Gol Zhou Yi membuat Borussia Dortmund unggul 3-2 di kandang Hoffenheim. Meski hanya unggul satu gol, ini bagaikan jerami terakhir yang menghancurkan punggung unta Hoffenheim.
Di sisa pertandingan, Hoffenheim mencoba melakukan serangan balik, namun selalu dipatahkan oleh serangan balik Dortmund. Semangat mereka yang sebelumnya mencetak dua gol cepat di kandang sendiri seolah menguap.
Hingga pertandingan berakhir, Hoffenheim tak mampu menutup jarak satu gol itu.
Akhirnya Borussia Dortmund menang 3-2 di kandang Hoffenheim.
Hasil ini tentu menggembirakan media Dortmund. Dengan mengamankan tiga poin, mereka tetap mempertahankan jarak empat poin dari Bayern München. Dortmund akhirnya bisa tenang berangkat ke Piala Dunia Klub.
Namun di seluruh Jerman, selain media internal Dortmund sendiri, media lainnya tampaknya tidak terlalu optimis tentang tim ini.
Pasca pertandingan, banyak media berpendapat meskipun mengalahkan Hoffenheim, Dortmund tidak boleh lengah. Jika tidak segera mengatasi masalah internal, mereka mungkin akan menghadapi kesulitan besar di pertandingan selanjutnya.
“……Meski berhasil mengalahkan Hoffenheim, tapi ini justru mengungkap masalah besar Borussia Dortmund – sebelumnya, bagaimana mungkin Dortmund bisa bermain susah payah melawan tim seperti Hoffenheim? Tapi sekarang mereka harus berjuang keras hanya untuk mengalahkan Hoffenheim. Melihat para pemain mereka berpelukan dan merayakan gol Zhou Yi dengan gegap gempita, saya sama sekali tidak merasa ada yang patut dibanggakan. Borussia Dortmund harus introspeksi – mengapa melawan Hoffenheim saja mereka bisa seperti ini?”
“Penurunan kemampuan tim Borussia Dortmund musim ini sangat jelas. Jujur saja, melihat performa mereka selama setengah musim ini, menurut saya peringkat ketiga yang diraih Dortmund sudah merupakan pencapaian yang sulit. Realistis saja, target Dortmund musim ini adalah meraih slot Champions Eropa untuk musim depan, gelar liga jangan diharapkan...”
Menyikapi kondisi ini, beberapa media mencoba mewawancarai pemain Borussia Dortmund untuk mendengar tanggapan mereka terhadap opini publik saat ini.
Großkreutz secara natural memarahi media-media tersebut, menuduh mereka ingin membuat sensasi.
Tapi sebagian besar pemain menolak diwawancara dengan alasan "Kami harus fokus pada pertandingan berikutnya" untuk menghindari pertanyaan ini.
Zhou Yi justru memberikan respons dari sudut yang sulit: "Menurutku pernyataan media seperti itu adalah bentuk ketidakhormatan terhadap Hoffenheim. Saya tidak sedang cari masalah, saya tidak tahu bagaimana pikiran orang lain, tapi kalau saya sebagai pemain Hoffenheim mendengar media berkata demikian, saya pasti naik pitam—apa maksudnya 'lawan seperti Hoffenheim saja sampai seperti ini'? Apakah Hoffenheim tim lemah? Liga sudah berjalan enam belas pertandingan, kalau tidak salah ingat, Hoffenheim berada di peringkat sebelas, posisi tengah klasemen. Bermain di kandang lawan melawan tim seperti ini, apapun hasilnya wajar... Ya, bahkan kalah pun wajar. Kalau Hoffenheim mengalahkan kami, itu karena performa mereka bagus. Kami menang karena performa kami bagus, bukan karena kami pasti harus menang atas Hoffenheim. Saya pikir pernyataan media ini benar-benar penghinaan terhadap Hoffenheim..."
Setelah berbicara, Zhou Yi mengangkat bahu sambil mengangkat tangan dan menggelengkan kepala.
