Sebenarnya bukan hanya tim pelatih yang memantau Borussia Dortmund, para pemain Bayern München juga tak terhindarkan memperhatikan Dortmund. Bagaimanapun ini rival lama yang telah merebut beberapa musim dari mereka - tiga musim terakhir Bayern kalah total dari Dortmund, terutama musim lalu ketika Dortmund melakukan double dengan menang di liga dan Final Liga Champions. Lawan seperti ini mustahil diabaikan.
Awal musim ini saat mendengar Dortmund dilanda pemain cedera, semua senang karena merasa "mendapat berkah Tuhan". Gelar liga musim ini pasti milik Bayern.
Tapi tak disangka Dortmund tetap tangguh, hingga kini hanya tertinggal 4 poin.
Di balik pintu tertutup ruang ganti, pembicaraan tentang pertandingan Dortmund yang sedang berlangsung terjadi secara alami.
“Aku lihat, pertandingan Borussia Dortmund melawan Borussia Mönchengladbach tetap imbang 2-2.” Müller mengayunkan HP-nya. “Tapi sepertinya ada keputusan kontroversial, Dortmund sepertinya tidak diberikan Penalti...”
“Aku juga lihat, itu kan bola yang mengenai tangan...”
“Iya, bola mengenai tangan. Secara teknis, siku Damme menempel di badan bagian atas, tidak sepenuhnya terbuka, jadi seharusnya tidak dianggap handball...”
Semua mulai berdiskusi dengan antusias.
Jika dalam pertandingan ini Borussia Mönchengladbach berhasil menghentikan Borussia Dortmund, Bayern München akan semakin dekat dengan gelar liga.
Götze duduk di posisinya, memperhatikan rekan setim yang sedang bersemangat berdiskusi, sama sekali tidak terlibat.
Meski musim ini sudah menjadi pemain Bayern München, dan semua anggota tim memperlakukannya dengan baik, setiap kali muncul topik yang terkait Borussia Dortmund, dia selalu merasa canggung di dalam kelompok ini. Bagaimanapun juga, dia telah membela Dortmund selama bertahun-tahun, mulai dari tim junior, tim muda, hingga tim utama. Dirinya sudah terukir cap "Borussia Dortmund" yang tak bisa dihapus.
Sekalipun dia mengenakan seragam Bayern München, sejarah itu tak bisa diubah.
Dia sudah meninggalkan Borussia Dortmund, tapi Dortmund belum sepenuhnya melepaskannya. Dia selalu terjebak dalam topik-topik yang terkait Dortmund.
Mau tidak mau.
Dan musim ini meski Borussia Dortmund menghadapi begitu banyak kesulitan, mereka tetap gigih mengejar Bayern München. Hal ini membuat perasaannya campur aduk. Dia datang ke Bayern München untuk membuktikan bahwa dirinya tidak kalah dari Zhou Yi. Dalam bayangannya, dia seharusnya menjadi pemain inti di Bayern München.
Namun kenyataannya, di Bayern München dia bahkan bukan pilar utama, hanya pemain rotasi - dari 24 pertandingan liga, dia hanya 13 kali menjadi starter (tepat separuh), 5 kali masuk sebagai pemain pengganti, dan 2 kali hanya duduk di bangku cadangan tanpa kesempatan bermain.
Mustahil mengatakan Götze tidak menyesali pilihannya bergabung ke Bayern München. Sebelum datang, bayangannya terlalu indah: dia mengagumi Guardiola, menyukai filosofi sepak bola Guardiola. Dia yakin bisa bersinergi dengan Guardiola di Bayern München. Tapi kenyataannya kejam, Guardiola justru terkesan tidak tertarik padanya.
Dalam waktu bermain yang terbatas, dia tetap mencetak 6 gol. Jumlah ini menempatkannya di peringkat kelima skuad Bayern München, di bawah Robert Lewandowski (16 gol), Thomas Müller (12 gol), Arjen Robben (10 gol), dan Ribery (8 gol).
Menurutnya performa ini cukup bagus dan layak dapat lebih banyak kesempatan bermain. Tapi Guardiola punya pendapat berbeda...
Di Bayern München, hidupnya jauh dari kata mulus. Sementara itu, kabar-kabar dari bekas klub terus bermunculan, terutama tentang Zhou Yi yang bersinar lebih terang musim ini dibanding musim lalu... Setelah dirinya dan Lewandowski pergi, Zhou Yi hampir sendirian memikul beban serangan Borussia Dortmund. Klub sebenarnya membeli Mkhitaryan untuk membantunya berbagi tanggung jawab dan tekanan, tapi siapa sangka performa luar biasa Zhou Yi justru membuat Mkhitaryan terpaku di bangku cadangan, hanya bermain di Waktu Sampah.
