Semua pertandingan babak 16 besar Champions Eropa telah berakhir.
Schalke 04 yang diikuti Yang Muge kalah 1-3 di kandang Real Madrid, tersingkir dengan agregat 2-9, menjadikannya satu-satunya pemain China yang tereliminasi sejauh ini - Guo Nu dari Inter Milan yang sama sekali tidak ikut Champions Eropa tidak dihitung.
Paris Saint-Germain tempat He Ying bernaung menang 2-1 di leg kedua kandang melawan Bayer Leverkusen, lolos ke Delapan Besar.
Delapan Besar telah terlahir semuanya, mereka adalah Barcelona, Paris Saint-Germain, Bayern München, Atletico Madrid, Borussia Dortmund, Manchester United, Chelsea dan Real Madrid.
UEFA akan melakukan acara pengundian lagi untuk menentukan duel di perempat final dan semifinal Liga Champions.
Ketika Liga Champions mencapai babak Delapan Besar, praktis sudah tidak ada tim yang terlalu lemah. Kedelapan tim ini masing-masing memiliki kemampuan tim yang luar biasa, pertemuan antara dua tim mana pun bisa disebut sebagai "pertemuan tim-tim kuat".
Yang paling menjadi perhatian suporter China adalah performa pemain China di Liga Champions.
Jika memungkinkan, mereka berharap ketiga tim yang memiliki empat pemain China tersisa tidak saling bertemu sampai semifinal. Saat itu, ketiga tim yang memiliki pemain China bisa masuk semifinal, minimal bisa menjamin satu tim dengan pemain China pasti tampil di final.
Akan lebih baik lagi jika bisa ada "Derbi China" di panggung final Liga Champions.
Tentu ini semua hanya harapan indah suporter China, sangat sulit untuk diwujudkan.
Karena tim tanpa pemain China memiliki kemampuan tim yang sangat kuat, tidak mudah untuk mengeliminasi mereka.
Saat pengundian Delapan Besar, banyak suporter China menunggu di depan televisi atau di dunia maya untuk menunggu hasil akhir.
Manchester United dan Bayern München akan ditempatkan bersama, kemudian duel antara Barcelona dan Atletico Madrid.
Sejauh ini, keempat tim tidak memiliki pemain China. Ini berarti dalam dua duel tersisa, pasti akan terjadi "Derbi China", tinggal menunggu siapa yang akan bertemu siapa.
Sebelum pengundian, beberapa wartawan mewawancarai sejumlah pemain China dan menanyakan tim mana yang paling ingin mereka temui.
Sun Pan menyatakan asal bukan Atletico Madrid, tim lain mana saja boleh.
He Ying menjawab Barcelona, tim yang paling ingin dihadapinya. Tapi sekarang tampaknya keinginannya tidak akan terkabul.
Zhou Yi setengah bercanda mengatakan tidak ingin bertemu Sun Pan karena "Musim lalu di Champions Eropa sudah lawan dia, Piala Super juga lawan dia, tidak ada kesegaran sama sekali, hampir muntah main terus!"
Tapi melihat situasi saat ini, dia justru benar-benar berpotensi bertemu Sun Pan...
Yan Min ingin menghadapi Real Madrid.
Bagaimana hasilnya?
Real Madrid diundi bersama Chelsea.
Sun Pan bertemu Real Madrid.
Akhirnya Paris Saint-Germain tempat He Ying bermain harus berhadapan dengan Borussia Dortmund yang dihuni Zhou Yi dan Yan Min...
Derbi China.
Setelah perempat final, pemenang antara Manchester United dan Bayern München akan bertemu pemenang Real Madrid vs Chelsea di semifinal. Pasangan semifinal lain adalah pemenang Barcelona vs Atletico Madrid serta pemenang Paris Saint-Germain vs Borussia Dortmund.
Jika keberuntungan cukup baik, bukan tidak mungkin Final Liga Champions akan kembali menyajikan "Derbi China"...
……
Setelah hasil pengundian grup keluar, para suporter China ramai berdiskusi di dunia maya tentang hasil tersebut. Kelompok Lima Naga Kecil juga berdiskusi di grup "Mengisolasi Lao Guo" tentang pengundian ini.
"Bangsat, Real Madrid!" Sun Pan tampak tidak puas dengan hasil ini.
Zhou Yi menggoda: "Pan-Pan, kan kamu sendiri yang bilang selain Atletico Madrid, lawan siapa saja boleh. Kenapa sekarang marah-marah gini?"
