Setelah tendangan jauh Zhou Yi melambung di atas mistar gawang, semangat Dortmund semakin meningkat. Mereka menggempur gawang Galatasaray tanpa henti, sama sekali tidak terlihat sedang bermain tandang.
Dengan permainan seperti ini, lolosnya Dortmund dari fase grup sudah hampir pasti. Tinggal menunggu apakah juara grup atau runner-up grup—jika Arsenal mengalahkan Napoli di kandang lawan, maka Dortmund akan jadi runner-up grup. Jika Arsenal kalah dari Napoli di tandang, berapa pun skor kekalahannya, terlepas apakah Arsenal atau Napoli yang lolos, Dortmund akan menjadi juara grup.
Klopp juga menyempatkan diri menanyakan kondisi pertandingan antara Arsenal dan Napoli.
Hingga sekarang skor masih 0-0 di sana.
Suasana di lapangan sangat meriah, serangan Borussia Dortmund datang bertubi-tubi.
Yan Min terus berlari tanpa henti. Kini dia sudah tidak merasakan dingin lagi. Uap panas dari napasnya menyelimuti wajahnya, membuat penglihatannya sedikit buram.
Namun tak ada yang menyadari bahwa butiran salju mulai berjatuhan perlahan.
Awalnya salju memang sangat jarang, sampai semakin banyak serpihan salju menyelinap ke balik kerah leher penonton. Barulah orang-orang mengalihkan pandangan dari lapangan, menengadah ke langit malam. Tiba-tiba sebutir salju dingin masuk ke mata, membuat mereka berkedip panik.
Tapi para penonton hanya sekadar menengadah sebentar. Perhatian mereka tetap tertuju pada pertandingan.
Prakiraan cuaca memang meramalkan salju hari ini. Sepanjang hari tak turun, baru malam ini akhirnya datang. Ini pun bukan hal yang aneh.
Sekarang kan sudah Desember. Bukankah wajar jika turun salju?
Namun segera, situasi mulai berbeda dari perkiraan orang-orang.
Dalam waktu singkat, gerimis salju tipis berubah menjadi badai salju lebat.
Awalnya, para pemain kedua tim di lapangan sama sekali tidak menyadari. Terutama pemain Dortmund yang masih larut dalam semangat mengepung Galatasaray, sepenuhnya mengabaikan perubahan lingkungan sekitar.
Hingga mereka menyadari bahwa sulit menemukan bola di lapangan—ternyata lapangan hijau telah berubah menjadi putih berselimut salju!
Memanfaatkan kesempatan bola mati, wasit utama memberi isyarat untuk mengganti bola dengan bola salju berwarna oranye.
"Wasit utama meminta penggantian bola, salju turun tiba-tiba dan menutupi lapangan dalam waktu singkat... tidak diketahui bagaimana dampaknya terhadap pertandingan ini..."
……
Pertandingan salju bukan hal aneh bagi kedua tim. Terutama Borussia Dortmund yang berlokasi di barat laut Jerman, dimana salju lebat turun setiap musim dingin. Letak geografis Jerman kurang lebih setara dengan Tiongkok timur laut, sehingga Bundesliga selalu menyaksikan pertandingan salju tiap musim dingin.
Hanya sekadar mengganti warna bola, bukan masalah besar.
Setelah penggantian bola, para pemain Borussia Dortmund kembali fokus ke pertandingan.
Mereka merasa hanya selangkah lagi dari gol, satu gol lagi akan mengunci kemenangan.
Bola oranye sangat mencolok di hamparan salju putih, kini tak perlu khawatir kehilangan jejak bola.
Tapi pertandingan tetap tidak berlangsung lama...
……
Di lapangan bersalju, keunggulan kecepatan dan dribel Yan Min nyaris tak bisa dimanfaatkan. Setelah menerima bola, ia hanya bisa mengoper yang membuatnya kesal.
Ia menengadah ke langit malam lalu bergumam, "Cuaca sialan ini!"
Belum selesai bicara, tiba-tiba sebuah benda menghantam dahinya. Kesakitan, ia langsung memegangi dahinya sambil menunduk. Di hamparan salju tergeletak bongkahan es...
Yan Min tertegun sejenak, lalu tersadar—hujan es!
Tak lama kemudian, semakin banyak pemain yang menyadari kondisi ini. Beberapa melindungi kepala dengan tangan untuk menghindari hantaman es. Situasinya sama sekali tidak memungkinkan pertandingan berlanjut.
Wasit utama pun menghentikan pertandingan, memerintahkan semua pemain mundur ke koridor. Termasuk para pemain cadangan dan pelatih dari kedua tim.
Koridor tiba-tiba menjadi sangat padat. Para pemain dari kedua tim berdesakan di tempat yang sama.
Staf kedua tim sibuk mengalungkan jaket tebal ke para pemain untuk menghangatkan tubuh. Di malam musim dingin yang menusuk ini, mereka hanya mengenakan seragam tipis yang sama sekali tak mampu menahan dingin.
Meski pertandingan terhenti, suasana hati para pemain tetap baik. Mereka berkumpul sambil bercanda, tak terganggu oleh jeda mendadak atau cuaca buruk.
