"Di televisi sedang diputar ulang proses gol Zhou Yi, sementara para komentator menganalisis mengapa Galatasaray tiba-tiba kebobolan padahal sebelumnya tidak terlihat tanda-tanda akan kemasukan gol."
"...Serangan kilat Borussia Dortmund di area depan melalui operan satu-dua Zhou Yi dan Yan Min berhasil mengacaukan ritme pertahanan Galatasaray. Akselerasi tiba-tiba inilah yang membuat pemain Galatasaray linglung hingga lalai mengawasi Zhou Yi di area penalti..."
"Umpan Zhou Yi ke Mark sebenarnya sudah sempurna. Mark bisa langsung menembak untuk mencetak gol. Inilah yang membuat bek Galatasaray panik dan nekat menjegal Mark. Hal ini membuka ruang kosong bagi Zhou Yi, dan Mark yang tidak serakah justru memberikan bola ke posisi yang lebih strategis - momen kelahiran gol ini..."
"Tapi apapun analisis para komentator dan pakar, alasan sebenarnya mengapa Dortmund bisa mencetak gol sederhana saja - karena mereka punya Zhou Yi!"
Zhou Yi yang dibantu bangkit oleh rekan setim dari tanah sudah penuh lumpur. Bintik-bintik tanah menempel di wajahnya, membuatnya terlihat kerepotan tanpa citra gemilang seorang pencetak gol.
Namun senyum lebar yang merekah di wajahnya membuat orang otomatis mengabaikan penampilan yang kurang rapi itu.
……
Gol Borussia Dortmund ini tidak hanya membuat suporter Napoli di kejauhan frustasi, tapi juga menghantam moral para pemain Galatasaray.
Di dalam hati mereka mulai muncul keraguan - Bukankah ini sudah diatur oleh Tuhan? Mengapa kami masih tertinggal?
Keraguan ini awalnya mungkin tidak terlalu jelas, hanya sekilas melintas di otak mereka.
Tapi begitu benih keraguan ini tertanam di hati setiap orang, ia akan menunggu timing yang tepat untuk bertunas.
Saat para pemain Dortmund merayakan gol, sisi Galatasaray sunyi senyap bagai kuburan.
Pelatih Fatih Terim bereaksi cepat, menyadari betapa kebobolan ini memukul moral dan kepercayaan diri timnya.
Dia segera berdiri di tepi lapangan, terus meneriakkan instruksi dan menyemangati para pemainnya.
Zhou Yi mencetak gol di menit ke-61. Masih tersisa setengah jam sebelum pertandingan berakhir, belum waktunya untuk menyerah.
Galatasaray harus terus menyerang!
Atau lebih tepatnya, sekarang hanya ada satu jalan: terus menggempur!
……
Secara umum, dalam situasi seperti Borussia Dortmund yang kembali unggul di kandang lawan, menghadapi tim tuan rumah yang agresif, tim tamu yang unggul seharusnya bermain defensif dengan formasi mengerut dan menerapkan strategi bertahan dan melakukan serangan balik.
Namun setelah pertandingan dimulai kembali, Dortmund justru melakukan sebaliknya, sekali lagi menunjukkan gaya bermain mereka yang tidak konvensional.
Dortmund yang kembali memimpin skor tidak menarik diri untuk bertahan, melainkan terus melancarkan serangan!
Serangan mereka bertabrakan langsung dengan gempuran Galatasaray, dan bahkan intensitas serangannya melebihi tim tuan rumah!
Ini benar-benar membuat Galatasaray kewalahan.
Sebenarnya setelah kebobolan, Galatasaray sudah menunjukkan gejala goyahnya kepercayaan diri dan ketidakstabilan moral, yang coba ditingkatkan secara dipaksakan melalui otoritas pelatih Fatih Terim, namun masalah mendasar tetap tidak teratasi.
Kemudian dalam pertandingan mereka menghadapi gelombang serangan Dortmund yang bergulung-gulung. Dalam benturan kedua tim ini, sisi Galatasaray langsung tercerai-berai bagai percikan air yang diterbangkan angin kencang.
Sementara Dortmund, memanfaatkan momentum setelah mencetak gol, kembali menguasai inisiatif permainan.
Mereka mulai melancarkan serangan bertubi-tubi ke gawang Galatasaray, berusaha mencetak gol tambahan.
Keunggulan satu gol saja selalu memberi harapan bagi lawan dan menciptakan risiko bagi diri sendiri.
Karena itu Dortmund bertekad untuk sepenuhnya menghancurkan harapan lawan sekaligus mengeliminasi risiko mereka sendiri!
