Saat para pemain Bayern München bersorak merayakan gol, suasana di pihak Borussia Dortmund terasa mencekam.
Sebenarnya sebelum pertandingan dimulai, mereka semua tahu bahwa mereka berada dalam posisi yang sangat lemah dibandingkan Bayern München. Meskipun kedua tim kehilangan banyak pemain karena cedera, absennya pemain-pemain krusial di lini pertahanan Dortmund memberikan dampak yang jauh lebih besar daripada beberapa pemain Bayern yang cedera.
Bahkan di kandang sendiri, sangat sulit untuk mengalahkan Bayern München dalam kondisi seperti ini.
Namun pidato Klopp sebelum pertandingan berhasil membangkitkan semangat dan harapan mereka untuk bertarung melawan Bayern München di kandang sendiri.
Sayangnya, mereka gagal.
Gol yang kebobolan ini membuat banyak orang kehilangan motivasi.
Masih ada jurang lebar antara mimpi dan kenyataan.
Keyakinan yang awalnya sudah tidak terlalu kuat mulai goyah lagi.
Sebenarnya jika dipikir-pikir, kekalahan dalam pertandingan ini pun tidak ada yang bisa menyalahkan mereka. Hasil pertandingan sudah bisa diprediksi sejak awal, ini bukan kesalahan taktik. Mereka sudah berusaha maksimal dan menunjukkan keberanian selama pertandingan.
Sangat menyedihkan bahwa akhirnya mereka tidak bisa meraih kemenangan.
Bahkan kapten tim, Weidenfeller, terdiam. Kepalanya tertunduk sambil berlutut di depan gawang. Bola itu berada di belakangnya, tapi dia bahkan tidak mau menoleh.
Tiba-tiba, bayangan hitam menyelimuti tubuhnya. Terkejut, dia mengangkat kepala dan melihat punggung Zhou Yi yang sedang mengambil bola dari dalam gawang.
Ia memeluk bola sepak di dada, berbalik dan melihat Weidenfeller sedang menatapnya. Lalu ia mengangguk ke arah Weidenfeller tanpa berkata-kata, langsung berlari menuju lingkaran tengah.
……
Pertandingan dimulai kembali. Bayern München yang baru saja mencetak gol sedang berada di puncak moral, sementara Borussia Dortmund terlihat lesu.
Di lapangan, Bayern München benar-benar mendominasi permainan.
Data statistik sudah menunjukkan tanda-tandanya.
Dalam hal penguasaan bola, Bayern München pernah mencapai 76% yang menunjukkan keunggulan mutlak.
Rangkaian operan panjang mereka memaksa pemain Borussia Dortmund terus-terusan berlari mengejar bola seperti ditarik hidung.
Ruang kosong di lini pertahanan semakin banyak, dan tembakan mengancam dari Bayern München juga semakin sering.
Sepertinya Bayern München bisa mencetak gol kapan saja... jika saja waktu babak pertama tidak hampir habis.
Akhirnya, saat wasit utama membunyikan peluit tanda berakhirnya babak pertama, Borussia Dortmund tertinggal 0-1 di kandang sendiri.
Tapi banyak yang berpendapat jika ada tambahan injury time 3 menit di babak pertama, mungkin skor sudah menjadi 0-2.
Selama periode ini Borussia Dortmund benar-benar terus ditekan, bahkan sulit melewati separuh lapangan.
"Babak pertama berakhir, wasit utama menyelamatkan Borussia Dortmund!" kata Marcel Leif. "Tapi masih ada 45 menit babak kedua yang menanti. Bayern München punya cukup waktu setengah pertandingan untuk mencetak gol, apakah lini pertahanan Borussia Dortmund bisa bertahan selama 45 menit lagi?"
……
Di ruang ganti Borussia Dortmund, udara terasa berat.
Setiap pemain yang masuk langsung duduk di posisinya tanpa bersuara.
Saat Klopp masuk, ia menepuk tangan keras-keras dan berseru memberi semangat: "Apa ini! Pertandingan baru separuh lapangan! Kita cuma kebobolan satu gol! Apa gunanya bersikap murung seperti ini! Angkat kepala kalian dan lebih waspada!"
Mendengar perkataannya, para pemain satu per satu mengangkat kepala.
Wibawa Klopp di dalam tim cukup besar, perkataannya didengarkan.
"Di babak kedua kita terus menyerang!"
Klopp melanjutkan.
Meski terus menyerang berisiko kebobolan lagi, tapi bagi Dortmund saat ini, kebobolan satu atau dua gol sama saja. Lebih baik menyerang siapa tahu bisa menyamakan skor. Hingga detik ini Klopp tetap memilih berjudi habis-habisan karena memang tak ada pilihan lain...
……
15 menit jeda babak pertama berlalu cepat. Di babak kedua, kedua tim bertukar sisi lapangan tanpa melakukan pergantian pemain.
Dortmund tak ganti pemain karena tak ada cadangan, sementara Bayern München tidak mengganti karena Guardiola puas dengan performa pemainnya.
Setelah babak kedua dimulai, seperti di babak pertama, Dortmund kembali memulai serangan gencar ke gawang Bayern München.
Hanya saja berbeda dengan babak pertama, ketika suporter Bayern München melihat Borussia Dortmund seperti ini, mereka tidak lagi takut akan kebobolan gol.
Hanya macan kertas yang penuh gertakan kosong - inilah suara hati banyak suporter Bayern München.
……
Saat Zhou Yi menguasai bola di area depan, di hadapannya berdiri pertahanan solid Bayern München yang utuh, sementara di sampingnya masih ada penjagaan ketat Javi Martínez.
Tanpa kesempatan umpan yang bagus, Zhou Yi hanya bisa mengoper bola ke belakang atau terus mempertahankan penguasaan.