Banyak pemain berpikir ini hanya istirahat beberapa menit. Mereka akan segera kembali ke lapangan.
Tapi alai Zhou Yi berkerut. Berdiri di pinggir koridor dengan jaket tebal Borussia Dortmund, ia menatap badai salju dan hujan es yang terus mengguyur. Hatinya digelayut firasat—badai tak terduga ini mungkin tak akan berhenti dalam waktu dekat...
Para komentator juga dibuat kewalahan oleh situasi yang muncul tiba-tiba ini.
"Baru 31 menit pertandingan berjalan, sudah terpaksa ditunda karena hujan salju dan es. Kasus seperti ini memang sangat langka... Sebelumnya momentum Borussia Dortmund sangat bagus, siapa yang tahu setelah pertandingan dilanjutkan kembali, berapa lama mereka bisa mempertahankan momentum positif ini?" He Ping terdengar khawatir. Biasanya ketika tim yang sedang dominan mengalami gangguan seperti ini, dianggap sebagai pertanda buruk.
Sementara komentator Turki yang sebelumnya lesu tiba-tiba bersorak gembira: "Tepat ketika Galatasaray hampir tertekan, pertandingan ditunda karena badai salju! Timnya Fatih Terim akhirnya mendapat kesempatan untuk bernapas lega!"
Marcel Leif pun memamerkan pengetahuannya yang luas: "Ini bukan pertama kalinya terjadi kejadian tak terduga di kandang Galatasaray selama Champions Eropa. Dua insiden sebelumnya melibatkan Juventus. Pertama pada 25 November 1998, saat Juventus bertandang ke Galatasaray. Karena penangkapan pemimpin PKK Kurdi Turki Abdullah Öcalan di Italia yang membuat hubungan kedua negara memanas, pertandingan terpaksa ditunda. Pertandingan diulang tujuh hari kemudian dan berakhir imbang 1-1 untuk Juventus di kandang lawan."
"Yang kedua terjadi pada tahun 2003, pertandingan yang seharusnya digelar di Istanbul pada 25 November terpaksa ditunda akibat serangan teroris di Istanbul. Saat itu terjadi beberapa ledakan di Istanbul, rangkaian bom menyebabkan sepuluh orang tewas dan ratusan luka-luka. Pertandingan ulang diadakan tujuh hari kemudian di lokasi netral, kebetulan lapangan netral tersebut adalah markas Borussia Dortmund... Juventus akhirnya menang 2:0 atas Galatasaray."
……
Para pemain kedua tim menunggu di koridor selama sekitar empat menit.
Wasit utama masuk dan memanggil pelatih serta kapten kedua tim untuk bernegosiasi.
"Dengan kondisi cuaca seperti ini, menurut kalian apakah pertandingan harus dilanjutkan?" tanya wasit kepada kedua tim.
Klopp dan Kapten Sebastian Kehl saling bertatapan, dari pandangan orang itu mereka membaca keinginan yang sama - jika memungkinkan, mereka ingin pertandingan tetap berlanjut. Karena saat ini Borussia Dortmund sedang dalam momentum bagus dengan semangat tinggi.
Klopp kemudian berkata: "Tunggu sebentar, baru empat menit. Salju tidak mungkin berhenti dalam hitungan menit kan?"
Begitu dia selesai bicara, Terim di sampingnya langsung menolak tegas: "Salju tidak akan berhenti dalam beberapa menit, juga tidak dalam puluhan menit. Menurutku karena cuaca sangat ekstrem, pertandingan harus dihentikan dan dijadwal ulang!"
Klopp memandang tajam ke Terim yang hanya membalas dengan senyum tipis.
Klopp mengutuk dalam hati, "Si rubah tua." Bagaimana mungkin dia tidak tahu rencana licik Terryim?
Kondisi saat ini jelas lebih merugikan tim favorit. Terryim berharap badai salju dan hujan es yang tiba-tiba ini bisa memberi Galatasaray kesempatan untuk bernapas sekaligus melakukan penyesuaian. Jika pertandingan ditunda, moral Borussia Dortmund juga akan terganggu.
Setelah semua diulang dari awal, seperti apa pertandingan nantinya? Tidak ada yang tahu. Unsur ketidakpastian terlalu besar.
"Saya tidak setuju untuk menjadwalkan ulang pertandingan." Klopp langsung menyatakan pendapatnya.
Terryim tidak berdebat dengan Klopp. Dia hanya tersenyum sambil berbalik memandang keluar lapangan yang diselimuti badai salju.
Gerakannya menarik perhatian orang lain, terutama wasit utama.
Di luar sudah menjadi dunia putih berselimut salju dan es.
Salju begitu lebat hingga tribun seberang nyaris tak terlihat.
Hanya dengan melihat seksama, terlihat para suporter di barisan depan sudah berpindah ke area atas.
Orang bodoh pun tahu badai salju dan hujan es ini takkan berhenti dalam waktu singkat.
Wasit utama mengambil keputusan, "Maaf, sepertinya pertandingan harus ditunda. Saya akan melaporkan ke UEFA. Tanggal ulang akan diumumkan kemudian. Tim bisa kembali ke ruang ganti sekarang."
Demikianlah pertandingan malam ini berakhir.
Laga penting ini baru berjalan 31 menit...
