Dalam arti tertentu, sebenarnya Son Heung-min dan Zhou Yi memiliki kemiripan, sehingga memang layak untuk dibandingkan.
Keduanya datang ke Jerman pada tahun 2008.
Zhou Yi yang berusia 17 tahun pergi ke Borussia Dortmund, sedangkan Son Heung-min yang berusia 16 tahun bergabung dengan Hamburg.
Saat itu keduanya masih merupakan pemain tak dikenal di sepak bola Jerman, dan tidak menarik perhatian banyak orang.
Son Heung-min mendapat manfaat dari kebijakan terbuka Asosiasi Sepak Bola Korea, sebagai bagian dari proyek kerja sama Korea-Jerman DFB, terpilih oleh klub Hamburg untuk menjalani pelatihan sepak bola di Jerman. Saat itu ada enam pemain Korea yang mendapat kesempatan, tiga di antaranya termasuk Son Heung-min bergabung dengan Hamburg SV, sedangkan tiga lainnya masuk ke Nürnberg.
Zhou Yi terpilih oleh klub Borussia Dortmund melalui sebuah acara realitas sepak bola, lalu bergabung dengan akademi Dortmund. Beberapa peserta lain yang ikut syuting acara realitas tersebut juga bergabung dengan berbagai klub, memulai perjalanan sepak bola yang berbeda.
Setelah masuk Hamburg, Son Heung-min menjalani pelatihan di akademi sekaligus bermain untuk tim cadangan. Ia mengumpulkan banyak pengalaman pertandingan dari tahun 2008 hingga 2010 selama dua tahun masa pengembangan di akademi Hamburg.
Dibandingkan dengannya, perjalanan Zhou Yi lebih tak terduga. Tak lama setelah bergabung dengan Tim Junior Borussia Dortmund, ia langsung dipromosikan dari U17 ke U19, dan mewakili U19 dalam Liga Remaja dan Piala Jerman U19 dengan performansi gemilang. Kurang dari satu musim, ia sudah dipanggil ke tim utama.
Dari aspek ini, bisa dikatakan Zhou Yi memang menunjukkan bakat yang lebih kuat daripada Son Heung-min. Jejak perkembangan karier keduanya di sini benar-benar berbeda.
Zhou Yi yang baru dipromosikan ke tim utama hanya membutuhkan waktu kurang dari setengah musim masa persiapan. Dalam pertandingan melawan Hoffenheim, ia menyambar kesempatan dan langsung menjadi terkenal. Perlahan-lahan ia mengokohkan posisinya sebagai pilar utama di tim utama Borussia Dortmund. Hingga akhir musim, klub bahkan dengan tegas melepas gelandang inti mereka sebelumnya, Sahin, demi memberinya ruang. Fakta membuktikan keputusan ini tepat.
Meski kehilangan Sahin, Borussia Dortmund justru membuka era keemasan baru bagi mereka.
Tiga gelar liga beruntun dalam tiga musim, ditambah gelar Champions Eropa – ini menjadi periode paling gemilang dalam sejarah klub Borussia Dortmund, bahkan mengalahkan prestasi juara Champions Eropa mereka di era 90-an.
Pada fase ini, Zhou Yi bukan hanya berkembang menjadi pemain inti Borussia Dortmund, tapi juga menjadi bintang sepakbola dunia yang sangat diminati – istilah "bintang baru" pun sudah tidak tepat lagi. Setiap musim panas, namanya selalu dikaitkan dengan berbagai klub elite Eropa.
"Kebetulan juga, Zhou Yi mulai menetapkan posisi intinya di Borussia Dortmund tepat pada musim 2010-2011. Hingga kini baru tiga musim."
"Sedangkan Son Heung-min mendapatkan kontrak profesional pertamanya dan pertama kali mewakili tim utama Hamburg di Bundesliga, juga terjadi pada musim 2010-2011."
"Dalam tiga tahun, Zhou Yi menjadi bintang sepak bola yang sangat populer, sementara Son Heung-min juga perlahan berkembang di Hamburg."
