Dalam sejarah Champions Eropa, Borussia Dortmund dan Paris Saint-Germain belum pernah memiliki catatan pertemuan.
Jadi bisa dikatakan kedua tim ini relatif asing satu sama lain.
Tapi bukan berarti sama sekali tidak saling mengenal, mengingat era informasi sekarang ini - informasi apapun bisa ditemukan asalkan mau mencari.
Pasti mereka sudah menonton banyak rekaman pertandingan lawan, mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Klopp tidak melakukan rotasi pemain saat Dortmund bertandang ke Stuttgart di liga putaran sebelumnya. Starting lineup yang sudah bermain berturut-turut sebenarnya sudah sangat kelelahan.
Ditambah lagi pertandingan ini tetap di kandang lawan. Mereka harus melakukan perjalanan jauh ke lingkungan asing, lalu langsung bertanding tanpa adaptasi penuh.
Jadwal padat dua pertandingan dalam seminggu membuat langkah para pemain Dortmund terasa berat, antusiasme pemain pun menurun.
Sementara Paris Saint-Germain berada dalam kondisi segar, sudah mempersiapkan segala sesuatu di kandang sendiri untuk menyambut lawan.
Untuk mempersiapkan pertandingan Champions Eropa ini, PSG merotasi hampir seluruh starting lineup di pertandingan liga sebelumnya, agar para pemain bisa beristirahat lebih baik.
Meskipun melakukan rotasi besar-besaran, Paris Saint-Germain tetap berhasil mengalahkan Nice dengan skor 1-0 di kandang lawan. Hingga pekan ke-31 Ligue 1, Paris Saint-Germain telah mengumpulkan 76 poin dari 23 kemenangan, 7 seri dan 1 kekalahan, memuncaki klasemen. Gelar liga musim ini praktis sudah di tangan. Ini akan menjadi gelar liga berturut-turut kedua mereka, sekaligus gelar ketiga dalam sejarah klub.
Sejak investor Qatar mengambil alih kepemilikan Paris Saint-Germain, klub ini memulai proses kebangkitan kembali. Kini mereka telah menggeser Lyon sebagai raja baru Ligue 1. Kemampuan tim ini benar-benar berada satu tingkat di atas klub-klub Prancis lainnya. Di kancah sepakbola Prancis, tak ada satupun tim yang mampu menyainginya.
Wajar jika Paris Saint-Germain kemudian mengalihkan fokus ke Champions Eropa. Setiap tim yang punya ambisi besar pasti menjadikan gelar Champions Eropa sebagai mutiara termegah di mahkota prestasi, rela berkorban segalanya untuk meraihnya.
Paris Saint-Germain merekrut berbagai bintang dari berbagai liga top Eropa, tentu bukan sekadar untuk mengintimidasi murid SD di Ligue 1. Ambisi sebenarnya adalah membuat terobosan di Champions Eropa.
Musim ini Paris Saint-Germain berhasil melaju ke babak Delapan Besar Champions Eropa. Target mereka tentu melangkah lebih jauh lagi.
Secara historis, pencapaian terbaik Paris Saint-Germain di Champions Eropa adalah semifinal, namun itu masih terjadi pada musim 1994-1995. Mereka menghadapi AC Milan yang dilatih Capello di semifinal dan akhirnya tersingkir dengan agregat 0-3.
Musim ini, Paris Saint-Germain yang ambisius berharap tidak hanya bisa menyamai rekor terbaik sejarah, tetapi juga menciptakan rekor baru.
Tentu saja, pertama-tama mereka harus melewati juara bertahan Borussia Dortmund.
……
Setelah pertandingan dimulai, Paris Saint-Germain yang telah beristirahat cukup dan persiapan matang langsung membawa permainan ke ritme mereka.
Sejak tendangan pertama, Paris Saint-Germain menunjukkan kombinasi operan brilian yang terus mendorong bola ke tepi area penalti Dortmund, kemudian Ibrahimović memberikan umpan silang.
Bek tengah Dortmund Sokratis Papastathopoulos mengayunkan kaki membersihkan bola, namun tidak jauh. Bola terlempar ke ruang kosong di luar area penalti, lalu Verratti dari PSG yang menyusul langsung menembak jauh yang melenceng melewati garis lapangan.
Menit keempat pertandingan, kiper Paris Saint-Germain Sirigu menendang jauh dari lini belakang ke area depan. Hummels menyundul bola ke Sven Bender di dekatnya. Begitu Bender mengontrol bola, Ibrahimović langsung melesat dari belakang mencoba merebutnya!
Sven Bender segera menguasai bola dan berbalik.
Tapi begitu berbalik, ia baru sadar ada pemain PSG lain di sampingnya - Matuidi!