Namun terus mempertahankan bola mengandung risiko besar.
Menghadapi tekanan bek, Zhou Yi mengayunkan kaki seolah akan membagi bola ke sayap, namun menggunakan punggung kaki luar kanannya untuk mengarahkan bola ke sisi kanan, berharap bisa menciptakan ruang kosong melalui dribelnya.
Tapi bek tengah Bayern München, Boateng di depannya sama sekali tidak tergoyahkan.
Jika pertahanan lawan tidak bisa ditarik, ruang kosong tidak akan tercipta. Zhou Yi juga tidak bisa memaksakan umpan, karena hanya akan menyerahkan penguasaan bola ke lawan.
Biasanya dalam situasi seperti ini, Zhou Yi mungkin akan mengoper ke rekan setim lalu melakukan pergerakan posisi untuk mencari celah.
Tapi hari ini, Zhou Yi tidak melakukannya. Ia masih terus mencoba menciptakan peluang melalui dribelnya.
Sayangnya pertahanan Bayern München kokoh seperti tembok baja, ditambah Javi Martínez yang terus mengganggunya di samping. Dengan tinggi 190 cm, Javi Martínez memiliki jangkauan kaki yang panjang. Bahkan dari balik Zhou Yi, ia masih bisa menyentuh bola dengan menyodorkan kakinya. Maka Zhou Yi harus berjuang mati-matian untuk mempertahankan bola.
Dalam kondisi seperti ini, hampir mustahil baginya untuk menciptakan peluang.
Zhou Yi tampaknya menyadari hal ini. Ia pun menghentikan upaya mencari celah di depan Boateng, lalu mendorong bola ke arah luar tubuhnya dengan punggung kaki luar kanan secara tiba-tiba. Setelah berputar badan, ia menggiring bola menjauh - berbalik menghadap arah berlawanan dari serangan!
Seolah-olah ia benar-benar menyerah untuk mengoper bola ke depan.
Zhou Yi yang sudah berbalik merentangkan tangannya, berusaha menjauhkan Javi Martínez di belakangnya.
Melihat Zhou Yi berbalik membelakangi arah serangan, Martínez tidak lagi melakukan tackle seagresif sebelumnya - ia khawatir tendangan dari belakang bisa dimanfaatkan Zhou Yi untuk menjatuhkan diri.
Nanti kalau wasit utama memberikan tendangan bebas di depan area penalti untuk Dortmund, betapa menyebalkannya itu?
Saat jeda babak pertama, Guardiola berulang kali menekankan agar mereka tidak sembarangan memberikan peluang tendangan bebas ke Dortmund. Setelah kebobolan di babak pertama, kualitas serangan Dortmund jelas menurun. Satu-satunya cara mereka mengancam gawang Bayern München sekarang adalah melalui set-piece.
Set-piece dalam pertandingan sepak bola merupakan senjata mencetak gol yang sangat efektif, terutama bagi tim yang tidak mendominasi permainan atau memiliki kemampuan tim relatif lebih lemah. Terlalu banyak contoh tim-tim seperti ini berhasil membalikkan keadaan lewat set-piece.
Setiap pelatih yang kompeten tentu tahu harus lebih waspada terhadap serangan set-piece lawan dalam kondisi seperti ini. Secara alami, mereka juga akan berulang kali mengingatkan pemainnya untuk tidak sembarangan memberikan kesempatan set-piece ke lawan di area yang tidak terlalu.
Karena itu, ketika Martínez menyadari tidak bisa merebut bola Zhou Yi dengan cepat, dia justru mengurangi intensitas pressing defensif. Ia hanya membayangi Zhou Yi dari belakang, mencegahnya berbalik dengan mudah.
Melihat Zhou Yi berhasil dibayangi Martínez dan tidak bisa berbalik dalam waktu dekat, Boateng di lini pertahanan Bayern München akhirnya sedikit merasa lega - Sekarang ada Martínez yang menghalangi antara dirinya dengan Zhou Yi, ia bukan lagi garis pertahanan langsung yang berhadapan dengan Zhou Yi.
Sejujurnya, menekan Zhou Yi sangat melelahkan karena siapa tahu umpan macam apa yang akan dia lepaskan.
Boateng bahkan punya perasaan bahwa menjaga Zhou Yi mungkin lebih melelahkan dibanding menjaga Messi.
Tepat saat ia mulai sedikit mengendurkan kewaspadaan, Zhou Yi yang terkunci badan oleh pressing Martínez tiba-tiba mengirimkan operan langsung mistis menggunakan tumit!
Bola menyelinap melewati celah kaki Javi Martínez, lalu meluncur melewati sisi kaki Boateng. Karena terlalu mendadak, Boateng bahkan tidak sempat merebut!
Di belakangnya sedikit, yang menerima operan langsung Zhou Yi adalah Reus yang tiba-tiba menyarang ke dalam dari sayap ke area tengah!
"Reus——!!!"
Saat Reus menguasai bola, Marcel Leif langsung berseru kencang.
Dalam sorakannya, Reus mengayunkan kaki untuk menembak!
Bola dikirimkannya dengan lengkungan akurat, melewati kiper Neuer yang menyambar, menggeser bagian dalam tiang gawang jauh lalu masuk!
Ketika bola masuk, para pemain Bayern München masih seperti patung kayu yang tak bereaksi.
Sementara pemain Borussia Dortmund sudah mulai merayakan.
Zhou Yi mendorong Javi Martínez yang terpaku, berlari ke Reus untuk merayakan gol.
Martínez memandang punggungnya yang menjauh, tak mengerti bagaimana dia bisa melihat ruang kosong itu tanpa menengok ke belakang saat membelakangi arah serangan...
Yang lain juga tertegun——kenapa nuansanya berbeda dengan babak pertama?!