Pernyataan Zhou Yi ini setelah diberitakan media memang memicu reaksi dari pihak Hoffenheim. Pelatih kepala Hoffenheim dalam konferensi pers rutin pertengahan pekan membahas hal ini, dia menyatakan dukungan untuk Zhou Yi: "Zhou Yi adalah pemain hebat, tidak hanya tampil gemilang di lapangan, tapi juga sikap dan ucapannya di luar lapangan menurut saya sangat baik. Kalian tentu paham maksud saya, kan?"
Di bawah panggung, beberapa wartawan terdengar tertawa.
“Dalam pertandingan melawan Borussia Dortmund, Hoffenheim sempat menunjukkan performa yang sangat baik sehingga kami berhasil unggul dua gol. Tapi ada juga momen performa buruk, sebaliknya Dortmund tampil lebih baik dan akhirnya mengalahkan kami. Tidak ada yang mau kalah, tapi terkadang hasil akhir di luar kendali. Saya tidak percaya Hoffenheim adalah tim yang bisa dikalahkan sembarangan. Jika ada yang berpikir begitu, silakan dicoba.”
Ucapan Zhou Yi yang kurang sopan ibarat sumbu yang memicu kemarahan Hoffenheim. Tapi ini bukan provokasi darinya, karena media memang sudah bersikap tidak ramah pada klub tersebut.
Media mungkin hanya ingin mengkritik Dortmund melalui pertandingan ini. Setelah mendominasi Bundesliga selama tiga musim, banyak yang mulai jenuh dengan Dortmund dan selalu menyambut berita negatif tentang mereka.
Tapi saat mereka serangan membabi buta ke Dortmund, sama sekali tidak mempedulikan perasaan Hoffenheim. Dalam hati mereka memang tidak menghargai tim ini, sehingga terjadi situasi seperti ini.
Inilah kesempatan yang dimanfaatkan Zhou Yi.
Intinya, sikap meremehkan Hoffenheim dari lubuk hati merekalah yang menyebabkan semua ini.
Tidak hanya pelatih Hoffenheim Gisdol yang kecewa, para suporter Hoffenheim juga sangat marah dengan sikap merendahkan media ini.
Sekarang adalah era internet, juga era media sosial. Semua orang bisa menyuarakan pandangan mereka di media sosial tanpa khawatir suaranya tidak didengar.
Banyak suporter Hoffenheim berkomentar kritis di bawah akun resmi media yang menggunakan Hoffenheim untuk mengkritik Borussia Dortmund. Meskipun jumlah mereka sedikit, para suporter bersemangat ini memiliki daya tempur tinggi. Semakin kecil kelompok mereka, semakin dianggap sebagai kelompok rentan sehingga suara mereka justru tak bisa diabaikan. Media-media itu pun terpaksa merespons protes suporter Hoffenheim.
"...Kami sama sekali tidak bermaksud mendiskriminasi Hoffenheim..."
"Kami meminta maaf atas ketidaktepatan diksi dalam artikel kami kepada para suporter Hoffenheim. Meski niat kami baik, kami menyesal telah menimbulkan kesalahpahaman..."
Saat ini mereka tak sempat lagi menjelek-jelekan Dortmund...
Lalu bagaimana dengan Borussia Dortmund?
Mereka pun tak punya waktu berdebat dengan media. Usai pertandingan melawan Hoffenheim, mereka langsung kembali ke Dortmund lalu bergegas ke Maroko untuk mempersiapkan semifinal Piala Dunia Klub.
Zhou Yi memicu perang antara media Jerman dan suporter Hoffenheim, lalu menghilang bak pedang sarung – meninggalkan nama tanpa jejak...
Media Jerman dibuat kewalahan oleh Zhou Yi, sementara media China sama sekali tidak peduli dengan kejadian di Jerman. Paling-paling mereka hanya melaporkan hal ini sebagai "kisah menarik" ke dalam negeri, namun tidak akan mengembangkan topik ini menjadi bahan sensasi yang diulang-ulang.
Mereka punya urusan yang lebih penting, yaitu Piala Dunia Klub.
Piala Dunia Klub tahun ini sangat spesial bagi sepak bola Tiongkok, suporter China, dan media China yang meliput sepak bola nasional.
Pasalnya ini adalah pertama kalinya dalam sejarah ada tim China yang berpartisipasi dalam Piala Dunia Klub.
