Tak lama setelah Sibel mencetak gol, wasit utama membunyikan peluit tanda berakhirnya babak pertama.
Para pemain Hoffenheim turun lapangan dengan ekspresi "lega".
Sementara para pemain Borussia Dortmund jelas-jelas tidak rela babak pertama berakhir. Mereka kesal karena momentum permainan yang baru membaik tiba-tiba terputus.
Tapi apa boleh buat?
Peraturan tetap harus ditaati.
Lensa televisi kembali menyorot bangku cadangan Borussia Dortmund. Klopp juga terlihat bermuka masam dengan alis berkerut.
Ini sesuai dengan analisis situasi: Meski berhasil mengurangi ketertinggalan, berakhirnya babak pertama tepat setelah gol tersebut plus jeda 15 menit justru merugikan Dortmund. Jeda babak pertama ini ibarat penyelamat bagi Hoffenheim.
“……Jika Borussia Dortmund bisa mencetak gol sepuluh menit lebih awal, mungkin sebelum jeda babak pertama, skor sudah bisa disamakan……” ucap Duan Xin dengan penyesalan. “Sekarang ini…”
Dia juga merasa situasi perkembangan pertandingan tidak menguntungkan Dortmund.
Di ruang ganti Hoffenheim, pelatih Gisdol dengan wajah serius berkata kepada para pemainnya: “Kalian harus malu dengan performansi di paruh akhir babak pertama! Situasi unggul dua gol malah bisa dibalas satu gol oleh Dortmund, dan hampir saja skor menjadi imbang, kalau saja wasit utama tidak segera meniup peluit tanda berakhirnya babak pertama!”
Seperti yang dipikirkan Gisdol saat kebobolan, para pemain Hoffenheim terlihat sangat pasrah setelah kemasukan gol, menundukkan kepala menerima omelan.
Ia yakin peringatan dari gol kemasukan ini akan melekat kuat di benak para pemain, sehingga di babak kedua mereka tidak akan bermain buruk seperti tadi.
Seperti kisah orang tua yang kehilangan kuda, siapa tahu itu bukan sebuah keberuntungan.
"Sementara itu, di ruang ganti Borussia Dortmund, Klopp sedang memotivasi para pemainnya: 'Kalian bermain bagus, hanya kurang keberuntungan, jadi di babak pertama kita baru bisa mencetak gol di menit akhir. Tapi tidak masalah... Apakah ini berarti kita tidak bisa menang? Siapa kita? Kita adalah juara bertahan liga! Kita sudah memenangkan gelar liga tiga musim berturut-turut, dengan kemampuan tim kita, meski ada kesulitan, masak tidak bisa mengalahkan Hoffenheim? Hoffenheim bukan lawan yang kuat, aku yakin bisa mengalahkan mereka, kalian tidak?"
Perkataan ini membuat para pemain Borussia Dortmund membusungkan dada. Benar, mereka juara bertahan yang sudah tiga musim berturut-turut jadi juara, kapan mereka pernah takut dengan klub kecil seperti Hoffenheim?
Sebelumnya mereka tidak pernah menganggap serius lawan seperti Hoffenheim. Di liga, lawan mereka hanya satu: Bayern München.
Musim ini, meski sementara berada di peringkat ketiga, mata mereka selalu tertuju pada Bayern München, bahkan Bayer Leverkusen tidak mereka hiraukan.
Lalu mengapa harus menunduk di hadapan Hoffenheim?
"Di babak kedua kita terus serang! Mungkin Hoffenheim sudah lupa identitas kita, mari kita ingatkan mereka - ingatkan ketakutan yang pernah kita kuasai di liga!"
Klopp berbicara dengan penuh semangat, berhasil membangkitkan motivasi dan kepercayaan diri para pemain. Kekecewaan dan frustrasi karena baru mencetak gol lalu separuh lapangan segera berakhir pun ikut menghilang.
……
Saat babak kedua dimulai, kedua tim terlihat penuh motivasi, segar bugar, siap untuk mengalahkan lawan.
