Son Heung-min yang gagal mencetak gol menunjukkan penyesalan dan kesal. Awalnya menyangga kepala dengan kedua tangan, lalu tiba-tiba berjongkok dan menepuk rumput lapangan, sangat kecewa melewatkan kesempatan emas tersebut.
Ada alasan mendalam dibalik kekecewaannya terhadap performa sendiri.
Son Heung-min juga merasa kondisi hari ini benar-benar luar biasa. Meski telah mencetak lima gol dalam tiga pertandingan sebelumnya yang sudah sangat baik, ia merasa performanya hari ini bisa digambarkan sebagai "meledak-ledak".
Ia yakin bisa memenangkan pertarungan melawan Zhou Yi ini - banyak yang menganggap perseteruan antara "Zhou Yi dan Son Heung-min" hanyalah sensasi media Korea yang membosankan, sebenarnya sama sekali tidak ada hal seperti itu.
Namun kenyataannya tidak demikian. Di dalam hati, Son Heung-min sangat serius menyambut pertandingan ini. Ia juga ingin mengalahkan Zhou Yi dalam pertandingan. Tentu saja, keinginan ini bukan berasal dari patriotisme buta atau rasa rendah diri, melainkan dorongan kompetitif alami pemain sepak bola berbakat muda - jika semua orang mengakui Zhou Yi sebagai puncak pemain Asia saat ini, tentu dirinya harus menantang puncak tersebut. Lebih baik menantang Zhou Yi daripada menantang pemain kelas bawah.
Mengalahkan Zhou Yi dalam pertandingan adalah tujuan Son Heung-min, itulah sebabnya ia membiarkan saja pemberitaan sensasional media.
Dalam pertandingan ini, ia sama sekali tidak ingin memberi kesempatan Zhou Yi untuk membalikkan keadaan. Ini berarti ia harus memanfaatkan setiap peluang, sehingga sangat kesal dan kecewa ketika melewatkan kesempatan tadi.
……
"Zhou Yi tahu dirinya telah menjadi target kawalan ketat Bayer Leverkusen dalam pertandingan. Mereka tidak segan menggunakan taktik pelanggaran terhadapnya. Pelanggaran ini tentu bukan jenis yang brutal seperti menyapu kaki—sampai sekarang Zhou Yi belum mengalaminya. Kebanyakan hanya menarik seragam atau memeluknya untuk memperlambat serangan Borussia Dortmund. Pelanggaran seperti ini umumnya tidak kena kartu, tapi tetap efektif mengganggu organisasi serangannya."
"Pemain lain mungkin berusaha melepaskan diri dari situasi seperti ini."
"Tapi Zhou Yi punya pendekatan berbeda. Daripada menghabiskan tenaga bergulat dengan lawan, lebih baik mengubah logika permainan."
"Saat terjadi bola mati, dia menghampiri rekan senegaranya Yan Min."
"'Hoi, Yan Min. Ternyata kau benar-benar 'Pemain Cadangan Super' ya...'"
"Yan Min menyeringai, 'Masih sempat bercanda di saat seperti ini?'"
"Zhou Yi tersenyum, 'Aku serius. Performansimu memang biasa-biasa saja. Analisis media ada benarnya—begitu jadi pemain utama, pikiranmu jadi rumit.'"
"Yan Min diam, matanya menatap tajam tanpa mengerti maksud Zhou Yi."
"'Menurutku, jangan terlalu banyak mikir. Saat bola di kakimu, lakukan apa yang menurutmu terbaik. Kalau bisa menembus, mengapa harus oper? Atau jangan-jangan teknik individu kurang percaya diri?' Kata Zhou Yi sambil menutupi mulut, matanya berkerut karena senyum."
Mata Yan Min berbinar, dia tahu apa yang akan dikatakan Zhou Yi.
"Aku dijegal mereka, dalam waktu singkat GOBLOK/WANJIR/BANGSAT* sendirian sulit lepas. Saat seperti ini, jika ada kesempatan, jangan oper bolanya ke aku. Bawa sendiri. Pusat gravitasi pertahanan mereka ada di aku dan Aubameyang. Kamu lebih bebas, itu peluangmu." Zhou Yi terus menutupi mulutnya. "Cari kombinasi saat perlu, tapi jangan ragu jadi pahlawan tunggal saat waktunya tiba."
Usai bicara, dia menepuk-nepuk bahu Yan Min lalu berlari menjauh.
Yan Min menatap punggung Zhou Yi yang menjauh, merenungkan ucapannya, terutama kalimat terakhir.
Pahlawan tunggal...
Jangan bilang, dia memang sering terjebak dalam situasi sendirian. Baik main bola atau hal lain... Jadi urusan kayak gini mah sudah biasa, dia ahli!