"Sama kayak kamu lah! Udah bosan lihat pemandangan itu-itu aja. Waktu di Atletico Madrid, tiap hari lawan Real Madrid. Berharap kali ini bisa ketemu sesuatu yang baru..."
"Kalau mau sesuatu yang baru, cuma Bayern München yang bisa memuaskanmu. Barcelona, Real Madrid, Atletico Madrid nggak memenuhi kriteria. PSG tempat He Ying dan kami juga nggak laku." Zhou Yi menambahkan. "Manchester United juga sering kalian temui di Liga Premier. Tinggal Bayern München, peluang 1/8. Mana mungkin?"
Sun Pan mengalihkan topik dengan menyebut @He Ying.
"Lao He, kesempatanmu datang nih!"
He Ying bingung: "Kesempatan apa?"
"Kesempatan lolos ke semifinal dong!"
"Kenapa?" He Ying masih belum paham.
"Coba pikir, melihat kondisi buruk Borussia Dortmund musim ini, ketemu mereka di fase ini sama kayak tiket gratis ke semifinal!"
Zhou Yi: "Hehe."
“Ketawa apa!” Sun Pan membalas dengan pertanyaan balik. “Apa yang kukatakan salah? Kalian sekarang mati-matian bersaing dengan Bayern München di liga, masih harus kehilangan fokus di Champions Eropa. Dengan formasi tidak lengkap seperti ini, berapa lama bisa bertahan? Menurutku, kalian harus tegas meninggalkan Champions Eropa, lalu fokus ke liga. Rebut gelar liga, bikin Guardiola malu...”
“Bagaimana kalau kami malah dapat Gelar Ganda?” Zhou Yi mengetik di grup.
Melihat kalimat ini, Sun Pan pertama kali mengetik "...", lalu berkata: “Mending kita bahas perdamaian dunia saja!”
Lalu Guo Nu juga muncul di grup, mengirim emoticon terkejut.
“Lho, Lao Guo masih ada?” kata Zhou Yi. “Kayaknya grup kita harus benar-benar sesuai namanya ya. Setiap kali main Champions Eropa, selalu jadi acara ‘Mengisolasi Lao Guo’ yang hidup-hidup...”
“Pfft, bener juga.” Sun Pan menyambung. “Lao Guo, apa Inter Milan musim ini bisa masuk enam besar Serie A?”
Topik dengan lancar beralih ke bahan olok-olokan Guo Nu, karena topik "Gelar Ganda" yang disebut Zhou Yi tadi terlalu mengerikan, sampai-sampai tidak ada yang bisa menanggapi.
Guo Nu hanya bisa mengirim emoticon tertawa pahit sambil menutup muka, tak tahu harus berkata apa.
Tiba-tiba QQ Zhou Yi berbunyi 'didit'. Zhou Yi melihat itu pesan dari Yang Muge secara pribadi.
“Zhou Yi beneran mau rebut Gelar Ganda?”
“Tentu, masa bohong?” Zhou Yi membalas dengan emoticon tersenyum lebar bermata melengkung yang terlihat mesum.
“Ya…” Yang Muge sepertinya tak tahu harus berkata apa.
“Kenapa? Menurutmu terlalu sulit?”
“Kalau musim ini timmu tidak mengalami banyak cedera, aku yakin kalian bisa. Tapi sekarang…”
“Hei, jangan termakan isu media. Cedera kami tidak separah itu. Coba pikir, yang cedera parah cuma Gündoğan dan Subotic. Pemain lain masih bisa kembali sebelum akhir musim.”
“Tapi rotasi pemain kalian sering terkendala, stamina terkuras habis. Di tahap akhir liga dan Liga Champions, stamina sangat krusial. Ini hambatan nyata.” Yang Muge masih merasa tak masuk akal.
“Tentu, lebih berat dari musim lalu.” Zhou Yi tak menghindar. “Tapi kesulitan bukan alasan menyerah. Ini cuma sedikit lebih rumit, bukan mustahil. Harus dicoba.”
“Baiklah…” Yang Muge menghela nafas. “Semoga beruntung. Lagipula ini bukan urusanku lagi…”
“Timmu Schalke 04 juga punya momentum bagus. Diam-diam sudah peringkat 3. Pertahankan agar bisa main Liga Champions musim depan. Kompetisi Eropa penting untuk perkembangan tim dan kariermu.” Zhou Yi menyemangati Yang Muge yang baru tersingkir.
“Hmm.”
“Ngomong-ngomong, aku mau nanya iseng lagi. Apa kamu pernah pertimbangkan untuk transfer keluar dari Schalke 04?”
