memberikan jawaban yang mengejutkan para wartawan: "Aku tidak merasa ada yang salah dengan ucapan Yan Min."
"Ha?" Sekelompok orang tertegun——Zhou Yi secara terbuka mendukung pernyataan dan tindakan Yan Min?! Bukankah dia selalu menekankan perspektif keseluruhan dan kepentingan kolektif? Kenapa tiba-tiba mendukung Yan Min?
Tapi setelah dipikir-pikir, mereka semua adalah pemain China. Saling mendukung memang wajar. Mungkin secara pribadi Zhou Yi sudah mencaci habis-habisan Yan Min, tapi di depan media tetap harus menjaga martabat adik seperguruannya...
Tapi mereka salah. Zhou Yi tidak menyindir Yan Min, malah menyindir mereka.
"Sebagai pemain penyerang, apa salahnya memilih untuk menembak?" Dia balik bertanya ke wartawan. "Jika seorang penyerang menghadapi gawang tapi takut menendang, apa pendapat kalian? Jika akhirnya dia mengoper tapi orang lain gagal mencetak gol, apakah kalian tetap akan mengkritik Yan Min karena mengoper sebagai bentuk pengelakan tanggung jawab?"
Para wartawan tidak menyangka Zhou Yi akan menyindir mereka. Pertanyaan balik itu membuat mereka bisu.
"Kekalahan adalah tanggung jawab seluruh tim, bukan individu. Kupikir semua orang paham prinsip ini..." Zhou Yi tersenyum. Tapi di mata para wartawan, senyum itu terasa menyindir. Meski berani menantang Yan Min langsung, mereka tidak berani melakukan hal sama pada Zhou Yi. Dulu pernah ada wartawan nekat yang mencoba menantangnya untuk mencari popularitas, tapi malah dipermalukan sampai ke luar negeri. Sejak itu mereka menghindari Zhou Yi seperti wabah...
"Tidak ada yang menyalahkan pilihan terakhir Yan Min di ruang ganti tim, juga tak ada yang merasa kekalahan sepenuhnya kesalahannya. Saya pun tidak sibuk membersihkan kesalahan Yan Min. Terima kasih atas perhatian kalian, tapi faktanya kejadian yang kalian khawatirkan tidak terjadi." Tentu Zhou Yi masih menyisakan sedikit martabat untuk wartawan, ucapannya tidak terlalu keras.
"Saya harap semua tidak gegabah menanggapi kabar angin. Ini bukan hal penting. Kebebasan Yan Min untuk menembak atau tidak, termasuk keputusannya di masa depan, adalah haknya. Saya yakin dia bisa menilai kapan harus bertindak - saya sendiri pun tak khawatir. Kalah dua dari tiga pertandingan fase grup Liga Champions memang situasi buruk, tapi masih ada tiga laga tersisa. Peluang masih ada, saya tidak pesimis."
"Saya tahu ada yang khawatir tembakan terakhir Yan Min akan memengaruhi penilaian Klopp, sehingga mengurangi kesempatan bermainnya... Saya paham perasaan kalian, tapi menurutku itu takkan terjadi. Jürgen Klopp adalah pelatih hebat yang khususnya paham cara membimbing pemain muda."
Di akhir wawancara, Zhou Yi bahkan menyelipkan pujian untuk Klopp. Jika laporan wawancara ini sampai dibaca Klopp, mungkin saja dia tak lagi memandang Yan Min dengan prasangka...
Sebenarnya tanpa pujian Zhou Yi pun, Klopp tidak berencana mengalihkan kesalahan kekalahan ke pundak Yan Min.
Saat konferensi pers setelah pertandingan, dia sudah menyatakan bahwa kekalahan bukanlah tanggung jawab atau masalah satu orang tertentu.
Dia juga tidak mempermasalahkan apakah Yan Min seharusnya melakukan tembakan atau tidak.
Kekalahan ini memberinya tekanan, tapi ada hal lebih penting yang harus ditangani daripada memikirkan hal sepele seperti ini.
Pertandingan berikutnya adalah Derbi Ruhr melawan Schalke 04.
Dengan kondisi terkini seluruh tim Borussia Dortmund, bertandang ke kandang Schalke 04 kali ini berisiko besar.
Jika sampai mengalami dua kekalahan beruntun, masalahnya akan semakin rumit.