Matuidi menyentakkan kaki untuk tackle saat ia belum selesai berbalik. Sven Bender buru-buru melangkah untuk mengait bola kembali, tapi terlambat. Bola sudah disodok Matuidi lebih dulu. Sven Bender gagal dan bertabrakan dengan Matuidi hingga kehilangan keseimbangan dan terjatuh!
Ibrahimović yang berada di dekatnya segera menguasai bola yang disodok Matuidi lalu membawa bola maju.
Sven Bender yang kehilangan bola segera bangkit dan mengejar Ibrahimović.
Ibrahimović menggunakan keunggulan fisiknya untuk menahan Bender, lalu mengoper ke kanan ke Cavani yang berada di sudut area penalti besar.
Penyerang Uruguay itu kesulitan mendapatkan kesempatan tembakan saat berhadapan dengan bek Dortmund. Bahkan ia hampir kehilangan bola saat melakukan dribel horizontal.
Untungnya Verratti berada cukup dekat, merebut bola, lalu mengatur serangan kembali dengan mengoper ke kiri ke Matuidi yang menarik diri ke sayap.
Setelah serangkaian operan panjang, pertahanan Dortmund sudah terkompresi ke area penalti. Pertahanan di kedua sayap praktis tidak ada.
Matuidi yang menguasai bola di sayap kiri bahkan tidak menghadapi tekanan pemain Dortmund. Zhou Yi yang menyadari masalah itu langsung berlari ke sana, namun sudah terlambat.
Matuidi melakukan penyesuaian posisi kemudian mengirimkan umpan silang!
Bola melayang ke depan gawang Dortmund.
Untungnya, di sekitar titik jatuhnya bola berkumpul pemain-pemain Dortmund. Bahkan tidak ada pemain Paris Saint-Germain yang melakukan duel udara.
Hummels melompat untuk membersihkan bola dengan sundulan.
Namun dalam aksi sederhana ini, Hummels justru melakukan kesalahan - sundulannya tidak cukup jauh!
Bola yang dipantulkan terbang ke sekitar titik penalti. He Ying yang mengintai di sana dengan cerdik melompat tinggi dan mencegat bola dengan dada!
Kemudian dia mundur selangkah, tanpa menunggu bola menyentuh tanah, langsung mengayunkan kaki kiri untuk menembak!
Karena dilakukan sambil mundur, tembakan ini mengarah ke atas. Bola berhasil menghindari jari-jari kiper Weidenfeller, menghantam bagian bawah mistar gawang lalu memantul masuk ke gawang!
Menghadapi tembakan tiba-tiba yang sulit ini, Weidenfeller sama sekali tak berdaya. Meski sudah melompat untuk menyambar, bola sama sekali tak tersentuh!
“He Ying!! Eh! Gol! Gol! Cantik!!” Komentator China He Ping berteriak hingga parau, tapi dia masih merasa suaranya kurang keras karena saat ini telinganya dipenuhi sorakan gembira suporter Paris Saint-Germain – karena ini adalah Derbi China, CCTV khusus mengerahkan tim peliputan dan komentator untuk melakukan siaran langsung langsung di Stadion Parc des Princes.
Saat He Ying menendang bola ke gawang, He Ping merasakan kursi di bawah pantatnya bergetar, seluruh lapangan berguncang...
“Ini gol ke-16 He Ying di musim ini, dan gol ketiganya di Champions Eropa! Jumlah golnya di tim hanya kalah dari Ibrahimović!” He Ping terus meningkatkan volume teriakannya. “Sepertinya kondisinya hari ini sangat prima, berhasil unggul duluan dalam duel melawan Zhou Yi dan Yan Min! Kita bisa menantikan Derbi China yang menarik!”
“He Ying – Aduh!” Marcel Leif berteriak penuh penyesalan. “Aduh! Borussia Dortmund kebobolan, gol ini akibat kesalahan di lini pertahanan Dortmund sendiri yang dimanfaatkan He Ying dari Paris Saint-Germain... Kebobolan ini benar-benar tak terduga...”
Setelah mencetak gol, He Ying berlari penuh semangat ke garis lapangan, melambai ke arah tribun penonton di balik papan iklan untuk merayakan bersama suporter Paris Saint-Germain.
Rekan-rekan setimnya juga bergegas mendekat dengan penuh emosi, memeluknya erat.
Penyiar sedang memimpin para suporter meneriakkan nama pencetak gol.
“He Ying！He Ying！He Ying！！”
Sorakan serempak menggema di seluruh Stadion Parc des Princes, seperti panci minyak yang mendidih.
……
Borussia Dortmund jelas-jelas terpukul oleh gol He Ying ini.
Tak ada yang menyangka He Ying akan muncul di area itu, mampu mencegat bola udara, lalu menyelesaikannya dengan tembakan indah.
Dari intercept hingga tembakan, He Ying menyelesaikan semuanya dalam satu gerakan lancar nan memukau.
Sama sekali tidak memberi waktu reaksi bagi para pemain Borussia Dortmund.