Di era Piala Toyota sebagai cikal bakal Piala Dunia Klub, peraturan menyatakan peserta hanya boleh Juara Eropa dan Juara Amerika Selatan. Meski diselenggarakan di Asia, sama sekali tidak melibatkan tim Asia.
Kemudian FIFA sempat menyelenggarakan Piala Dunia Klub dengan format partisipasi juara liga dari berbagai benua. Tapi ini tetap tidak ada hubungannya dengan tim China.
Selanjutnya, Piala Dunia Klub FIFA sepenuhnya menggantikan Piala Toyota. Format kompetisi dipatenkan dimana pemenang Liga Champions dari berbagai benua berhak ikut. Namun tim China tetap gagal lolos karena kemampuan klub-klub domestik yang terlalu lemah.
Dalam sejarah singkat Liga Champions Asia, tim China belum pernah sekalipun mendekati gelar juara. Bagaimana mungkin mereka bisa mewakili klub Asia di Piala Dunia Klub?
Sebelum tahun ini, hasil terbaik tim klub China di Liga Champions Asia adalah semifinal, masing-masing dibuat oleh Dalian Shide pada 2003 dan Shenzhen Jianlibao pada 2005.
Kedua tim bertemu dengan tim Asia Barat di semifinal. Dalian Shide kalah tipis 6-7 dari Al Ain dan gagal masuk final. Saat itu jumlah tim peserta sedikit, lolos dari fase grup langsung masuk semifinal.
Pada 2005, Shenzhen Jianlibao juga masuk semifinal. Mereka melewati satu babak lebih banyak daripada Dalian Shide di babak penyisihan, tapi di semifinal kalah telak 0-6 dari Al Ain. Tim China kembali gagal ke final.
Setelah itu, performa tim China di kompetisi ini biasa-biasa saja.
Hasil terbaik hanyalah perempat final yang dicapai Shanghai Shenhua dan Shandong Luneng.
Karena kelemahan tim China di kompetisi ini, Liga Champions Asia juga kurang mendapat perhatian di hati suporter China. Pengetahuan tentang Champions Eropa sudah familiar, tapi sebut Liga Champions Asia, sedikit yang tahu.
Sampai munculnya Guangzhou Hengyuan. Tim Guangzhou yang berpartisipasi di Liga Champions Asia 2012 sebagai juara CSL, ini partisipasi pertama mereka. Dua tahun sebelumnya mereka masih di Liga Jia. Hasilnya, tim ini langsung masuk perempat final pada partisipasi perdana.
Tahun 2013 ini mereka bahkan menjadi juara. Dalam sistem pertandingan kandang-tandang final, mereka mengalahkan tim Korea Seoul, meraih gelar juara Liga Champions Asia, menciptakan sejarah - ini juga gelar pertama tim klub China di Liga Champions Asia.
Guangzhou Hengyuan yang meraih gelar juara, secara alami juga mendapatkan tiket ke Piala Dunia Klub akhir tahun. Dalam acara pengundian, jika mereka berhasil melewati babak penyisihan pertama Piala Dunia Klub, mereka akan berhadapan dengan juara Eropa di semifinal - yaitu Borussia Dortmund.
Ini bukan pertemuan pertama antara Borussia Dortmund dan Guangzhou Hengyuan. Pertemuan terakhir kedua tim sebenarnya belum lama, tepatnya pada musim panas tahun ini. Tur China Dortmund yang pertama adalah Guangzhou, dengan lawan pertandingan pemanasan pertama mereka adalah Guangzhou Hengyuan.
Namun pertandingan saat itu sifatnya komersial, terutama para pemain Borussia Dortmund yang hampir tidak bermain mati-matian di lapangan. Sikap mereka terhadap pertandingan juga berbeda dengan pertandingan resmi.
Sekarang situasinya berbeda. Berkat usaha keras, Guangzhou Hengyuan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menantang Borussia Dortmund secara resmi. Kali ini, diyakini mentalitas Dortmund juga akan berbeda dibandingkan pertandingan komersial.
Tentu saja, semua ini harus memenuhi prasyarat bahwa Guangzhou Hengyuan terlebih dahulu lolos dari babak penyisihan pertama.
Lawan mereka adalah Al Ahly, juara Piala Champions Afrika dari Mesir.
