Zhou Yi yakin dirinya takkan meraih Ballon d'Or. Penghargaan itu lebih mengutamakan reputasi ketimbang performa nyata, dengan faktor kejutan yang terlalu banyak.
Ia lebih fokus pada program pemulihan latihan setelah sembuh dari cedera.
Meski tampil gemilang di Derbi Ruhr, ia tidak bermain penuh 90 menit.
"Selama dia masih tidak bisa bermain penuh 90 menit, Zhou Yi merasa dirinya belum sepenuhnya pulih."
Jadi meskipun sehari setelah Derbi Ruhr, semua pemain yang bertanding mendapat libur sehari, Zhou Yi tetap pergi ke Basis Pelatihan Brackel dan menemui Kottane.
"Bukannya kamu sudah dinyatakan sembuh total?" Kottane terkejut melihatnya kembali.
"Pemulihan tubuh pasca pertandingan, ingin minta pijatanmu." kata Zhou Yi.
"Kenapa dulu tidak pernah segini rajinnya saat pemulihan pasca pertandingan?" Kottane menyeringai, tapi tetap menyuruh Zhou Yi naik ke tempat tidur pijat.
"Setelah cedera jadi lebih memperhatikan kesehatan..." Zhou Yi melepas baju dan tengkurap di tempat tidur.
Melihat ini, Kottane menepuk punggung telanjangnya: "Ngapain lepas baju? Mau pamer otot-otot menyedihkanmu secara tidak langsung?"
"Apaan sih!"
"Pakai baju, pemulihan tubuh fokusnya di kaki." perintah Kottane.
Baru sadar, Zhou Yi buru-buru memakai bajunya: "Kebiasaan..." dia berusaha menjelaskan.
Kottane mendengus sinis.
Zhou Yi kemudian duduk miring di tempat tidur, meluruskan kedua kaki untuk dipijat otot-otot kakinya oleh Kottane.
Memandangi Kottane yang sedang menunduk fokus memijat, tiba-tiba Zhou Yi teringat masa ketika mereka pernah hidup bersama. Dulu saat dia mengalami ketegangan otot ringan, Kottane juga memijatnya dengan serius seperti ini.
Meskipun dia sering berdebat dengan Kottane, Zhou Yi tetap bisa merasakan perhatiannya.
Sekarang dia bisa kembali ke lapangan, orang tua pun tidak akan tinggal lama. Mereka pasti akan pulang. Nanti apartemen luas itu akan kembali sepi, rasanya tidak enak.
Tiba-tiba dia ingin pindah kembali dan tinggal bersama Kottane. Lagipula rumah itu sudah dia beli, kapan saja bisa kembali.
Tapi begitu memikirkan masalah yang akan ditimbulkan bagi Kottane, kepalanya langsung pusing.
Jadi selebriti juga punya kesulitan sendiri, setidaknya tidak bisa bertindak semaunya...
Banyak wartawan dan suporter mengawasi. Laki-laki dan perempuan tinggal serumah, bagaimana tanggapan orang?
Tindakan yang tidak pada tempatnya!
Memikirkan ini, Zhou Yi tak sadar menghela napas.
Mendengar helaannya, Kottane menolehkan pandang: "Wah."
Zhou Yi menyadari ketidaksopanan itu, lalu diam.
"Jarang kudengar kau mengeluh. Ada masalah?" tanya Kottane.
"Tidak..." Zhou Yi gelengkan kepala. Tentu harus disangkal.
"Katakanlah, biar aku tidak bosan."
Zhou Yi marah: "Kau benar-benar tidak punya simpati!"
“Aku penasaran, hal apa yang bisa membuatmu menghela napas…” Kottane berkata sambil tersenyum, benar-benar tanpa simpati...
“Bukan apa-apa, urusan pribadi.” Zhou Yi terus menggelengkan kepala menghindar.
Tak disangka Kottane tiba-tiba menjadi sangat kepo, mungkin karena benar-benar bosan sendirian di ruang fisioterapis ini, dia terus memancing cerita: “Konflik dengan orang tua karena tinggal bersama terlalu lama?”
Zhou Yi melototi dia: “Kau pikir aku seperti kau?”
“Kalau begitu cemas dengan nominasi Ballon d'Or akhir tahun?”
“Aku tahu pasti tidak dapat, bahkan tidak pernah terpikir.”
“Masih ada sedikit kesadaran diri... Lalu kenapa?” Kottane bahkan berhenti memijat, menopang dagu dengan jari, mengerutkan alis sambil berpikir.
“Hoi!” Zhou Yi protes. “Bisa tidak berhenti kepo!”
“Kamu sendiri yang aneh, sampai-sampai menghela napas! Aduh, dulu tinggal bersamamu sekian lama tak pernah kudengar kamu menghela napas...”
Kottane belum selesai bicara, sudah melihat Zhou Yi menoleh ke pintu sambil canggung berkata: “Kevin, kau datang untuk apa?”
Kottane menoleh tajam, benar melihat Großkreutz berdiri di pintu dengan ekspresi aneh.
“Awalnya mau pijat buat rileks otot, tak kira Zhou Yi juga ada di sini... Ha, kalau gitu tidak ganggu kalian, besok aku kembali saja!”
Selesai bicara, Großkreutz berbalik dan langsung lari menghilang. Tangan Zhou Yi bahkan belum sepenuhnya terulur, orangnya sudah tak terlihat.
Hanya menyisakan dua orang di dalam ruangan yang saling pandang bingung.
……
Großkreutz terus berlari hingga ke luar gedung, baru memperlambat langkahnya, lalu menutup mulut dengan tangan sambil melebarkan mata.