……
Babak pertama telah berjalan tiga puluh menit. Penonton masih membahas peluang serangan balik melewati offside Son Heung-min yang gagal. Mereka menilai Bayer Leverkusen sudah mendominasi. Borussia Dortmund yang bermain di kandang sendiri mungkin masih memikirkan pertandingan Champions Eropa pertengahan pekan depan, menyebabkan kondisi tim hari ini buruk.
Beberapa bahkan mulai menganalisis implikasi kekalahan Dortmund dari Leverkusen.
“……Sebenarnya menurutku kekalahan Borussia Dortmund dari Bayer Leverkusen bukanlah hal yang buruk——Mari kita lihat dari sudut pandang ini, dengan kondisi skuad dan performa pemain Borussia Dortmund saat ini, mustahil bagi mereka untuk berjuang di banyak lini. Bayern München musim ini menunjukkan stabilitas yang luar biasa, sangat tidak mungkin bagi Dortmund untuk mengulangi kesuksesan menjadi juara seperti musim lalu, apalagi dibandingkan tim musim lalu yang tidak memiliki banyak pemain cedera seperti sekarang...”
“Kekalahan dari Leverkusen seharusnya bisa membantu Klopp mengambil keputusan untuk fokus pada satu kompetisi saja. Gelar liga sudah tiga kali berturut-turut diraih Dortmund dalam tiga musim terakhir. Target realistis mereka di liga musim ini sebaiknya cukup lolos ke Champions Eropa musim depan. Lebih baik konsentrasi penuh pada Champions Eropa musim ini. Ingat, mereka bahkan masih berisiko tersingkir di fase grup...”
“Meski tidak ada jaminan mengorbankan liga akan membuat langkah di Champions Eropa lebih jauh, setidaknya kita menghindari skenario terburuk kehilangan kedua kompetisi. Berkhayal di tengah realitas kejam bukanlah hal yang patut dipuji, mimpi memang perlu tapi khayalan harus segera dihilangkan...”
Tak ada yang menyadari bahwa perubahan mungkin sedang terjadi di dalam internal Borussia Dortmund.
Di tengah kepungan, Zhou Yi tetap berusaha mengoper bola. Tentu saja, mustahil langsung mengirim bola ke area mematikan dalam sekali sentuhan. Untuk maju lapis demi lapis, dia terus terlibat dalam rangkaian operan untuk mengatur serangan, ini juga sangat sulit.
Dia hanya mengoper bola ke Yan Min yang berada dekat dengannya. Ini operan menyamping biasa, tanpa jarak antisipasi, juga tidak menuju ruang kosong.
Operan seperti ini mungkin terjadi ratusan kali dalam satu pertandingan, tidak setiap kali memiliki makna khusus.
Operan kali ini pun terlihat sama.
Setelah mengoper, Zhou Yi terus berlari ke depan sambil menoleh melihat Yan Min.
Sepertinya dia berharap setelah mencapai ruang kosong, Yan Min akan mengembalikan operan padanya.
Niat jelasnya ini tentu terbaca oleh pemain Bayer Leverkusen. Segera kapten mereka, gelandang bertahan Rolfes, langsung menempelinya.
Sebagai wakil kapten Leverkusen, Rolfes bertanggung jawab penuh mengawal ancaman besar seperti dirinya.
Selain Rolfes, Lars Bender juga mengawasi Zhou Yi dengan waspada, siap membantu kapan saja. Seperti saat mereka berdua menyelesaikan masalah internal tim di ruang ganti, kerja sama kapten dan wakilnya selalu solid.
Namun dengan begitu, Yan Min yang menguasai bola menyadari dirinya hanya berhadapan dengan satu pemain pertahanan Bayer Leverkusen—Gonzalo Castro. Gelandang yang di menit ke-18 pertandingan menerima "operan" Friedrich lalu memberikan assist kepada Son Heung-Min untuk mencetak gol itu.
Menghadapi pressing Castro, Yan Min mengunyah kembali konsep "pahlawan tunggal" dalam benaknya, lalu melakukan akselerasi sambil menggiring bola menuju sayap lapangan.
Castro yang melihat Yan Min membawa bola langsung mendekat. Namun sebelum sempat menyentuh, Yan Min sudah mengejar bola. Alih-alih mengontrol, dia malah menyepak bola dengan kencang ke depan!
Dribble ini membuat bola keluar dari zona kendali Castro, sementara Yan Min berakselerasi serempak dengan gerakan menggiringnya!
Bak mobil sport yang menginjak gas sampai dasar, dia melesat meninggalkan Castro yang gagal menarik bajunya...