Götze datang ke Bayern München untuk membuktikan bahwa dia tak kalah dari Zhou Yi.
Kenyataannya justru berbalik 180 derajat. Semua orang masih memuji Zhou Yi - "Zhou Yi adalah clutch player Dortmund!" "Inti tim Schwarzgelb yang pantas, Zhou Yi kembali jadi penyelamat tim!"
Bagaimana dengan dirinya?
"...Setelah bergabung dengan Bayern München, dia mengalami cedera dan kesulitan beradaptasi, tapi sekarang sudah cukup baik dengan 6 gol dari waktu bermain terbatas..."
"Cukup baik".
Dengar, itu perbedaannya.
Berputar-putar, dia tetap gagal membuktikan diri. Masih hidup di bayang-bayang orang lain.
Tiba-tiba, Götze mendengar seseorang memanggilnya.
"Mario, Mario..."
Dia tersentak sadar. Seluruh rekan setim di ruang ganti menatapnya.
Bingung, dia bertanya: "Ah? Ada apa?"
"Cuma mau tanya sesuatu," ujar Müller sambil tersenyum lebar.
"Apa itu?"
“Kamu musim lalu kan di Borussia Dortmund, kami penasaran, kenapa Borussia Dortmund bisa begitu tangguh? Apa ada rahasia khusus ya?”
Götze semakin bingung.
Refleks ia melirik ke Robert Lewandowski yang duduk di sebelah lain, musim lalu di Dortmund kan bukan cuma aku, ada dia juga, kok malah tanya aku semua?
Ia melihat pemain Polandia itu duduk di posisinya, menundukkan pandangan sehingga tak terlihat isi hatinya.
Huh...
Dalam hati, Götze melirik ke atas ke arah Lewandowski.
……
Tatkala Götze termenung di sana, semua itu tak luput dari pengamatan Lewandowski.
Meski sama-sama datang dari Dortmund, tapi Lewandowski berbeda dengan Götze. Label "Dortmund" di diri Götze lebih mencolok, sebaliknya Lewandowski justru tak terbebani hal semacam itu.
Sederhana saja, Götze adalah hasil binaan akademi Dortmund, sedangkan Lewandowski hanya pemain yang dibeli Dortmund dari liga Polandia.
Sejak pindah ke Bayern München, orang semakin jarang mengaitkan nama Robert Lewandowski dengan Dortmund.
Tapi tidak demikian dengan Götze.
Robert Lewandowski sebenarnya agak kasihan pada Götze. Dia pindah dari Borussia Dortmund ke Bayern München, tapi masih belum bisa menghilangkan jejak Borussia Dortmund dalam dirinya. Sekarang masih ada beberapa suporter Bayern München yang belum sepenuhnya menerimanya...
Dia tidak tahu mengapa dulu Götze memutuskan meninggalkan Borussia Dortmund dan nekat transfer ke Bayern München. Götze berbeda dengannya, dirinya sendiri sama sekali tidak punya ikatan emosional dengan Borussia Dortmund.
Götze bilang sejak kecil dia sudah jadi pendukung Bayern München, bahkan sprei di rumahnya bermotif klub Bayern München.
Di situlah letak ironi hidup Götze. Seorang yang sejak kecil menyokong Bayern München, tapi justru tumbuh besar di lingkungan Borussia Dortmund...
Hasilnya, terombang-ambing di antara dua kubu.
Selain itu, sejak bersama-sama pindah ke Bayern München, Lewandowski sering memperhatikan rekan setimnya ini. Dia menyadari setiap kali topik Borussia Dortmund dibahas di ruang ganti, Götze pasti kehilangan fokus.
Jelas sekali posisi Borussia Dortmund sebenarnya sangat penting di hatinya, entah dia sendiri sudah menyadari hal ini atau belum.
Saat Müller bertanya di ruang ganti tentang rahasia pressing gila-gilaan Borussia Dortmund, sebenarnya dia juga melirik ke arah Lewandowski. Tapi Lewy langsung menundukkan pandangan, menghindari kontak mata dengan Müller.
Ini sinyal jelas bahwa dia sama sekali tidak mau terlibat dalam topik pembicaraan ini.
