Baru di menit ke-16, Borussia Dortmund mendapatkan kesempatan pertama yang mengancam gawang Leverkusen - Zhou Yi memberikan operan ke Mark yang menembak di area penalti. Tembakan Mark berhasil ditepis kiper Leverkusen Bend Leno ke garis lapangan.
Dortmund mendapatkan hadiah tendangan pojok.
Tendangan pojok diumpankan ke dua bek tengah pemain utama Dortmund, Friedrich dan Sokratis Papastathopoulos yang melakukan sundulan beruntun di area penalti, namun sundulan terakhir Papastathopoulos melambung terlalu tinggi...
"Bek tengah Borussia Dortmund melewatkan kesempatan, hal ini sebenarnya biasa saja. Dalam pertandingan sepak bola, melewatkan peluang adalah hal yang wajar. Jika setiap peluang selalu terkonversi, mungkin skor pertandingan sepak bola akan sering mirip pertandingan basket..."
Tak ada yang mempersoalkan sundulan yang gagal tadi.
Namun tak lama kemudian, mereka mulai menyesali dua peluang yang terlewat oleh Mark dan Sokratis Papastathopoulos.
Menit ke-18, Borussia Dortmund sedang melakukan operan pendek di area pertahanan.
Papastathopoulos memberikan operan menyamping ke rekan bek tengahnya Friedrich. Saat Friedrich hendak mengoper ke sayap, terjadi kesalahan! Seharusnya umpan untuk bek sayap, malah mendarat di kaki pemain Bayer Leverkusen, Castro!
"Kesalahan umpan Friedrich!" teriak Marcel Leif.
Westfalenstadion pun riuh.
Castro yang menerima hadiah tak terduga ini tetap tenang. Dengan cepat ia memberikan umpan terobosan tajam ke depan!
Umpannya tepat ke Son Heung-min yang berada di posisi paling depan!
Son Heung-min menyambut bola lalu menyodok lagi, menerobos area penalti dan meninggalkan Friedrich yang sedang berbalik!
"Peluang emas Leverkusen!" pekik komentator Korea dengan semangat.
"Bahaya!" teriak Duan Xin, komentator China.
Di tengah keriuhan, Son Heung-min masuk ke area penalti. Berhadapan dengan Weidenfeller yang keluar gawang, dia mengayunkan kaki kanannya seolah akan menembak, namun tiba-tiba menggeser bola ke kiri sehingga menipu Weidenfeller yang sudah keluar posisi.
Kemudian dia berlari mengejar bola dan tanpa ragu menembak meski sudut tembak sudah sangat sempit!
Bola melesat masuk ke gawang sebelum Sven Bender pemain Borussia Dortmund yang mundur bertahan sempat menghalangi. Meski Sven Bender sudah melakukan sliding tackle tepat di garis gawang, tetap gagal mencegah gol ini...
"Aaaaaa!! Son Heung-min--!!" teriak Marcel Leif sambil mengangkat tangan. "Son Heung-min! Pantas dijuluki 'Momok Borussia Dortmund'! Dia mencetak gol pembuka untuk Bayer Leverkusen! Ini sudah gol keempatnya melawan Dortmund!!"
"Baru 18 menit pertandingan, Bayer Leverkusen yang bermain tandang sudah unggul! Keunggulan ini tidak mengejutkan karena sebelum gol pun Leverkusen sudah mendominasi! Mereka bermain sangat agresif sejak awal dengan kecenderungan Menjadi Tuan Rumah di Kandang Lawan! Son Heung-min adalah kunci strategi ini! Di area depan, dia bisa menjadi poros serangan sekaligus eksekutor akhir!" Komentator Korea tentu saja bersemangat memuji-muji Son Heung-min.
Dalam duel melawan Zhou Yi, Son Heung-min sudah lebih dulu unggul!
Duan Xin justru merasa kesal dan frustrasi melihat Borussia Dortmund tertinggal. Penyebab utama emosinya bukan karena Dortmund tertinggal skor, melainkan karena dalam persaingan antara Son Heung-min dan Zhou Yi, seolah-olah Zhou Yi yang kalah...
Sebagai insan sepak bola China, meski di permukaan harus menjaga objektivitas, saat membahas sepak bola Korea yang menjadi kebanggaan dan perwakilan Asia, dalam hati tetap menyimpan prasangka yang besar. Bagaimanapun, performa kontroversial Korea di Piala Dunia 2002 masih membekas. Hanya orang buta dan bodoh yang bisa memuji sepak bola Korea.
Ditambah dengan sejarah perseteruan panjang sepak bola China-Korea, serta konflik non-sepak bola, membuat para pelaku sepak bola China sulit menghargai sepak bola Korea.