“Sekarang belum kepikiran. Menurutku di Schalke 04 aja belum sampai tiga musim main, pengalaman masih kurang. Masih banyak yang harus dipelajari dan ditingkatin. Kalau sekarang udah mikir pindah, nggak baik buat perkembangan. Nanti aja deh.”
Zhou Yi selalu menghargai pemikiran orang-orang yang punya prinsip sendiri, karena dia sendiri juga tipikal seperti itu. Dia ingin orang lain menghargai pendapatnya, tentu dia juga akan menghormati pendapat orang lain.
“Bagus juga, jalanin aja sesuai rencana kamu itu.”
Yang Muge mengirim emoji tertawa sambil memperlihatkan gigi dulu, baru nanya: “Aku juga mau nanya iseng – apa kamu bakal hengkang dari Borussia Dortmund musim panas ini?”
Zhou Yi tertegun sejenak di depan komputer membaca pertanyaan itu.
Kottane yang sedang membaca buku di sebelahnya selama ini mendengar suara ketikan keyboard Zhou Yi, tiba-tiba kamar jadi hening beberapa detik. Hal ini menarik perhatiannya.
Dia mengangkat kepala memandang pacarnya, melihat Zhou Yi duduk kaku di depan komputer. Tangannya masih di atas keyboard tapi jari-jemarinya melayang di udara, sepertinya sedang melamun.
“Ada apa?” tanyanya.
Zhou Yi tidak langsung menjawab, malah mulai mengetik di komputer.
“…Bisa jadi pergi atau tetap. Sekarang belum bisa dipastikan. Lagipula belum ada klub lain yang mendekati aku.”
Segera terdengar balasan Yang Muge: "Menurutku kamu sudah bisa pergi. Di Borussia Dortmund, semua yang bisa diraih sudah kamu dapatkan. Apa artinya bertahan lagi? Kamu harus ke panggung yang lebih besar, tim yang lebih baik, kalau tidak bakat dan kemampuanmu akan terbuang. Yang terpenting, setelah kamu pergi, Schalke 04 baru bisa menang Derbi Ruhr!"
Zhou Yi mengirim emoji memicingkan mata sinis.
Di sisi lain, Yang Muge membalas dengan stiker tertawa terbahak-bahak.
Percakapan mereka berakhir di situ.
Zhou Yi menoleh memandang Kottane.
"Ada apa?" tanya Kottane.
"Barusan Lao Yang tanya apakah aku akan meninggalkan Dortmund musim panas ini."
Kottane bertanya: "Apa jawabanmu?"
"Kubilang mungkin iya, mungkin tidak. Belum pasti."
"Kalau ada tawaran yang cocok, ya pergi saja." Kottane berkata seolah menangkap nada melankolis Zhou Yi.
Zhou Yi agak terkejut: "Kukira kau akan membujukku bertahan..."
Kini giliran Kottane yang heran: "Kenapa harus kubujuk kau bertahan?"
"Kupikir karena kau warga Dortmund, fisioterapis tim Dortmund..."
"Aku bukan suporter Dortmund, bukan juga manajemen klub." Kottane membuka tangan. "Pergi atau tetapmu, apa pengaruhnya bagi Dortmund, itu bukan urusanku."
Zhou Yi baru teringat bahwa Pasangan Wagner pernah membuatkan tiket musim Dortmund untuk Kottane. Secara administratif, Kottane selalu tercatat sebagai pemegang tiket pesawat Dortmund dan memiliki kursi di tribun selatan. Namun Kottane tidak pernah menonton pertandingan di tribun selatan, dia tidak pernah menganggap dirinya sebagai suporter Dortmund. Jadi pemikiran seperti itu cukup wajar...
"Baiklah, kalau... Jika aku transfer ke klub lain, bukankah kita akan tinggal terpisah?"
"Kenapa berpikir begitu?"
"Kamu kan fisioterapis tim Dortmund. Kalau aku pindah ke tim lain, kamu..."
"Aku bisa mengundurkan diri." Kalimat Kottane langsung mematikan semua sanggahan Zhou Yi.
Zhou Yi terpana menatap Kottane.
Perempuan itu tersenyum padanya: "Saat agenmu bernegosiasi dengan klub tujuan, jangan lupa tambahkan klausul 'menyediakan satu slot fisioterapis' di kontrak."
Zhou Yi tersadar, langsung memeluk Kottane: "Akhir musim panas ini kita nikah saja!"
"Kamu belum melamar aku... Mmm..."
Kottane tidak bisa protes lagi, karena lidah Zhou Yi sudah hampir menyelinap ke mulutnya...