Menyaksikan pemain Paris Saint-Germain merayakan gol dengan gegap gempita, para pemain Dortmund hanya terdiam di depan gawang mereka dengan wajah bingung.
Marcel Leif menghela napas melihat replay pertahanan: "Yah, sundulan Hummels tidak cukup jauh. Kesalahan seperti ini hampir mustahil dia lakukan di liga... Mungkin kelelahan yang menyebabkan kesalahan ini..."
Di layar, Hummels menyangga kepala dengan kedua tangan, menunjukkan kekecewaan mendalam.
……
Pemain Paris Saint-Germain merayakan gol cukup lama sebelum kembali ke separuh lapangan mereka.
Pertandingan dilanjutkan kembali dengan tendangan awal Dortmund.
Dortmund yang tertinggal mencoba serangan balik, namun seluruh tim jelas tidak dalam kondisi prima. Serangan mereka tidak berkualitas, malah memberi ruang bagi serangan balik Paris yang semakin ganas.
Pada menit kesepuluh, Paris Saint-Germain langsung merebut bola di area depan. Tembakan keras Ibrahimović dari depan area penalti dihalangi dengan tubuh oleh Sokratis Papastathopoulos.
Meski berhasil menghalangi tembakan Ibrahimović, Papastathopoulos juga terkena pukulan cukup keras. Ia terbaring sambil memegangi perutnya dan tidak bisa bangun, membuat pertandingan harus dihentikan sementara. Akhirnya Papastathopoulos dibantu bangun oleh rekan setimnya, masih memegangi perut dengan ekspresi kesakitan...
Ibrahimović mendekat dan menepuk-nepuk punggungnya sebagai gestur persahabatan.
Tak lama kemudian Paris Saint-Germain memanfaatkan kesempatan tendangan pojok Dortmund untuk melancarkan serangan balik.
Tendangan pojok Dortmund justru dipotong oleh pemain Paris Saint-Germain dengan sundulan.
Paris Saint-Germain langsung meneruskan serangan balik. Matuidi mengoper bola ke He Ying di sayap kiri tepat di depan area penalti.
He Ying yang baru saja mencetak gol sedang dalam kondisi puncak hari ini. Setiap gerakannya berhasil, kepercayaan dirinya pun melambung tinggi.
Meski membelakangi arah serangan dan dijaga ketat oleh bek kanan Dortmund Łukasz Piszczek, He Ying sama sekali tidak gentar. Ia pertama-tama berpura-pura akan menembus jalur dalam ke kiri, mengelabui pergeseran pusat gravitasi Piszczek. Tiba-tiba ia menyodok bola dengan punggung kaki luar kanan ke belakang, menerobos sisi sebaliknya!
Piszczek berbalik untuk mengejar balik, namun He Ying sudah menghadang di depannya. Jika He Ying berhasil menggiring bola lagi ke depan, area itu akan menjadi lapangan terbuka yang bisa dia kuasai!
Benar saja, He Ying melakukan dribble besar dengan menendang bola sejauh 10 meter!
Segera dia akan mempercepat langkah!
Piszczek tahu tak bisa ragu lagi. Dengan tegas dia menyapu dari samping belakang, menyapu He Ying hingga terjatuh.
He Ying yang terjatuh memegang pergelangan kaki sambil berguling beberapa kali. Siulan keras langsung memenuhi lapangan!
Pemain Paris Saint-Germain langsung mengerumuni Piszczek yang melakukan pelanggaran, membela He Ying.
Wasit utama segera menghampiri kerumunan pemain kedua tim, meminta semua tenang. Dia memberi isyarat tangan ke Piszczek untuk mendekat.
Mundur hingga ke garis lapangan, wasit berkata: "Gerakanmu sangat berbahaya. Saya harus memberimu kartu!"
Usai bicara, dia mengeluarkan kartu kuning.
Piszczek paham konsekuensinya. Itu pelanggaran taktis terpaksa - jika tidak dihentikan, He Ying akan menembus pertahanan dan masuk ke area penalti. Siapa tahu apa yang akan terjadi. Meski harus membayar dengan kartu kuning, dia memilih mematikan ancaman di sumbernya...
“Piszczek mendapat kartu kuning karena melakukan pelanggaran terhadap He Ying, dan kartu kuning ini akan membuatnya absen di leg kedua pertandingan. Ini jelas bukan kabar baik bagi Borussia Dortmund yang sudah kekurangan personil…” ujar Marcel Leif.
Siaran TV juga paham situasi, menyorot close-up shot Klopp di pinggir lapangan. Dalam lensa terlihat Klopp membuka kedua tangan dengan ekspresi pasrah atas hasil ini.
Dia tidak menunjukkan kemarahan, karena pilihan Piszczek tidak salah – saat itu memang satu-satunya yang bisa dilakukan.
Yang disalahkan mungkin hanya kondisi He Ying yang luar biasa prima di pertandingan ini...