"Sekarang, Son Heung-min bergabung dengan Bayer Leverkusen dengan biaya transfer 10 juta Euro yang mencerminkan kemampuannya."
"Dua pemuda ini kini telah tumbuh pesat menjadi pemimpin di tim nasional masing-masing. Jadi pertemuan mereka bisa disebut sebagai benturan level tertinggi sepak bola China-Korea."
……
"Sebelum pertandingan, keduanya ditanya wartawan tentang kesan terhadap lawannya."
"Son Heung-min? Dia penyerang hebat yang sangat mengancam. Klopp sudah mengingatkan kami untuk ekstra waspada padanya. Musim lalu saat masih di Hamburg, dia mencetak tiga gol melawan kami. Lawan yang tangguh." Kata Zhou Yi pada wartawan Korea yang mendengarnya dengan perasaan manis seperti makan madu. Pujian dari Zhou Yi memuaskan rasa ingin dipuji mereka.
"Zhou Yi tidak mengatakan ini sekadar untuk menjaga martabat pihak Korea. Semua ucapannya adalah kebenaran."
"Klopp memang benar-benar memperingatkan mereka tentang beberapa pemain Leverkusen, dan Son Heung-min termasuk di antaranya."
Bagi Son Heung-min, Zhou Yi juga bukan orang asing. Sebelumnya saat masih bermain untuk Hamburg, dia sudah tiga kali berhadapan dengan Borussia Dortmund - dua kali sebagai starter dan sekali sebagai pemain pengganti. Son Heung-min mencetak tiga gol dalam tiga pertemuan tersebut, semuanya terjadi di musim lalu.
Dalam pertandingan liga keempat musim lalu dimana Borussia Dortmund kalah 2:3 di kandang lawan melawan Hamburg, Son Heung-min menjadi penyebab utama kekalahan. Dia mencetak dua gol dalam pertandingan itu, membantu Hamburg meraih kemenangan sekaligus memberikan kekalahan pertama dan satu-satunya untuk Dortmund di musim tersebut.
Karena sejarah pertemuan inilah, Klopp mengingatkan semua orang untuk waspada terhadap Son Heung-min.
Setelah transfer ke Bayer Leverkusen musim ini, Son Heung-min telah tampil sebagai starter 10 kali dan sekali sebagai pemain pengganti, mencetak total enam gol. Jumlah ini menempatkannya di peringkat ketiga pencetak gol di Bayer Leverkusen, di bawah rekan lini depan Stefan Kießling yang mencetak sembilan gol dan gelandang Sidney Sam yang mencetak tujuh gol.
Beberapa wartawan China juga datang untuk mewawancarai Son Heung-min, ingin mendengar pandangannya tentang Zhou Yi.
Di Korea Selatan, Son Heung-min adalah idola dan bintang lapangan. Namun saat menyebut Zhou Yi, sikapnya cukup hormat: "Bagi saya, dia bukan hanya lawan yang tangguh, tapi juga kebanggaan pemain Asia, khususnya dari Asia Timur. Saya juga bermimpi suatu hari bisa meraih prestasi sehebat dia di klub."
Pernyataan yang juga membuat para wartawan China merasa sangat memuaskan hingga ke hati.
Dan tidak ada yang akan mengira Son Heung-min hanya berbasa-basi, karena prestasi dan posisi Zhou Yi sudah terbukti. Son Heung-min hanya menyatakan fakta.
Meski Zhou Yi hanya satu tahun lebih tua dan debut di Bundesliga satu musim lebih awal daripada Son Heung-min, secara teknis bisa dianggap sebagai seniornya. Jadi sikap Son Heung-min seperti ini tidak bisa dianggap merendahkan.
Apapun prasangka suporter Korea terhadap China, dalam hal ini mereka tidak punya alasan untuk protes.
……
Selain duel Zhou Yi vs Son Heung-min, laga ini juga menjadi "Derby Saudara" antara Bender bersaudara - Sven Bender gelandang bertahan Borussia Dortmund akan berhadapan dengan kakak kembarnya Lars Bender yang bermain sebagai gelandang di Bayer Leverkusen.