Kunci utama untuk mengalahkan Schalke 04 adalah... apakah Zhou Yi bisa tampil.
……
"Apa Zhou Yi bisa bermain kali ini?" Zorc menatap Dr. Braun, matanya seolah mengancam akan "memakan" Braun jika jawabannya tak memuaskan.
Dr. Braun menghindari tatapan Zorc sambil mengangguk, "Kali ini bisa."
Mendengar ini, Zorc tersenyum dengan tatapan yang lebih lembut.
Namun giliran Klopp yang kini menatap tajam ke arah Braun.
Braun mengangkat tangan: "Saya tahu pertanyaanmu. Tenang, keputusan ini bukan karena tekanan Zorc. Karena tidak ke London, Zhou Yi punya istirahat cukup. Kondisi fisiknya sudah memenuhi syarat untuk tampil. Seandainya dia ke London, mungkin dia tak akan bisa main melawan Schalke 04..."
"Bisakah dia jadi pemain utama?" Klopp tetap tanpa ekspresi lega, terus mendesak.
"Bisa masuk starting lineup, tapi tidak bisa main full 90 menit." Dr. Braun memberikan jawaban.
"Baik." Klopp menganggukkan kepala.
Dengan saran profesional dari ketua tim medis, dia tahu harus bertindak bagaimana.
Zorc tetap senang. Meski tidak bisa main penuh, sudah cukup. Ini jelas kabar baik bagi Borussia Dortmund yang baru kalah di pertandingan grup Liga Champions.
Dia hampir tak sabar mengumumkan: "Kalau begitu saya minta situs resmi rilis berita, bilang Zhou Yi akan comeback di laga vs Schalke 04?"
"Tidak masalah." Dr. Braun mengangguk.
Tapi Klopp menolak: "Tidak, jangan dulu."
"Kenapa?" Zorc terkejut.
Bukannya ini kabar baik? Bukannya kabar baik harus disebarluaskan?
"Saya perhatikan media-media sedang berspekulasi apakah Zhou Yi bisa tampil di Derby. Banyak kekhawatiran, bahkan menyamakan Zhou Yi dengan İlkay Gündoğan, menganggap mereka mengalami masalah serupa..." kata Klopp. "Menurutku, jika laporan media ini bisa membuat Schalke 04 benar-benar mengira Zhou Yi sulit tampil di Derby... itu bagus. Biarkan mereka terus berspekulasi."
Zorc langsung paham maksud Klopp: "Kau ingin mengibarkan kabut asap ke Schalke 04 sebelum laga?"
Klopp mengangguk: "Ya. Jadi saya harap semua bisa kompak, menyuarakan narasi yang sama ke publik—katakan saja kita juga tidak tahu apakah Zhou Yi bisa comeback di laga vs Schalke 04..."
"Ada satu masalah." Braun menyela. "Latihan? Dalam latihan kita tidak mungkin terus menggunakan Zhou Yi..."
"Latihan seperti biasa saja. Dia sudah berlatih bersama tim lebih dari seminggu."
"Bagaimana saat pertandingan internal? Harus ada proses penyesuaian starting lineup. Nanti semua akan tahu di sisi mana Zhou Yi ditempatkan. Dengan banyaknya anggota tim, apakah Anda akan menerapkan larangan bicara ke seluruh tim?"
"Mengapa tidak bisa?" Klopp membalas dengan pertanyaan retoris.
"Uh..." Braun kehabisan kata.
"Suruh mereka diam jika ingin memenangkan pertandingan. Tapi sebenarnya pertandingan internal tidak penting, tidak ada pembagian fixed starting lineup. Jadi sulit menebak apakah Zhou Yi akan bermain dari situ. Bahkan jika kita taruh dia di grup cadangan, apakah itu berarti dia tidak akan tampil?" Klopp menjelaskan lebih lanjut.
Untuk mengalahkan Schalke 04, dia benar-benar memeras otak. Di musim-musim sebelumnya, tak perlu repot seperti ini. Cukup latihan normal tanpa perlu trik-trik konspirasi.
Tapi sekarang, kondisi Borussia Dortmund sedang tidak baik. Klopp pun harus lebih hati-hati, lebih banyak berpikir dan mencari cara.
Dia mulai merasakan tren penurunan performa tim dari puncak kejayaan...