Setelah mengejar bola, Yan Min tak lagi menggiring kencang. Menghadapi Emre Can di depannya, dia melakukan pengereman mendadak. Bersamaan dengan itu, menggunakan punggung kaki luar kiri, dia mengoper pendek bola ke dalam sambil melompat menghindari tackle Can!
"Yan Min! Gol cantik! Manuver indah!" teriak Duan Xin penuh semangat.
Yan Min yang melompat menghindari Emre Can mendarat lalu mendorong tubuhnya lagi, melesat mengejar bola.
Saat ini, setelah melewati dua pemain, dia akhirnya berhasil menarik perhatian Bayer Leverkusen.
Lars Bender yang awalnya mengawasi Zhou Yi di samping pun tak lagi memedulikannya, buru-buru berbalik menyambar.
Pemain Bayer Leverkusen lainnya mulai bergerak mendekati Yan Min, berusaha membentuk lingkaran kepungan di luar zona 30 meter.
Kondisi ini bisa dibilang sangat merugikan Yan Min. Tapi justru di saat seperti ini, Yan Min merasa darahnya berdesir - bukankah untuk momen dan tantangan seperti inilah dia datang ke Eropa?
Jangan ragu-ragu, serang saja!
Yan Min menggeser bola ke kanan dengan kaki kirinya, lalu mengoper pelan ke sisi luar menggunakan kaki kanan setelah mengubah arah.
Geseran itu membuatnya menghindari tackle Lars Bender, sementara operan pendeknya menyelamatkannya dari rampok bola Spahić.
Tiba-tiba dia menggiring bola dengan keras ke depan, kali ini langsung menerobos masuk ke area penalti!
Begitu bola melesat, tubuhnya pun menyusul seperti peluru yang ditembakkan, menerobos keluar dari lingkaran kepungan!
Saat melihat Yan Ming terkepung beberapa pemain Leverkusen, semua orang mengira operan adalah pilihan terbaiknya. Tapi siapa sangka dia justru bisa membebaskan diri dengan cara spektakuler seperti ini?
Satu-satunya masalah mungkin karena sentuhan kakinya yang terlalu jauh, bola sepak lebih mungkin diraih kiper Bayer Leverkusen Leno - atau bahkan jauh lebih besar kemungkinannya dibandingkan Yan Min bisa mengejar. Benar saja, setelah Yan Min menggiring bola keluar, Leno langsung meninggalkan gawang dan menyambar ke arah bola.
Pemain Bayer Leverkusen lainnya melihat bola digiring Yan Min sejauh itu, langsung menyerah untuk balik mengejar. Menurut mereka Yan Min pasti takkan bisa mengejar bola itu, Leno akan lebih dulu menguasainya.
Tapi Yan Min tidak menyerah meski sentuhannya terlalu jauh. Dia berakselerasi menuju bola, teguh seperti elang emas yang menyambar kelinci.
Semua mengira usaha Yan Min sia-sia. Tapi setelah dua langkah cepat, jaraknya dengan bola menyusut drastis! Seolah Yan Min punya sihir pemendek jarak!
Leno pun menyadari bahaya. Dia mengorbankan keseimbangan, terjatuh miring sambil mengulurkan tangan ke bola... Dengan area pertahanan seluas itu, bagai membangun bendungan di depan bola. Kecuali Yan Min bisa mengangkat bola, 90% bola akan menabrak bagian tubuh Leno manapun.
Yan Min masih belum menyerah, atau lebih tepatnya, busur yang sudah ditarik tak bisa ditarik kembali. Mustahil baginya untuk berpikir menyerah sekarang. Di depan semua orang, dia mengayunkan kaki sekuat tenaga untuk menyodok bola. Asal bisa merebut bola dari dekat tangan Leno, masih ada secercah harapan.
Dia benar-benar berhasil menyentuh bola lebih dulu!
Benar, dia menyodok bola sebelum Leno!
Dia menyodok bola ke arah gawang, tapi seketika bola menabrak telapak tangan Leno dan ditepis keluar!
Bagaimana dengan Yan Min sendiri? Karena tidak bisa menghentikan laju, atau mungkin memang tak berniat mengengerem, tubuhnya langsung menabrak lengan Leno. Karena inersia, dia terjungkal dan jatuh tergeletak...
Saat melihat Yan Min terjatuh di area penalti, suporter Borussia Dortmund di tribun serentak bersorak -- Ini penalti!!
Tapi peluit wasit utama tak berbunyi. Bagi yang mengira suara peluit tenggelam, lihatlah gestur tangannya -- dia menunjuk ke arah bendera sudut.
Asisten wasit juga berlari ke pinggir lapangan sambil mengibarkan bendera dengan tegas ke arah bendera sudut -- tendangan pojok!