Meski sama-sama gelandang, posisi dan karakteristik mereka berbeda.
Sven Bender murni gelandang bertahan dengan pertahanan ganas, namun minim kontribusi serangan.
Sedangkan Lars Bender adalah pemain "BOX_TO_BOX" yang menguasai area penalti ke penalti, mahir menyerang dan bertahan, dengan ketangguhan, cakupan luas, dan stamina prima.
Duel kedua saudara ini pasti menjadi salah satu sorotan pertandingan.
……
Awalnya fokus perhatian ada pada hal-hal tersebut. Namun satu hari sebelum pertandingan, terjadi kejadian tak terduga.
Reus mengalami cedera saat latihan!
Meski bukan cedera yang sangat serius, namun belum diketahui apakah dia bisa tampil dalam pertandingan melawan Bayer Leverkusen ini.
Saran dari fisioterapis Dr. Braun adalah tidak mengikutsertakan Reus dalam pertandingan dan memberinya waktu istirahat.
Namun pertandingan ini sangat krusial bagi Borussia Dortmund. Jika kalah di kandang sendiri dari Leverkusen, jarak kemampuan dengan Bayern München dan lawan akan semakin melebar, sehingga perburuan gelar liga mungkin akan menjadi sirna.
Tapi jika memaksakan Reus main meski cedera, perlu dipertimbangkan pertandingan tandang melawan Galatasaray di fase grup Liga Champions pertengahan pekan depan yang juga sama pentingnya. Siapa yang bertanggung jawab jika bermain dalam kondisi cedera menyebabkan kondisinya memburuk, sehingga absen di pertandingan vs Galatasaray atau bahkan lebih banyak pertandingan?
Setelah mempertimbangkan matang-matang, Klopp akhirnya tetap memasukkan Reus dalam daftar pemain. Namun dia juga berjanji pada Dr. Braun tidak akan menurunkan Reus sebagai starter. Soal apakah akan dimainkan sebagai pemain cadangan, itu tergantung situasi.
Ini bisa disebut sebagai kompromi. Mempertimbangkan tekanan sebagai pelatih, Dr. Braun tidak bersikeras dengan sarannya dan mengizinkan keputusan Klopp. Tentu dia tetap menambahkan: "Jika memungkinkan, sebisa mungkin jangan biarkan dia tampil."
Awalnya Reus yang seharusnya menjadi pemain utama tidak bisa tampil, posisinya menjadi kosong. Lalu siapa yang bisa menggantikan posisi Reus yang kosong ini?
Pada pertandingan kandang lawan melawan Mainz sebelumnya, Mkhitaryan menjadi pemain utama, namun performansinya kurang memuaskan. Meskipun Mkhitaryan adalah gelandang serang, dia juga bisa bermain di sayap. Jadi memintanya menggantikan Reus sebenarnya masih memungkinkan. Jika tidak ada pilihan yang lebih baik, Klopp mungkin akan melakukan ini.
Tapi sekarang sebenarnya ada opsi yang lebih baik. Klopp mengalihkan perhatiannya ke Yan Min.
Yan Min menunjukkan performa bagus belakangan ini, dan tetap rajin selama latihan. Dalam waktu bermain yang terbatas, dia selalu menunjukkan performa yang meyakinkan. Lagipula dia memang pemain sayap asli, lebih cocok menggantikan Reus. Satu-satunya masalah adalah dia lebih ahli di sayap kiri, meski menggunakan kaki kanan.
Tentu saja bagi Klopp ini bukan masalah besar. Karena dalam pertandingan Yan Min juga pernah berganti posisi, bahkan pernah bermain di sayap kanan. Kaki kanannya di sayap kiri bisa digunakan untuk menyarang ke dalam dan menembak, sementara di sayap kanan bisa memberikan umpan silang yang cukup akurat.
Adakah kandidat yang lebih baik darinya?