Menit ke-64, Yan Min yang berpindah ke sayap kanan memberikan umpan silang. Marco Reus mencoba menyambut bola dekat titik penalti di area penalti, sayangnya tembakan melambung tinggi karena terganggu oleh bek.
Namun ia langsung memberikan acungan jempol ke Yan Min yang memberikan umpan silang, memuji umpan tersebut yang akurat dan cantik.
Pemain seperti Yan Min yang awalnya dilirik oleh Klopp, selain kemampuan yang ditunjukkannya dalam pertandingan itu, juga karena kelincahannya bermain. Di sayap kiri, Yan Min bisa menyarang ke dalam dan menembak langsung mengancam gawang, sementara di sayap kanan ia bisa menembus pertahanan dan memberikan umpan silang yang sama berbahayanya.
Pemain serba bisa yang bisa bermain di berbagai posisi seperti ini tentu menjadi idaman setiap pelatih.
Meski tembakan Reus melambung, serangan Borussia Dortmund terus berlanjut.
Salju masih turun, tapi sama sekali tidak lagi memengaruhi para pemain Borussia Dortmund.
Sekarang tidak ada yang punya waktu untuk memikirkan cuaca, mereka hanya ingin mencetak gol, gol, dan gol lagi.
……
Saat Borussia Dortmund mengepung gawang Galatasaray, suhu di Stadion Ali Sami Yen seolah semakin turun. Sorakan suporter Galatasaray di tribun semakin melemah dan berkurang, hanya segelintir suporter fanatik yang masih bertahan dengan susah payah.
Tapi ketahanan mereka pun tidak berguna.
Pada menit ke-76, Borussia Dortmund kembali melancarkan serangan mengancam. Yan Min sekali lagi memberikan umpan silang akurat dari sayap kanan yang berhasil menemui Markus Wagner di area penalti.
Mark di area tengah tidak langsung merebut bola dan menembak karena sudah dijaga ketat bek Galatasaray. Ia melompat dan menyundul bola ke sebelah kiri area penalti. Reus yang mengikuti langsung mengayunkan kaki dan menghajar tendangan keras!
Bola melesat seperti peluru kencang masuk ke gawang Galatasaray!
"3-1! Borussia Dortmund sudah aman!" seru He Ping dengan gembira.
"Reus! Gol spektakuler! Borussia Dortmund menunjukkan kombinasi apik di area depan! Galatasaray hanya bisa bertahan tanpa daya menghadapi serangan ini!" Marcel Leif bersemangat. Meski dalam kondisi sulit, Dortmund tetap menunjukkan kemampuan. Sebagai orang Jerman, ia tentu bangga.
……
Gol Reus membuat suhu di Stadion Ali Sami Yen nyaris mencapai titik beku. Bahkan suporter Napoli yang berada jauh di Italia merasakan dinginnya - hal yang jarang terjadi di Napoli yang terletak di selatan yang hangat...
Apa arti skor ini?
Semua penonton yang masih menyaksikan pertandingan hingga detik ini, selama masih punya akal sehat, pasti menganggap mustahil bagi Galatasaray untuk menyamakan skor.
Dan jika skor ini bertahan hingga akhir pertandingan, itu berarti Napoli akan tersingkir.
Dalam siaran TV, para komentator juga mulai membahas Napoli di saat-saat ini.
He Ping berkata: "Jika pertandingan berakhir seperti ini, Napoli akan menciptakan rekor baru - mereka akan menjadi tim dengan poin tertinggi yang tersingkir di fase grup sejak reformasi Liga Champions... Ini bukan rekor yang membanggakan, justru penuh tragedi..."
"Dua belas poin! Napoli mengumpulkan 12 poin di fase grup Liga Champions musim ini. Poin sebanyak ini di grup mana pun seharusnya cukup untuk meloloskan mereka, bahkan sebagai juara grup... Kecuali di Grup F... Grup F musim ini benar-benar grup kematian paling ekstrem dalam sejarah..." ujar Marcel Leif dengan kagum.
Ucapannya benar, sama sekali tidak berlebihan.
Dua belas poin Napoli sebenarnya sangat tinggi jika ditempatkan di grup lain, tapi di Grup F justru harus tersingkir. Sulit mengatakan apakah ini ironis atau menyedihkan.
Di Grup A, juara grup adalah Manchester United dengan 14 poin. Posisi kedua Bayer Leverkusen dengan 10 poin, lolos ke babak berikutnya.
Grup B juaranya Real Madrid dengan 16 poin. Posisi kedua Juventus dengan 7 poin, lolos.
Grup C juaranya Paris Saint-Germain dengan 13 poin, runner-up Olympiakos dengan 10 poin. Kedua tim ini lolos.
