Sepanjang hari ini Kottane tetap di ruang fisioterapinya, tidak kemana-mana. Dia sudah mempersiapkan diri untuk menyambut gelombang rekan yang akan menanyakan rumor tentang dirinya. Seharusnya segera, kabar ini akan menyebar ke seluruh tim, lalu klub, dan akhirnya ke media...
Tapi seharian penuh, tak seorang pun datang bertanya: "Eh, katanya kamu pacaran dengan Zhou Yi?"
Tidak ada, baik rekan di tim medis maupun para pemain, tak ada yang muncul dengan ekspresi bersemangat di hadapannya.
Ini membuatnya bingung - jangan-jangan mulut bajingan Großkreutz itu benar-benar bisa disegel?
Atau mungkin Zhou Yi mengancamnya dengan "tidak akan memberi assist lagi di lapangan"?
Tapi Kottane tidak terlalu optimis, menurutnya begitu hubungannya dengan Zhou Yi terendus orang, paparan media hanyalah soal waktu.
Karena berpotensi terekspos, tentu harus mempersiapkan strategi respons.
"Apakah Anda pacar Zhou Yi?"
"Bukan."
"Mengapa Anda tinggal bersamanya..."
"Kebetulan saja kami menyewa suite yang sama."
"Kalau bukan pacarnya, mengapa tidak pindah?"
“Aku yang pertama menempati, kenapa harus pindah?”
“Lalu kenapa Zhou Yi tidak pindah?”
“Aku mana tahu? Bukannya kalian harus tanya dia?”
“Bukan berarti menyangkal itu upaya menutupi sesuatu?”
“Percaya atau tidak, terserah.”
……
Kottane membayangkan dalam pikirannya dialog sengit antara dirinya dan para wartawan.
Saat dia merasa sudah siap menghadapi para pencari gosip, yang datang justru bukan mereka melainkan Zhou Yi.
“Alasan pemulihan fisik pasca pertandingan itu tidak masuk akal,” ujar Kottane pada Zhou Yi yang berdiri di pintu.
“Aku bukan datang untuk pijatan,” geleng Zhou Yi.
“Kalau begitu untuk menyamakan pernyataan ke media?” Kottane balik bertanya.
“Aku mengajakmu makan.”
Kottane terkejut sejenak, lalu marah: “Kau ingin memberi bahan bakar ke media?”
“Makan di rumahku, tidak ada wartawan di sana.”
……
Hingga berada di dalam lift, Kottane masih bingung kenapa menerima undangan Zhou Yi ke rumahnya.
Berkat kaca privasi Mercedes yang ditumpanginya dari basis pelatihan sepak bola, keberadaannya di kursi belakang tidak terlihat. Seandainya tidak, rumor pacarnya Zhou Yi pasti semakin kuat.
“Kunci sidik jari. Tidak ada yang bisa naik tanpa izin.” Zhou Yi seolah ingin menenangkan Kottane, menjelaskan.
“Cukup dengan selotip transparan, sidik jari bisa diambil dengan mudah.” Kata Kottane.
“Hanya demi bahan berita, mau belajar jadi mata-mata?” Zhou Yi menyeringai meremehkan perkataan Kottane.
“Kalau kamu di Inggris, tong sampah depan rumahmu pasti dibongkar paparazi, percaya nggak?” Kottane membalas tak kalah tajam. “Mereka bahkan tahu berapa kali kamu bercinta dalam seminggu.”
Zhou Yi mengernyit, tak bisa membantah karena dulu saat masih jadi suporter, dia memang sering mendengar berita semacam itu. Paparazi Hong Kong sangat populer di China daratan, padahal mereka sendiri adalah murid paparazi Inggris...
“Eh, Zhou Yi. Kamu nggak punya pacar, gimana mengatasi kebutuhan biologis?” Kottane dengan lancar beralih ke urusan privasi Zhou Yi.
Zhou Yi melototinnya: “Urusan lo!”
“Jangan-jangan pernah nyari pelacur? Aku tahu, pelacur di Jerman legal...”
Zhou Yi membentak: “Dulu kita serumah, aku pernah keluar nyari pelacur atau nggak, masa kamu nggak tahu?!”
“Gimana aku tahu?” Kottane santai membuka tangan. “Kita kan nggak selalu bersama 24 jam.”
Zhou Yi tercekat, akhirnya mengaku: “Nggak.” Tapi tak lupa balas menyerang. “Kurasa kamu salah profesi jadi fisioterapis. Kelakuanmu lebih keji dari paparazi.”
Kottane tersenyum: "Rasa ingin tahu dasar masih kumiliki."
"Pertanyaanmu sudah melampaui kategori 'rasa ingin tahu dasar'. Jika aku bertanya padamu..." Zhou Yi sebenarnya ingin melanjutkan "bagaimana jika aku mengajukan pertanyaan yang sama padamu", tapi mengingat Kottane adalah perempuan, pertanyaan seperti itu terlalu vulgar. Ia menelan kembali ucapannya.
