Saat Zhou Yi terbangun dari tempat tidur, reaksi pertamanya adalah menoleh ke jendela, namun yang terlihat hanya tirai tebal. Kamarnya masih gelap gulita, barulah ia ingat bahwa sebelumnya dia menutup rapat tirai sebelum tidur.
Tanpa pikir panjang, ia langsung melompat dari tempat tidur. Bahkan tak sempat mengenakan baju, langsung disibakkannya tirai jendela.
Kreeek...
Matanya langsung menyipit terkena silau cahaya dari luar.
Tapi bukan cahaya matahari cerah yang dilihatnya.
Silau itu berasal dari pantulan tumpukan salju di luar.
Setelah matanya mulai beradaptasi, pemandangan di depan Zhou Yi langsung memantulkan sebuah puisi dalam pikirannya: "Pemandangan utara, es membeku ribuan li, salju beterbangan puluhan ribu li..."
Ya, itulah kondisi yang disaksikannya.
Semalaman salju tak kunjung berhenti, hanya intensitasnya yang sedikit berkurang dibanding kemarin malam.
Di permukaan tanah dan atap-atap rumah, timbunan salju sudah sangat tebal. Beberapa pekerja sedang bergegas membersihkan salju dari jalanan.
Zhou Yi menyeringai melihat pemandangan ini.
Kemarin rekan-rekan setimnya masih berharap setelah semalam, cuaca akan cerah dan hari ini menjadi hari yang baik.
Tapi langit kelabu dan rintikan salju yang tak henti ini membuat harapan itu sulit dipercaya.
Jika pertandingan tetap dilangsungkan dalam cuaca seperti ini, tingkat kesulitannya akan jauh lebih tinggi dari biasanya.
Kekhawatiran serupa juga melanda tim pelatih Borussia Dortmund.
Di restoran, Klopp dan tim pelatihnya sengaja memilih tempat duduk di dekat jendela.
Melihat serpihan salju yang terus berjatuhan di luar, asisten pelatih Zeljko Buvac berkata dengan cemas: "Aku lebih memilih pertandingan ini ditunda lagi."
"Itu mustahil." Klopp menggelengkan kepala. "Kecuali Istanbul mengalami serangan teror besar-besaran..."
"Ah..." Buvac menghela napas.
Seluruh meja kemudian terdiam sambil menatap keluar jendela.
……
Para pemain Galatasaray juga terlihat terpaku memandangi pemandangan di balik kaca.
Ketika pemain lain masuk ke restoran, mereka melihat rekan setim berkumpul di depan jendela seolah mengamati sesuatu. Penasaran, mereka pun mendekat dan menemukan yang ditontoni hanyalah salju.
Salju bukanlah hal langit, mengapa harus dikerumuni?
Tapi setiap orang yang melihat pemandangan ini tiba-tiba tak bisa mengalihkan pandangan.
Setelah semalaman, salju ini masih saja turun!
Lapisan salju di tanah sudah sangat tebal, entah bagaimana kondisi lapangan pertandingan.
Tiba-tiba suara pelatih kepala tim Terim menggema dari belakang mereka: "Tidak ada yang merasa ini pertanda? Pertanda kita bisa mengalahkan Borussia Dortmund di kandang sendiri."
Mendengar suaranya, semua serentak berbalik memandangi Terim.
Terim membuka tangannya: "Penampilan kita tadi malam cukup buruk. Ada yang menyangkal?"
“Mendengar perkataannya, para pemain menundukkan kepala. Performansi mereka kemarin memang sangat buruk. Meskipun pelatih telah mengatakan sebelum pertandingan untuk bertarung demi kehormatan, para pemain jelas tidak menunjukkan motivasi seperti itu.”
“Kalau bukan karena badai salju dan hujan es itu, mungkin kita sudah kalah telak di kandang sendiri kemarin. Aku sama sekali tidak meragukan hal itu. Tapi sekarang, berkat Tuhan, Dia memberi kita kesempatan untuk memperbaiki kesalahan ini—jika kalian masih mau memperbaikinya.”
Saat Fatih Terim berbicara demikian, ekspresi di wajah para pemain mulai berubah.
Seperti yang dikatakan Terim, ini benar-benar seperti isyarat ilahi. Jika bukan karena rencana Tuhan, mengapa badai salju dan hujan es turun saat mereka paling tertekan, menghentikan pertandingan?
Tuhan pasti punya maksud tersendiri dengan pengaturan-Nya ini.
Apakah ini pertanda kita pasti bisa mengalahkan Borussia Dortmund?
Dari salju yang masih terus turun ini, ada petunjuk yang bisa ditangkap.
Kita bermain di kandang sendiri, menguasai faktor cuaca, lokasi, dan dukungan suporter.
Lalu apa alasan untuk tidak bisa menang?
Memikirkan ini, para pemain Galatasaray mulai bersemangat.
Ini adalah isyarat ilahi!
……
“Benar-benar isyarat ilahi...” Di skuad Dortmund, seorang pemain melihat salju di luar jendela dan tak bisa menahan gumamannya.
Zhou Yi menyeringai mendengar komentar rekan setimnya itu.
Tapi di dalam hati, dia tidak percaya dengan pandangan seperti itu.
Isyarat ilahi apa? Aku ini ateis!
Dia tidak lagi peduli dengan salju di luar jendela, menunduk menyantap sarapan sambil mengeluarkan HP untuk membaca berita.
Kemarin adalah matchday Champions Eropa, hari ini banyak berita tentang pertandingan Champions Eropa kemarin.
Pertandingan lain di grup yang sama telah berakhir secara wajar tanpa kejutan apapun.
Napoli mengerahkan seluruh timnya dan berhasil mengalahkan Arsenal di kandang sendiri dengan skor 2:0.