Klopp tidak melakukan penyesuaian pergantian pemain, dia percaya pada para pemainnya, bahkan yang cadangan sekalipun.
Ini membuat banyak pakar terkejut - saat jeda babak pertama, para pakar menganalisis ulang babak pertama dan memprediksi babak kedua, mereka semua berpendapat Klopp seharusnya melakukan pergantian pemain dengan memasukkan pemain seperti Mark dan Reus. Bagaimanapun, ketebalan bangku cadangan Borussia Dortmund musim ini tidak terlalu kuat, berharap formasi kedua bisa meraih kemenangan pertandingan terlihat tidak realistis.
Hasilnya Klopp tetap tidak mengganti pemain, tetap menggunakan formasi rotasi.
Ini dianggap banyak pakar sebagai tanda Borussia Dortmund sementara mengesampingkan liga untuk fokus mempersiapkan Piala Dunia Klub.
Tapi tak lama setelah babak kedua dimulai, para pakar mulai merasa tidak beres - serangan Dortmund begitu ganas, seperti di akhir babak pertama, kondisi mereka sepertinya tidak terganggu oleh jeda babak pertama.
Sementara di sisi lain, meski Hoffenheim juga menunjukkan niat menyerang, baru dua kali bertukar serangan dengan Dortmund, mereka hampir kebobolan - saat kedua tim saling menyerang, jurang kualitas antara Dortmund dan Hoffenheim langsung terlihat jelas.
Pemain-pemain Hoffenheim langsung mengerutkan pertahanan. Bek-bek mereka tak berani maju menyerang, khawatir Borussia Dortmund akan mencetak gol lewat serangan balik...
Pelatih Gisdol pun tak lagi meminta pemainnya menyerang. Dia memilih formasi pertahanan mengerut, berharap bisa mempertahankan keunggulan 1-0.
Alhasil mereka terus ditekan Dortmund. Situasi pertandingan kembali seperti di babak pertama sekitar waktu gol Dortmund sebelumnya.
Sebelumnya ada kekhawatiran jeda babak pertama akan memutus momentum baik Dortmund dan memberi waktu pemulihan bagi Hoffenheim. Ternyata kekhawatiran itu berlebihan...
Gempuran gencar terus-menerus akhirnya membuahkan hasil di menit ke-67.
Menit ke-67, dua tembakan beruntun Dortmund berakhir dengan tendangan pojok.
Tendangan pojok dieksekusi. Bek Piszczek menyambar bola di area penalti dan menyundulnya ke gawang!
"PISZCZEK!!!" teriak Marcel Leif. "Dia menyamakan skor untuk Dortmund! Dari ketertinggalan dua gol, Dortmund berjuang keras menyamakan kedudukan! Masih ada waktu, mereka bisa saja unggul!"
"Gol Piszczek sangat krusial! Setelah skor imbang, Hoffenheim yang bermain di kandang tak bisa lagi bertahan pasif. Mereka harus menyerang, dan situasi ini jelas menguntungkan Dortmund!" Duan Xin juga bersorak gembira.
……
Seperti yang dikatakan para komentator, setelah skor disamakan, situasi di lapangan mengalami perubahan bumi dan langit. Hoffenheim tidak mungkin terus bertahan, mereka harus menyerang. Namun serangan mereka pasif dan terburu-buru, performa para pemain tentu tidak sebaik Borussia Dortmund yang aktif dan agresif dalam menyerang.
Selain itu, terdapat jurang perbedaan moral antara kedua tim. Para pemain Borussia Dortmund yang baru saja menyamakan skor bersemangat tinggi, sementara Hoffenheim justru moralnya merosot.
Dalam kondisi seperti ini, inisiatif pertandingan sepenuhnya telah jatuh ke tangan Borussia Dortmund.
Selanjutnya tinggal menyaksikan akting Borussia Dortmund.