Di Grup D, dua tim teratas memiliki poin sama. Bayern München dan Manchester City sama-sama mengumpulkan 15 poin. Bayern München unggul head-to-head atas Manchester City, menduduki peringkat pertama.
Grup E juara grup Chelsea, dua belas poin, runner-up grup Schalke 04 sepuluh poin。
Grup G, Atletico Madrid juara, enam belas poin. Runner-up grup Zenit Saint Petersburg……enam poin!
Grup H juara grup adalah Barcelona dengan 13 poin, runner-up grup menjadi milik AC Milan dengan sembilan poin。
Melihat hasil seperti ini, Napoli pasti merasa lebih teraniaya daripada Dou E。
Poin mereka ini jika ditempatkan di Grup A, B, C, E, G, H pasti lolos. Diantaranya runner-up Grup B Juventus 7 poin, hanya selisih satu poin dari Marseille di peringkat ketiga. Grup G lebih parah, Zenit Saint Petersburg enam poin, sementara dua tim di peringkat ketiga dan keempat, Porto dan Austria Vienna sama-sama lima poin, benar-benar pertarungan tim lemah……
Adegan ini membuat Napoli yang menyaksikan langsung merasa patah hati。
Hanya di Grup D dan F lah Napoli tidak bisa lolos. Kalau di Grup D masih bisa dimaklumi, dua tim teratas sangat kuat dengan 15 poin. Tapi di Grup F yang total empat tim, tiga diantaranya sama-sama 12 poin, karena catatan head-to-head dan selisih gol, Napoli harus tersingkir dengan pilu, sungguh membuat geram。
Tapi tidak ada cara, siapa yang menyuruh Napoli ditempatkan di grup kematian?
Sebenarnya saat hasil pengundian grup keluar, Grup F sudah dianggap sebagai grup kematian. Tapi dasar pertimbangannya adalah kemampuan keempat tim yang seimbang, memungkinkan secara teori menjadi grup kematian。
Saat itu lebih banyak berupa prediksi, karena performa sebenarnya tidak bisa dilihat hanya dari kemampuan tim di atas kertas.
Hasil ini membuat julukan "grup kematian" untuk Grup F menjadi tepat. Tiga tim sama-sama mengumpulkan 12 poin, masih ada satu yang tereliminasi - kalau bukan grup kematian, lalu apa? Sungguh memenuhi definisi grup kematian secara sempurna.
Mencapai hasil seperti ini sangat sulit, sehingga dalam 60 tahun sejarah Champions Eropa belum pernah terjadi hal serupa.
Memang sangat-sangat sulit untuk mencapai kondisi seperti ini.
Tiga tim sama-sama 12 poin, enam pertandingan dengan 4 menang 2 kalah, dan semuanya kalah dari dua tim selain diri sendiri dan Galatasaray. Ini membuat catatan head-to-head mereka seri 1 menang 1 kalah, sehingga perlu kriteria tie-break lebih lanjut.
Hanya dengan memenuhi semua syarat kompleks ini, situasi ekstrem seperti babak grup Liga Champions tahun ini bisa terwujud - benar-benar fenomena puluhan tahun sekali.
……
Setelah gol Reus, Borussia Dortmund unggul dua gol atas Galatasaray dan masih menguasai permainan.
Ini membuat para pemain Galatasaray merasa putus asa.
Meskipun mereka mencoba serangan balik di sisa pertandingan, upaya itu tidak membuahkan hasil.
Waktu pertandingan terus berjalan.
Klopp mulai melakukan pergantian pemain di menit-menit akhir untuk mengulur waktu.
Reus digantikan Kuba, Mark digantikan Piszczek.
Dia tidak menggunakan dua kuota pengganti sekaligus, tapi mengganti pemain secara bertahap dengan interval beberapa menit - taktik penguluran waktu yang sangat transparan.
Untuk aksi pergantian pemain yang berlarut-larut ini, pemain Galatasaray mengajukan protes. Mereka menunjuk pemain Borussia Dortmund yang sedang keluar lapangan, mengingatkan wasit utama dengan keras, menuduh mereka sengaja mengulur waktu.
Meski pemain Galatasaray tidak puas, mereka tidak bisa melarang pergantian pemain. Ini kesalahan mereka sendiri yang membuat pertandingan menjadi seperti ini.
Tapi pemain Galatasaray mungkin tidak setuju dengan pandangan ini. Mereka sudah berusaha keras, bahkan pernah menyamakan skor, bahkan dewa pun berpihak pada mereka, tetapi mereka akhirnya tetap KALAH...