Kottane sepertinya bisa menebak pertanyaan yang tidak sempat diajukan Zhou Yi. Biasanya, mungkin dia akan menggoda Zhou Yi.
Tapi saat ini, berduaan dalam ruang sempit ditambah peristiwa dua hari terakhir, menciptakan atmosfer yang ambigu...
Lift pun tenggelam dalam keheningan canggung yang membuat kedua orang tidak nyaman.
Untungnya lift segera sampai di lantai tujuan.
Bunyi "ding" penanda kedatangan bagai bel istirahat sekolah, membuat mereka serentak menghela napas lega.
……
Saat bertemu orang tua Zhou Yi, Kottane mengubah total sikap dinginnya. Dengan ramah ia menyapa kedua orang tua, tetap tersenyum meski tak paham bahasa mereka, tanpa menunjukkan ketidaksabaran atau emosi negatif.
Zhou Yi yang menyaksikan perubahan drastis Kottane hanya bisa terkesima – katanya perempuan mudah berubah rupa, hari ini ia benar-benar membuktikannya!
“Orang tua saya bilang terima kasih, karena kamu sudah merawat dan merawatku saat aku cedera…” Zhou Yi menerjemahkan ucapan orang tuanya untuk Kottane. Alasan dia mengundang Kottane makan ke rumah adalah karena orang tuanya ingin berterima kasih atas perawatan Kottane selama dia cedera.
Kottane tersenyum pada orang tua Zhou Yi: “Jangan sungkan, ini pekerjaanku. Sebagai fisioterapis tim, merawat dan mengobati pemain adalah tanggung jawab saya.”
Setelah Zhou Yi menerjemahkan jawaban Kottane, Zhou Jianliang dan Li Cuiyun menyuruhnya menemani Kottane, sementara mereka melanjutkan pekerjaan di dapur.
Hanya tersisa Zhou Yi dan Kottane di ruang tamu.
Kottane mulai mengamati rumah baru Zhou Yi. Dibandingkan rumah sewaan mereka sebelumnya, tempat ini jauh lebih mewah. Rumah lamanya terlihat tua dengan fasilitas kuno, tidak berkilau seperti ini.
“Enak ya jadi orang kaya, beli rumah bagus semudah itu,” desah Kottane, entah memuji atau menyindir.
Dia menoleh bertanya: “Bagaimana mereka tahu aku yang merawatmu?”
Zhou Yi menjawab: “Aku yang kasih tahu.”
“Apa kamu juga bilang soal kita tinggal serumah?” tanya Kottane.
“Yang itu tidak.”
“Kenapa tidak?”
“Kamu juga tidak ngomong ke Nyonya Wagner soal kita tinggal bareng,” serang Zhou Yi balik.
Keduanya tiba-tiba menyadari, masalah ini bukan soal satu orang saja yang menyembunyikan. Situasi sampai ke titik ini adalah hasil akhir dari persembunyian bersama mereka berdua. Jadi bisa dibilang mereka adalah "rekan sepenjahatan"...
Di antara keduanya kembali tercipta keheningan canggung yang memalukan.
Saat Zhou Yi hendak mengatakan sesuatu untuk menghilangkan kecanggungan ini, Kottane justru mendahului: "Aku mau bantu di dapur."
Setelah berkata begitu, dia meninggalkan Zhou Yi sendirian dan langsung menuju dapur.
Ketika Zhou Yi tersadar dan menyusul, di depan pintu dapur nyaris bertabrakan dengan Kottane.
"Tolong terjemahkan ke tante, aku mau masak steak." Kottane mengabaikan tatapan menggerutu Zhou Yi, langsung bicara.
Zhou Yi tertegun sejenak, lalu teringat rasa steak khas Kottane. Tanpa sadar dia menelan air liur, kemudian masuk ke dapur menjadi penerjemah.
Li Cuiyun sangat terkejut sekaligus senang melihat Kottane secara sukarela mau membantu.
Segera semua orang sibuk di dapur: Zhou Yi sebagai penerjemah, Zhou Jianliang sebagai asisten, sementara pilar utama dapur kini dipegang oleh dua wanita - Kottane dan Li Cuiyun.
Seorang wanita Jerman dan wanita China, dengan bantuan penerjemahan Zhou Yi, menunjukkan kerja sama yang kompak dan menyenangkan.
Bahkan kemudian, sambil sibuk, mereka mulai mengobrol. Awalnya Zhou Yi enggan menerjemahkan topik percakapan perempuan ini. Tapi di bawah "ancaman" Li Cuiyun, akhirnya dia menyerah dan menerjemahkan dengan enggan. Zhou Jianliang yang melihat adegan ini tak bisa menahan tawa.
Suasana harmonis seperti ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya di rumah ini...
Rasa ingin tahunya tiba-tiba aktif - Anaknya tiba-tiba menelepon ingin mengajak Kottane makan, mungkin bukan cuma untuk berterima kasih atas perawatan dan perhatiannya?