Zhou Yi menjadi pusat perhatian semua orang dalam gelombang serangan gencar selama periode ini. Performanya secara langsung menentukan apakah Borussia Dortmund bisa meraih kemenangan.
Terlihat Zhou Yi terus berlari tak kenal lelah, muncul di setiap titik yang membutuhkannya, terus menyambut bola, mengoper, mengolah bola, sekaligus mengarahkan serangan Borussia Dortmund.
Di bawah komandonya, Borussia Dortmund terus mengancam gawang Hoffenheim.
Para suporter Hoffenheim di tribun terkejut berulang kali, terus berdoa dalam hati agar Tuhan melindungi tim mereka dari kekalahan - ya, kini mereka sudah tidak berharap tim bisa mengalahkan Borussia Dortmund, yang penting tidak kalah, hasil imbang pun sudah memuaskan.
“……Pada saat ini, Hoffenheim mungkin baru menyadari bahwa mereka sedang berhadapan dengan juara liga musim lalu dan juara Champions Eropa Borussia Dortmund, seekor singa yang tak bisa dikalahkan. Musim lalu, Borussia Dortmund telah berulang kali menunjukkan ketangguhan dan keajaiban mereka dalam memenangkan pertandingan di menit-menit akhir. Jika Hoffenheim bisa mengingat ini lebih awal, mungkin mereka tidak akan terlena setelah unggul dua gol, dan akhirnya memberi kesempatan Dortmund untuk bangkit…” ujar Marcel Leif.“Yang paling disayangkan di sini mungkin bukan Hoffenheim sendiri, melainkan Bayern München? Jika Hoffenheim bisa mengalahkan Borussia Dortmund 2-0 di kandang sendiri, meski musim belum mencapai separuh, gelar liga Bayern München sudah bisa dibilang hampir pasti… Tapi sekarang? Mereka hanya bisa berharap Hoffenheim bermain imbang di kandang sendiri, lebih baik Dortmund dapat satu poin daripada tiga poin?”
Begitu Marcel Leif selesai berbicara, Yan Min tiba-tiba membawa bola menyarang ke dalam dari sayap. Gerakannya bagaikan batu yang dilemparkan ke danau tenang, menciptakan riak-riak reaksi berantai – semua bek Hoffenheim berhamburan menghadangnya, sementara sisa bek yang sedikit itu tetap mengawal ketat penyerang seperti Sibel.
Pada saat ini, Yan Min tidak memilih untuk terus menembus, juga tidak mengirim umpan silang ke Sibel. Ia melakukan berhenti mendadak, lalu menggunakan kaki kiri untuk mengoper bola ke belakang, melakukan umpan segitiga terbalik!
Bola diumpankan ke luar area penalti. Usaha kerasnya memasuki area penalti ternyata hanya untuk mengoper bola keluar, karena penetrasinya telah memampatkan pertahanan Hoffenheim ke dalam area penalti, sehingga menciptakan ruang kosong di depan area penalti!
Di luar area penalti, Zhou Yi menghadapi bola yang diumpankan Yan Min, mengayunkan kaki kanannya, langsung menembak tanpa mengontrol bola!
Bola dibentuk dengan akurasi lengkung, melewati kerumunan pemain di area penalti, lalu melesat ke sudut kanan atas gawang!
Kiper Hoffenheim, Glar, terhalang pandangannya oleh pemain di area penalti. Ketika melihat bola mendekat, upaya penyelamatannya sudah terlambat. Begitu ia melompat, bola sudah melewati garis gawang dan masuk ke jala!
"Zhou Yi——ooooohhh! Clutch player Borussia Dortmund kembali menunjukkan kehebatannya! Dari tertinggal dua gol hingga unggul satu gol, Zhou Yi membantu Dortmund menyelesaikan balik keadaan yang luar biasa!!"
Saat bola masuk ke gawang, seolah terdengar suara hati suporter Bayern München yang remuk...
Ya, di momen ini yang paling kecewa bahkan bukanlah suporter Hoffenheim, melainkan mereka.