Duan Xin sangat gerah dengan pemberitaan media Korea yang membandingkan Zhou Yi dan Son Heung-min sebelum pertandingan - "Apa hak Son Heung-min disetarakan dengan Zhou Yi kita? Zhou Yi punya tiga gelar liga, satu Champions Eropa, Pemain Terbaik Eropa... Mana prestasi Son Heung-min yang bisa menyaingi?"
Akibat pemberitaan sensasional itu, seolah-olah Son Heung-min sudah setara levelnya dengan Zhou Yi. Duan Xin tidak menyangkal bakat Son Heung-min, tapi untuk saat ini masih jauh di bawah Zhou Yi.
Sebenarnya Duan Xin tidak ada masalah dengan Son Heung-min pribadi. Yang membuatnya jengkel adalah cara media Korea yang memaksakan narasi dan mencuri perhatian dengan mengaitkan keduanya.
Menurutnya, media Korea memanfaatkan reputasi Zhou Yi untuk menjadikan Son Heung-min sebagai bahan sensasi.
Karena itu, dia berharap Zhou Yi bisa memberi pelajaran pada media Korea lewat performa gemilang di pertandingan, menunjukkan bahwa Son Heung-min masih jauh di bawah Zhou Yi!
……
Usai gol, siaran TV menyoroti Son Heung-min yang sedang merayakan gol. Dikelilingi rekan setim, senyumnya merekah bahagia.
Kemudian kamera beralih ke Zhou Yi yang berdiri dengan tangan di pinggang, ekspresinya datar tanpa emosi.
Adegan ini penuh makna tersirat.
……
Pemain Bayer Leverkusen menyelesaikan perayaan di tengah siulan suporter Borussia Dortmund, lalu kembali ke separuh lapangan. Zhou Yi dan Mark sudah menunggu di lingkaran tengah.
Wasit utama meniup peluit, pertandingan dimulai kembali.
Borussia Dortmund yang tertinggal langsung meningkatkan intensitas serangan. Beberapa menit berikutnya, gawang Bayer Leverkusen dikepung habis-habisan.
Sayangnya, setelah hampir sepuluh menit mengepung, Borussia Dortmund gagal menaklukkan gawang lawan. Justru Bayer Leverkusen yang membalas lewat serangan balik berbahaya.
Menit ke-29, Großkreutz mengirim umpan silang dari sayap kanan. Aubameyang menyambut bola dengan voli udara di depan gawang!
Tendangan keras berkualitas tinggi itu sayangnya berhasil dihalau kiper Leno.
"Setelah itu Bayer Leverkusen melancarkan serangan balik, Hegeler memberikan umpan terobosan dari gelandang, Son Heung-min kembali mendapatkan kesempatan serangan balik melewati offside! Dia membawa bola masuk ke area penalti, berhadapan langsung dengan Weidenfeller yang keluar!"
"Son Heung-min! Serangan balik Bayer Leverkusen datang lagi! Son Heung-min lagi! Serangan satu lawan satu--"
Di tengah teriakan parau komentator Korea yang berapi-api.
Son Heung-min memiringkan tubuhnya ke satu sisi, mendorong bola dengan kaki kanan ke arah sebaliknya.
Weidenfeller sudah berlutut di tanah, hampir tak bisa melakukan gerakan penyelamatan. Para suporter Borussia Dortmund menatap ngeri kejadian di area penalti ini - apakah Bayer Leverkusen akan mencetak gol berturut-turut?
Jika Bayer Leverkusen unggul dua gol, pertandingan ini akan semakin sulit...
Sementara para pemain Bayer Leverkusen sudah tak sabar mengangkat tangan, bersiap menyambut gol kedua Son Heung-min dengan sorakan.
Tapi bola nyentuh bahu Weidenfeller, lalu berubah arah sedikit dan melenceng keluar gawang!
"Aaaaah--!!" Komentator Korea itu berteriak histeris ke langit. "Melenceng! Keluar!! Son Heung-min gagal mencetak gol kedua, juga kehilangan kesempatan menguasai ritme permainan untuk Bayer Leverkusen! Tapi tak apa! Performa Son Heung-min di pertandingan ini sangat baik, kondisinya prima. Lanjutkan seperti ini, gol berikutnya pasti akan datang!"
