Di menit-menit akhir pertandingan, Zhou Yi juga ditarik keluar oleh Klopp dan digantikan Mkhitaryan.
Termasuk injury time, pertandingan hanya tersisa dua menit. Saat ini Borussia Dortmund masih unggul dua gol, meski pemain inti ditarik keluar, tidak akan mempengaruhi situasi.
Selanjutnya Borussia Dortmund masih menghadapi tantangan ganda liga dan Piala Dunia Klub. Stamina pemain inti, terutama pemain kunci, harus tetap prima. Biarkan Zhou Yi istirahat tiga menit pun sudah bagus.
Saat Zhou Yi ditarik keluar, dia berjalan perlahan ke pinggir lapangan. Kali ini tidak ada pemain Galatasaray yang menyuruhnya cepat. Banyak pemain Galatasaray berekspresi datar dengan pandangan kosong - mereka sudah pasrah.
Di musim ini mereka sudah kalah lima kali di fase grup, kalah satu lagi pun bukan masalah besar.
Meski sangat ingin berjuang demi kehormatan, namun musuh terlalu kuat. Bahkan dewa yang berpihak pada mereka pun tak mampu membantu mengalahkan lawan. Lalu apa lagi yang bisa dilakukan manusia biasa seperti mereka?
Zhou Yi turun dari lapangan, menyelesaikan serah terima jabatan dengan Mkhitaryan. Kemudian ia mengangkat kedua tangan dan bertepuk tangan ke arah suporter di tribun. Bukan untuk menantang suporter tim tuan rumah, melainkan berterima kasih pada para suporter Borussia Dortmund yang mengikuti tim hingga ke Istanbul dan rela menginap satu hari tambahan.
Faktor tak terduga kemarin bukan hanya membuat klub Borussia Dortmund kerepotan, tapi juga membuat para suporter Dortmund kewalahan.
Seharusnya setelah menonton pertandingan kemarin, mereka bisa langsung naik penerbangan malam pulang ke kampung halaman. Kamar hotel sudah dikosongkan, tiket pesawat pun telah dipesan. Namun ternyata pertandingan ditunda.
Meski sulit mencari hotel, sebagian suporter Borussia Dortmund memilih bertahan di Istanbul yang diterpa badai salju. Tak ada yang tahu bagaimana mereka melewati malam itu, apakah berhasil menemukan tempat hangat untuk beristirahat.
Tapi sore hari ini saat pertandingan dimulai, para suporter Dortmund tetap semangat menghiasi tribun. Mereka mengibarkan bendera kuning-hitam Dortmund, menyuarakan yel-yel kompak, serta menyanyikan lagu sorak dengan lantang.
Performansi para suporter Borussia Dortmund ini sama sekali tidak kalah dari pemain di lapangan.
Meski jumlah mereka sedikit, mereka tetap menjadi pemandangan indah di tribun Stadion Ali Sami Yen.
Maka Zhou Yi memberikan tepuk tangan kepada para suporter ini.
Dan mereka pun membalas dengan tepuk tangan untuk Zhou Yi.
"Klopp menggunakan kuota pengganti terakhir dalam pertandingan ini, mengganti Zhou Yi dengan Mkhitaryan. Ini substitusi posisional, Klopp tidak meninggalkan lini Gelandang. Tentu saja bisa dikatakan bahkan jika Klopp ingin memperkuat pertahanan dengan menukar Zhou Yi dengan bek, itu tidak mungkin karena tidak ada lagi pemain cadangan bek yang tersedia..." kata He Ping. "Performansi Zhou Yi dalam pertandingan ini sungguh luar biasa. Di pertandingan kemarin, gol Marc dibantu assist Zhou Yi yang membuat Borussia Dortmund unggul. Dalam pertandingan lanjutan yang ditunda hingga hari ini, menghadapi tim tuan rumah yang sudah lebih dulu mencetak gol dan bermain agresif, Zhou Yi menjadi penyelamat tim dengan mencetak gol penyama skor yang menstabilkan mental tim, menjadi fondasi bagi gol ketiga Dortmund berikutnya..."
He Ping selalu murah hati dalam memuji Zhou Yi. Ia tidak khawatir akan dicaci suporter karena dianggap berat sebelah, justru mereka senang mendengar pujiannya. Tanpa beban mental, emosi He Ping benar-benar terlepas, setiap kali bisa "membumbungkan" pujian untuk Zhou Yi setinggi langit.