"Akhirnya Müller harus menyebut nama Götze – di ruang ganti hanya ada dua pemain dari Borussia Dortmund, tidak mungkin bertanya ke Lewandowski, tentu harus Götze lah."
……
Di depan semua orang di ruang ganti, Götze tak bisa menolak menjawab. Ia hanya memberikan jawaban basa-basi: "Tidak ada rahasia khusus... Di menit-menit itu, mungkin faktor hoki sedang berpihak?"
"Hoki?" Müller membelalakkan mata menatap Götze.
Untuk meyakinkan Müller, Götze mengulang dengan penuh keyakinan: "Ya, hoki. Kalau tidak, mana mungkin dua kali berturut-turut mengalahkan... eh... Bayern München di menit akhir?"
Seluruh ruang ganti saling pandang. Mereka berharap mendapat gosip internal Borussia Dortmund, bukan jawaban sekedar 'keberuntungan'.
"Yah, baiklah..." Müller mencoba mencari jalan keluar. "Keberuntungan juga bagian dari kemampuan tim..."
"Jadi musim ini Borussia Dortmund sudah menghabiskan semua jatah hokinya?" Kapten tim Lahm bertanya.
"Hmm." Götze mengangguk.
Ia tak ingin melanjutkan diskusi ini. Semakin banyak bicara, semakin sulit menutupi kebohongan.
Untungnya perdebatan tentang faktor hoki di ruang ganti segera berkembang, tak ada yang bertanya lagi padanya.
Götze kembali melamun. Pertanyaan Müller membuatnya tersadar: dirinya pun belum pernah benar-benar merenungkan hal ini.
Mengapa Borussia Dortmund musim lalu bisa dua kali mengalahkan Bayern München di menit akhir? Benarkah hanya karena faktor hoki?
"Pikirkan, siapa yang mencetak gol penutup melawan Bayern München di kedua pertandingan itu?"
"Zhou Yi."
Nama itu muncul di benak Götze.
Keberuntungan?
……
Di ruang ganti yang ramai dengan diskusi, Götze tiba-tiba diam dan melamun.
Lewandowski mengamati semuanya dengan cermat.
Dalam hati, dia mendesah sinis, tidak setuju dengan jawaban Götze.
Keberuntungan?
……
Siulan penuh kemarahan terus bergema di Westfalenstadion.
Meski pertandingan telah berlanjut, suporter Borussia Dortmund masih marah atas tidak diberikannya penalti untuk Borussia Mönchengladbach tadi.
Tentu mereka protes - seandainya penalti itu diberikan, Dortmund pasti sudah unggul dan mudah memenangkan pertandingan ini.
Nyatanya tidak ada apa-apa. Jika Dortmund gagal menang karena ini, siapa yang bertanggung jawab? Usaha sepanjang musim hancur karena kesalahan wasit, siapa yang rela?
Tapi suporter hanya bisa membuat keributan. Selain meluapkan emosi, mereka tak bisa mengubah apapun.
"Bola itu seharusnya penalti. Mungkin wasit sedang menjaga keseimbangan? Soalnya Borussia Mönchengladbach sudah kehilangan satu pemain..." terdengar obrolan suporter di tribun.
“Omong kosong menjaga keseimbangan! Dua kartu kuning Nordtveit sama sekali tidak bermasalah! Kalau menurut gue, bahkan tanpa kartu kuning pertama, pelanggarannya terhadap Zhou Yi harusnya langsung diusir dengan kartu merah! Gue yakin ada yang enggak mau kita juara lagi! Soalnya kita sudah tiga musim berturut-turut merebut gelar liga, pasti Bayern München sebel banget……”
“Bener banget! Musim ini banyak pemain kita yang cedera, semua bilang itu sial. Sial apaan! Jelas-jelas konspirasi! Lihat dua pemain yang cedera paling parah, Subotic dan İlkay Gündoğan, cedera mereka semua terjadi saat main di timnas! Pemain Bayern München cuti melahirkan aja dikasih ijin, pemain kita malah dipaksa main meski cedera. Kalau ini bukan konspirasi dari Munich, gue makan hatimu!”
Para suporter Borussia Dortmund meluapkan emosi dengan kata-kata kotor dan teori konspirasi.
Sekarang mereka hanya bisa melakukan itu...
Apakah kekuatan spiritual benar-benar bisa terwujud secara fisik, dan membantu mengubah situasi?
Dukungan puluhan ribu orang, apakah hanya sekadar pelipur lara?