Marcel Leif juga memuji performa Son Heung-min: "Son Heung-min kembali menciptakan ancaman mematikan! Saat pertama kali transfer ke Bayer Leverkusen, dia masih dalam masa adaptasi, hanya mencetak satu gol dalam delapan pertandingan pertama. Sekarang dia sudah menyatu dengan sistem serangan Bayer Leverkusen dan menunjukkan kontribusinya... Dalam empat pertandingan terakhir dia sudah mencetak enam gol! Melihat Son Heung-min yang sedang dalam kondisi puncak, Borussia Dortmund akan sulit meraih kemenangan di kandang sendiri..."
Duan Xin yang enggan memuji pemain Korea itu menghela nafas lega melihat bola keluar garis lapangan, namun segera menyinggung masalah yang dihadapi Dortmund: "Jika terus bermain seperti ini, kemungkinan besar akan kebobolan lagi. Borussia Dortmund harus melakukan perubahan. Bayer Leverkusen yang bermain sebagai tim tamu bisa mendominasi bukan hanya karena serangan balik Son Heung-min, tapi juga taktik pelanggaran mereka selama pertandingan yang sangat mengganggu Dortmund - pemain Leverkusen terus melakukan pelanggaran untuk merebut serangan Dortmund, peluit wasit utama juga terus berbunyi membuat pertandingan ini terpisah-pisah. Saya tidak mengkritik wasit, tapi menurut saya selain menerapkan aturan ketat, haruskah wasit juga mempertimbangkan prinsip keuntungan? Ada situasi dimana Dortmund jelas sedang menyerang dan bisa melanjutkan serangan, tapi wasit memilih meniup peluit menghentikan permainan... Ini membuat serangan balik Dortmund sama sekali tidak bisa berkembang..."
Hingga babak pertama ini, memang Bayer Leverkusen yang bermain di kandang lawan tampil lebih baik dengan performansi menonjol. Meski menggunakan taktik pelanggaran yang membuat pendukung Borussia Dortmund kesal, taktik ini terbukti sukses karena benar-benar menghentikan serangan Dortmund. Baik Zhou Yi maupun Sahin kesulitan mengorganisir serangan yang mengancam.
Yan Min yang menjadi starter dalam pertandingan ini sejauh ini performanya biasa saja, seolah membenarkan pandangan para pakar sebelum laga bahwa dia lebih cocok sebagai "Pemain Cadangan Super" yang muncul di babak kedua ketimbang jadi pemain utama.
Aubameyang dan Mark juga tercatat melakukan beberapa kesalahan yang menghamburkan peluang.
Ditambah lagi kesalahan di lini pertahanan, Friedrich secara tidak langsung memberikan assist untuk gol Son Heung-min, lalu memberi kesempatan serangan balik melewati offside kepada Son Heung-min.
Hingga saat ini, para suporter Borussia Dortmund benar-benar dibuat cemas dan frustrasi.
……
Meski bola tidak masuk, komentator Korea tetap memuji performa Son Heung-min: "...Penampilan Son Heung-min di babak pertama sungguh bersinar cemerlang! Kilauannya telah sepenuhnya mengalahkan Zhou Yi, Zhou Yi seolah terjepit oleh semangat Son Heung-min... Bahkan ia hanya muncul di close-up shot ketika Son Heung-min tampil gemilang..."
Saat mengucapkan ini, komentator Korea tak bisa menahan tawa, merasa bangga dengan analogi kreatifnya sendiri.
Langsung mengatakan Zhou Yi hanyalah pendamping Son Heung-min terlalu sederhana dan kasar, tidak ada estetika. Sementara menyatakan Zhou Yi hanya muncul dalam close-up shot setelah Son Heung-min tampil gemilang, jauh lebih visual. Bayangkan, setiap kali Son Heung-min berkinerja baik, lensa pasti menyoroti Zhou Yi, bukankah maknanya sudah jelas?
Beberapa tahun terakhir sejak Park Ji-sung meninggalkan Manchester United, sorotan memudar. Sepak bola Korea seolah kehilangan figur ikonik. Mereka hanya bisa menyaksikan kebangkitan Zhou Yi yang mewakili sepak bola Tiongkok berjaya di Eropa. Berapa banyak pihak Korea yang berharap muncul sosok untuk mengikis aura superioritasnya...
Dalam kondisi seperti ini, kemunculan Son Heung-min sangat tepat waktu dan mendapat dukungan publik.
Pertandingan ini menyedot perhatian suporter Korea seantero negeri. Setiap orang di depan televisi memberi semangat untuk Son Heung-min, bukti nyata dukungan dan perhatian khusus dari suporter Korea.
Syukurlah Son Heung-min tidak mengecewakan, menampilkan performansi luar biasa.
Usai pertandingan, banyak suporter Korea yang tertekan selama bertahun-tahun akhirnya bisa merasa bangga dan lega!