Marcel Leif juga memuji Zhou Yi, siaran TV memberikan close-up shot pada Zhou Yi, Marcel Leif lalu menyampaikan "esai sempurna"-nya melalui close-up ini: "Saat pertandingan terpaksa ditunda karena hujan salju dan hujan es yang tiba-tiba, percayalah banyak orang yang diselimuti bayang-bayang kekhawatiran? Tak ada yang tahu apa artinya ini bagi Borussia Dortmund yang melakukan perjalanan jauh. Sebelum pertandingan ulang dimulai, suasana di Stadion Ali Sami Yen begitu membara seolah bisa melelehkan salju, serangan balik ganas Galatasaray dan gol yang mereka cetak setelah pertandingan dimulai, semakin mengukuhkan berbagai kekhawatiran yang dirasakan tentang Borussia Dortmund..."
“……Tapi kali ini, Zhou Yi sang inti Borussia Dortmund sekali lagi tampil sebagaimana mestinya. Dengan gol bersih nan tajam, ia menghapus semua keraguan dan kekhawatiran. Dortmund kembali dibawanya ke jalur yang benar! Hadirin sekalian, harus saya katakan inilah yang bisa dilakukan oleh seorang pemain inti. Saat tim bermain mulus, seolah siapa pun bisa digantikan. Tapi begitu tim menghadapi kesulitan, selalu orang paling bertanggung jawab dan berkemampuanlah yang muncul sebagai penyelamat tim! Zhou Yi adalah orang seperti itu! Dialah jantung Borussia Dortmund dan pilar tim ini! Menurut saya, kesuksesan Dortmund beberapa tahun ini tak lepas dari dua orang. Pertama pelatih kepala mereka Jürgen Klopp, dan kedua Zhou Yi! Bahkan saya yakin Zhou Yi lebih krusial – tanpanya, Klopp pun akan kesulitan membawa tim muda ini ke level sekarang...”
Jika bicara soal "mode pujian Zhou", He Ping harus mengakui superioritas Marcel Leif...
Di layar TV, Klopp mengambil jaket tebal dari staf pelatih lain, lalu menyambut Zhou Yi dan mengenakan jaket itu di pundaknya.
Tugas seperti ini biasanya dilakukan pelatih biasa, bukan tanggung jawab pelatih kepala.
Gerakan Klopp ini menunjukkan betapa ia menghargai dan menyayangi pemain yang dulu ditemukannya di pertandingan tim muda ini.
Tentu saja, Zhou Yi sepenuhnya layak mendapatkan perlakuan spesial seperti ini.
Menghadapi "perlakuan khusus" dari Klopp, Zhou Yi sama sekali tidak panik dan menerimanya dengan tenang.
……
Setelah memuji Zhou Yi, He Ping juga tak lupa menyemangati pemain China lainnya di skuad Dortmund: "Dengan pergantian Zhou Yi keluar, Dortmund telah menggunakan kuota substitusi terakhir. Ini berarti Yan Min akan bermain penuh selama pertandingan. Ini pertama kalinya baginya - sebelumnya baik di liga maupun Champions Eropa, Yan Min selalu masuk sebagai pemain cadangan atau ditarik keluar sebelum pertandingan berakhir... Kali ini membiarkannya bermain penuh mungkin bentuk kepercayaan dan penghargaan Klopp... Performa Yan Min hari ini cukup baik walau belum selevel saat melawan Arsenal atau Bayern München. Zhou Yi mencetak gol berkat umpan satu-dua dengannya, sementara gol Reus berasal dari umpan silang presisinya..."
Menatap layar televisi, He Ping tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
Dalam satu pertandingan grup Champions Eropa, dua pemain China menjadi starter - satu sebagai inti tim, satunya lagi bermain penuh dengan performa gemilang.
Kecemerlangan Zhou Yi sudah bisa ditebak, tapi progres Yan Min-lah yang benar-benar mengharukan. Kemajuan pesat pemain muda ini di setiap laga semakin memperkuat harapannya untuk Piala Dunia Brasil tahun depan.
Nanti, seperti apa performa timnas yang diisi para pemain ini di Piala Dunia?
Sekedar membayangkannya saja sudah membuat kita gemetar tak karuan...
……
Tak lama setelah Zhou Yi diganti, wasit utama akhirnya membunyikan peluit tanda berakhirnya 90 menit pertandingan.
"Pertandingan berakhir! Borussia Dortmund mengalahkan Galatasaray 3-1 di kandang lawan, meraih kemenangan krusial untuk lolos grup, dan akhirnya keluar sebagai juara grup dari 'grup kematian terkuat sepanjang sejarah'!" seru Marcel Leif dengan penuh semangat.