Ternyata dia tanpa sengaja membongkar gosip besar! Berita panas!
Zhou Yi dan sang Dewi Kottane di tim ternyata punya hubungan istimewa! Ya Tuhan!
"Pantasan bocah itu akhir-akhir ini sering datang ke Kottane untuk pijatan..." gumam Großkreutz sendiri dengan ekspresi seperti baru tersadar.
Jika Zhou Yi melihat senyum Großkreutz ini, pasti akan berteriak histeris.
Tapi sayangnya, saat ini Zhou Yi sedang berada dalam keheningan canggung yang misterius dengan Kottane, sehingga tak bisa menghentikan Großkreutz.
Tak lama kemudian Großkreutz langsung kabur sambil menyunggingkan senyum licik.
Gosip sebesar ini, dia sudah tak sabar ingin berbagi dengan orang lain!
Ini pasti berita gosip paling panas di Basis Pelatihan Brackel!
Sang Dewi yang diam-diam diidamkan banyak orang ternyata bersanding dengan Zhou Yi. Dengarkan ucapan Kottane - "Tinggal bersamamu selama ini"!
OH MY GOD！！
Sungguh menggemparkan!
Ternyata mereka sudah hidup bersama tanpa sepengetahuan kita semua!
Dua orang dewasa berlainan jenis hidup bersama, apa artinya ini? Rasanya tak perlu dijelaskan lagi!
Großkreutz merenung sejenak, hubungannya dengan Zhou Yi sudah cukup lama. Saat Zhou Yi pertama kali masuk tim utama, dialah yang membawanya ke basis pelatihan sepak bola. Meski hubungan mereka sangat dekat, sebelum Zhou Yi membeli rumah, ia tak pernah mengunjungi tempat tinggalnya.
Ia bahkan tidak tahu di mana Zhou Yi tinggal. Zhou Yi selalu bilang rumah sewaannya terlalu kecil dan sudah cukup tua, tidak memungkinkan untuk mengadakan pesta bersama rekan setim. Menghibur rekan setim di rumah tua itu akan membuatnya kehilangan martabat - saat itu Zhou Yi bahkan memberi penjelasan ilmiah pada Großkreutz tentang apa itu "Mianzi" dan mengapa konsep ini sangat penting bagi orang China.
Großkreutz pun mempercayai penjelasan Zhou Yi kala itu. Dengan alasan yang sama, Zhou Yi bahkan tidak membiarkan rekan setimnya mengetahui lokasi rumahnya.
Lokasi tempat tinggalnya memang tidak penting bagi rekan setim, tak ada yang terlalu kepo mencari tahu hal seperti itu.
Selain itu, demi menghormati Zhou Yi, jika dia merasa malu dengan rumah tuanya, sebaiknya tak ada yang memaksa bertanya detail lokasinya. Bukankah Zhou Yi pernah berkata: "Bagi orang China, martabat itu lebih berharga daripada nyawa sendiri"...
Sekarang setelah dipikir ulang, Großkreutz akhirnya menyadari segalanya.
Semua alasan tentang rumah sewaan yang sempit dan memalukan, jargon "martabat di atas segalanya" itu... semuanya cuma dalih belaka!
Mengapa dia tak mau mengizinkanku mengunjungi tempat tinggalnya?
"Sederhana saja, karena di dalamnya ada seorang gadis cantik yang tinggal bersamanya!"
Ini kasus percintaan gelap yang klasik!
Großkreutz mengusap-usap dagunya.
Tak disangka Zhou Yi yang terlihat jujur dan baik hati ini ternyata juga bermain trik 'menyembunyikan kekasih di rumah emas'!
Benar-benar tak bisa menilai orang dari penampilan!
……
"Tidak mau menjelaskan?" Setelah beberapa saat ragu, Kottane bertanya pada Zhou Yi.
"Mau menjelaskan apa..." Zhou Yi merengut. "Kamu belum pernah dengar pepatah: 'Penjelasan hanyalah kamuflase'? Semakin dijelaskan sekarang, orang semakin mengira aku sedang menutupi."
Kottane juga diam, tak tahu harus berkata apa.
Ruang fisioterapi pun kembali diselimuti keheningan yang canggung.
Akhirnya Zhou Yi yang tak tahan dengan suasana ini lebih dulu bicara: "Eh, aku pergi dulu..."
Usai mengucapkan itu, Zhou Yi langsung kabur dari ruang fisioterapi bagai dikejar-kejar.
Membiarkan Kottane sendiri duduk di kantornya, kedua tangan menopang dahi.
Kok bisa segitunya, Großkreutz tepat muncul di pintu saat dia sedang berbicara?
Meski tak mengucapkan sepatah kata, dari ekspresinya jelas dia mendengar percakapan mereka.
Artinya, hubungannya dengan Zhou Yi sudah terekspos...
Tunggu, hubungan apa yang sebenarnya antara dia dan Zhou Yi?
Tentu saja hubungan biasa, mereka cuma teman sekamar yang menyewa bersama.
"Tapi kalau ucapan ini disampaikan, apakah orang lain mau mendengarnya?"
"Apa yang akan dipikirkan orang lain?"
"Laki-laki dan perempuan tinggal berduaan di satu kamar begitu lama, mereka hanya penyewa biasa? Siapa yang percaya?"
"Jika hal ini terjadi antara pemain profesional dengan wanita lain, lalu terekspos media, reaksi pertama Kottane mungkin juga tidak percaya hubungan mereka murni sekamar..."
Kottane tak bisa menahan helaan napas.