Ini menjadi sangat .
Jika Dortmund KALAH dari Galatasaray, Arsenal dan Napoli akan lolos bersama dengan masing-masing mengumpulkan dua belas poin, sementara Dortmund hanya memiliki sembilan poin.
Namun jika Dortmund menang dalam pertandingan ulang melawan Galatasaray, Napoli akan tersingkir.
Zhou Yi berpikir Napoli-lah yang paling menderita saat ini. Seharusnya mereka bisa langsung mengetahui keputusan, namun akibat badai salju harus menunggu hari lain. Mereka harus terus menahan napas menunggu vonis akhir.
Bagi Dortmund sendiri, ini tidak mengganggu karena tetap harus menang.
Seperti yang dibayangkan Zhou Yi, meskipun Napoli menang melawan Arsenal kemarin, Stadion São Paulo tetap sunyi setelah pertandingan berakhir.
Karena mereka tidak tahu konsekuensi apa yang akan dibawa hasil ini.
Jadi tidak tahu apakah harus bersorak atau bersedih.
Jika dua pertandingan berakhir bersamaan, setidaknya hasil akhir akan langsung diketahui.
Sekarang mereka harus terus cemas menunggu keputusan terakhir.
Memikirkan ini, Zhou Yi tiba-tiba tertawa.
Tawanya menarik perhatian semua orang, rekan setim pun menoleh ke arahnya.
"Tertawa apa, Zhou Yi?" tanya Mark penasaran.
"Biasa saja, cuma membayangkan Napoli sedang menunggu sepatu kedua di atas gedung dilepas." Zhou Yi melontarkan lelucon yang membuat yang paham ikut tertawa.
Suasana pun mulai mencair dibanding sebelumnya.
Memanfaatkan momentum, Zhou Yi langsung berujar: "Sebenarnya bagi kita tidak ada pengaruhnya. Mau pertandingan selesai sehari atau dibagi dua hari, kita tetap harus menang, kan?"
Mendengar ini, semua pun setuju dengan logikanya.
"Memang kondisi terpotong memang menyebalkan, tapi apa kita jadi tidak bisa menang? Anggap saja ini pertandingan dua leg. Kemarin leg pertama kita menang 1-0, masa leg kedua malah kalah? Belum tentu!"
Argumentasi Zhou Yi membuat semua mengangguk setuju.
"Jadi ini cuma pertandingan biasa. Pertandingan salju bagaimana lagi? Bukannya kita sudah biasa?"
Ucapan Zhou Yi menyadarkan semua. Letak geografis Jerman yang tidak terlalu utara membuat hampir seluruh wilayahnya turun salju tiap musim dingin. Dortmund di barat laut Jerman kerap dilanda badai salju. Bermain dalam salju bagi para pemain Borussia Dortmund sudah biasa.
Alasan utama pertandingan kemarin ditunda sebenarnya karena hujan es. Bermain dalam hujan es memang pengalaman baru. Tapi hari ini kan tidak mungkin hujan es lagi?
……
Percakapan Zhou Yi dengan rekan setimnya juga menarik perhatian para pelatih. Melihat Zhou Yi berhasil meredakan kecemasan para pemain hanya dengan beberapa kalimat, para pelatih saling bertukar pandang.
Klopp tersenyum sambil mengangkat tangan.
Pelatih-pelatih lain pun ikut tertawa.
Memiliki pemain seperti Zhou Yi adalah keberuntungan besar bagi mereka, sangat mempermudah pekerjaan...
……
Pertandingan susulan Borussia Dortmund vs Galatasaray dijadwalkan pada sore hari waktu setempat, pukul 21:00 waktu Beijing.
Ini menjadi pemandangan langka bagi penonton di China - kapan mereka bisa menikmati perlakuan spesial seperti penonton televisi Eropa yang menyaksikan pertandingan Champions Eropa di prime time?
Meskipun pada jam-jam tersebut saluran olahraga biasanya menayangkan program lain seperti berita olahraga atau dunia olahraga.
Namun sama sekali tidak perlu khawatir mereka akan melewatkan pertandingan. Dengan Zhou Yi yang bermain, sudah pasti program lain akan mengalah.
Benar saja, stasiun TV melakukan penyesuaian jadwal dadakan. Semua program dari pukul 20:30 hingga 23:00 dibatalkan atau ditunda demi pertandingan susulan Dortmund vs Galatasaray.
Pada pukul 20:30, siaran langsung pun dimulai tepat waktu.
Komentator dan komentator tamu muncul di layar kaca, memperkenalkan pertandingan khusus ini kepada pemirsa.
"...Kabar terbaru, salju di Istanbul masih belum berhenti. Ini pasti berita buruk bagi Dortmund..." kata komentator He Ping sambil mengerutkan alisnya. Seperti banyak pemain Dortmund, dia mengira salju akan reda setelah semalam...
Hasil akhir tidak ada.
Mungkin saat semua orang tidur di malam hari, hujan memang berhenti. Tapi setidaknya sekarang masih turun, ini menunjukkan kondisinya tidak seoptimis perkiraan.
"Dari berita sebelumnya kita bisa lihat, lapangan Ali Sami Yen sedang melakukan pekerjaan penghilangan salju. Saat ini tidak ada timbunan salju di lapangan, tapi tetap akan mengganggu para pemain..."
Sebenarnya banyak suporter China yang mengetahui kabar ini lebih cepat daripada melalui TV, karena di internet segala informasi menyebar lebih cepat.
Mereka juga mengkhawatirkan kondisi lapangan yang buruk akan menghambat performa Borussia Dortmund.
Juara bertahan tidak mungkin tersingkir di fase grup kan?
Beberapa tidak berani mengatakannya, tapi di hati mereka ada kekhawatiran ini.