"Tirai grup kematian akhirnya tertutup. Borussia Dortmund, Arsenal, dan Napoli sama-sama mengumpulkan 12 poin, tapi Napoli akhirnya tersingkir karena catatan head-to-head yang lebih buruk. Dalam kondisi tereliminasi, Napoli menciptakan rekor Liga Champions - sejak format kompetisi diubah, Napoli menjadi tim dengan poin tertinggi yang gagal lolos dari fase grup. Sebelumnya, rekor ini dipegang Werder Bremen pada musim 2006-2007 yang mengumpulkan 10 poin di fase grup Liga Champions namun gagal melaju ke babak gugur dan tersingkir di peringkat ketiga grup. Saat itu Chelsea lolos sebagai juara grup dengan 13 poin sementara Barcelona finis runner-up grup dengan 11 poin..."
“……Sebenarnya, kejadian tim yang mengumpulkan dua belas poin di fase grup namun tetap tersingkir, tidak hanya terjadi pada Napoli. Jika kita melihat sebelum reformasi format Liga Champions, Napoli masih bisa menemukan tim lain yang sama-sama mengalami nasib serupa, yaitu Paris Saint-Germain. Pada musim 1997-1998, Paris Saint-Germain dan Bayern München sama-sama mengumpulkan dua belas poin, tetapi karena kalah dalam catatan head-to-head, mereka terpaksa tersingkir. Namun saat itu fase grup Liga Champions hanya memiliki enam grup, dan juara setiap grup langsung lolos, sementara dua runner-up grup dengan performa terbaik juga lolos – hasilnya, ketika dibandingkan dengan semua runner-up grup, Paris Saint-Germain ternyata bukan yang terbaik... Di antara enam runner-up grup, Bayer Leverkusen dengan tiga belas poin adalah yang terbaik, sedangkan Juventus dan Paris Saint-Germain sama-sama mengumpulkan dua belas poin. Tapi Juventus memiliki selisih gol tujuh, sementara Paris Saint-Germain hanya tiga, sehingga harus menelan penyesalan tersingkir...”
“Tentu saja, jika saat itu peraturan Liga Champions sudah seperti sekarang, Paris Saint-Germain pasti akan lolos grup tanpa ketegangan. Jadi tidak salah jika menyebut Napoli sebagai tim tersingkir paling tragis dalam sejarah... Mengumpulkan dua belas poin di grup ini namun bahkan tidak bisa masuk dua besar klasemen grup, benar-benar ironis.”
“Borussia Dortmund dengan kemenangan tandang ini tidak hanya meraih hak lolos grup, tapi juga melesat menjadi juara grup, mengungguli Arsenal yang sama-sama mengumpulkan dua belas poin. Ini menjadi dasar baik untuk pengundian babak penyisihan. Perjalanan juara bertahan di pertandingan grup Liga Champions musim ini sebenarnya penuh liku. Pertandingan grup pertama langsung kalah di kandang lawan, bahkan kehilangan pemain inti Zhou Yi. Selanjutnya performa tim naik turun. Bahkan sempat lolos grup hanya menjadi ‘bayangan di bulan’. Pada momen ini, kembalinya Zhou Yi tepat waktu bagi Dortmund bagaikan suntikan semangat. Kemudian Dortmund perlahan kembali ke jalur yang benar. Dari performa setengah musim ini, Zhou Yi jelas menjadi sosok yang paling tak tergantikan di Dortmund...”
Di antara pujian para komentator, Zhou Yi dan Yan Min berpelukan merayakan kemenangan dan lolos grup.
Pertandingan penuh liku ini benar-benar sulit dimenangkan, patut dirayakan dengan meriah saat pertandingan berakhir.
Performa Yan Min di pertandingan ini juga sangat gemilang, bermain penuh selama 90 menit.
Adegan dua pemain China berpelukan merayakan kemenangan ini ditampilkan dalam close-up shot siaran TV.
Marcel Leif yang menyaksikan pemandangan ini tiba-tiba berkata: "Dua pemain China luar biasa, plus kiper Sun Pan di Chelsea, penyerang di Paris Saint-Germain, Yang Muge di Schalke 04... Dengan Tim China yang terdiri dari pemain muda berbakat ini, entuk kejutan apa yang bisa mereka berikan di Piala Dunia tahun depan..."
Seorang komentator non-China yang justru tertarik besar pada Tim China, ini berkat jasa para pemain China yang bermain di liga top Eropa.
Banyak suporter dalam negeri China mungkin tak menyangka - ada komentator asing yang begitu memperhatikan Timnas China, bagi mereka ini pasti terdengar seperti khayalan...
Sebelum kehadiran Zhou Yi dan kawan-kawan, ini memang hanya khayalan belaka.
