"Borussia Dortmund berhasil mencetak gol melalui penalti di menit ke-76, skor sementara 2-1 dengan Paris Saint-Germain yang bermain di kandang sendiri masih unggul."
"Namun situasinya sama sekali berbeda dari sebelumnya."
"Meski Paris Saint-Germain masih memimpin, skor ini tidak memuaskan mereka. Tidak hanya unggul satu gol, mereka juga memberikan gol tandang kepada lawan."
"Skor ini sepenuhnya bisa diterima Borussia Dortmund. Saat kembali ke kandang sendiri, mereka hanya perlu menang 1-0 untuk mengeliminasi lawan."
Sedangkan Paris Saint-Germain sama sekali tidak bisa menerima ini. Belum lagi jurang psikologis dari 2:0 menjadi 2:1, skor ini sendiri sudah sangat berbahaya.
Dalam kondisi lawan sudah mendapatkan satu gol tandang, mereka harus meminimalisir efek dari gol tersebut. Mereka wajib mencetak gol lagi untuk memperlebar selisih poin.
Namun waktu yang tersisa bagi mereka sudah sangat mepet.
Hanya satu gol saja telah mengubah mentalitas kedua tim secara drastis. Paris Saint-Germain yang awalnya bermain santai tiba-tiba menjadi cemas, sementara Borussia Dortmund yang sempontan tertatih-tatih justru lebih rileks meski masih tertinggal.
Menghadapi situasi ini, kedua pelatih segera melakukan penyesuaian taktik.
Klopp tentu meminta timnya untuk bertahan sambil mencari celah serangan balik. Dia paham betul Paris Saint-Germain pasti akan memanfaatkan keuntungan kandang di menit-menit akhir untuk menggempur gawang Dortmund habis-habisan.
Di situasi seperti ini, Dortmund cukup bertahan kompak lalu menunggu momentum serangan balik. Jika bisa mencetak gol penyama skor tentu ideal. Tapi jika tidak, cukup dengan terus mengganggu lini pertahanan lawan agar mereka tak leluasa menyerang total.
Di bangku cadangan sebelah, Blanc memang melakukan penyesuaian seperti itu. Dia terus melambaikan tangan di pinggir lapangan, memerintahkan para pemain untuk menekan dan memperkuat serangan. Dia tidak rela meski mendominasi sepanjang pertandingan, hanya mendapatkan hasil akhir unggul satu gol.
Di sisa pertandingan, Paris Saint-Germain melakukan serangan penuh. Menghadapi gempuran sengit PSG, Borussia Dortmund terpaksa mundur bertahan total, belum sempat memikirkan serangan balik.
Pada menit ke-78, Lucas yang bergerak di sayap kanan melewati dua pemain Dortmund lalu memberikan umpan diagonal ke depan gawang. Sayangnya, Cavani yang menyambut bola di area tengah terlalu lambat bereaksi, menyebabkan Hummels membersihkan bola dengan mudah.
Menit ke-80, giliran He Ying yang menembus pertahanan di sayap kiri. Setelah menarik dua bek Dortmund, dia menggunakan punggung kaki luar kanan untuk mengumpan ke Cavani di tengah. Cavani menggocek bola mencari sudut, lalu menendang bola melengkung ke sudut jauh gawang.
Kiper Weidenfeller melakukan gerakan penyelamatan, namun gagal menyentuh bola. Tendangan lengkung Cavani berhasil melewati jari-jari Weidenfeller, tapi kurva yang terlalu lebar membuat bola melewati tiang gawang dan keluar garis lapangan.
"Cavani! Bahaya!" Marcel Leif berteriak. "Serangan Paris Saint-Germain terlalu ganas, Borussia Dortmund tidak tahu apakah bisa bertahan..."
Pelatih Paris Saint-Germain Laurent Blanc di pinggir lapangan juga memperhatikan. Saat Cavani menembak, dia sampai melompat kegirangan. Tapi akhirnya bola meleset dari garis lapangan, membuatnya berbalik dan menendang udara untuk meluapkan emosi.
……
Paris Saint-Germain mati-matian ingin mencetak gol sebelum pertandingan berakhir, sementara Borussia Dortmund berusaha keras menghalangi serangan lawan sekaligus berharap waktu pertandingan berjalan lebih cepat.
Perebutan bola antara kedua tim semakin sengit, bubuk mesiu di lapangan pun semakin terasa.
Duel fisik dalam pertandingan semakin sering terjadi, pemain yang terjatuh juga semakin banyak - tentu saja kebanyakan adalah pemain Borussia Dortmund. Setiap kali mereka terjatuh, siulan dari tribun langsung bergema. Para suporter PSG mana mungkin tidak tahu maksud para pemain Dortmund?
Tentu saja untuk mengulur waktu!
Pada menit ke-84, Aubameyang berhasil merebut bola dari kaki Verratti di area gelandang, tapi kemudian dirinya sendiri dijatuhkan oleh Verratti dengan kaitan kaki.
Aubameyang terlihat kesakitan di tanah, memegang pergelangan kaki dan enggan bangun.
Verratti menganggapnya sebagai upaya menunda waktu secara sengaja, lalu berusaha memaksa Aubameyang untuk berdiri.
Kedua tim pun terlibat konflik karena insiden ini.
Para pemain dari kedua tim segera mengerumuni, siulan keras membahana dari tribun bahkan menenggelamkan bunyi peluit wasit utama yang mendesak.
Namun kali ini justru para pemain Paris Saint-Germain sendiri yang majik mediasi - mereka paham Borussia Dortmund ingin memperbesar masalah dan mengulur waktu. Meski injury time akan menambah durasi tersebut, mustahil dilakukan terus-menerus...
Untuk menggagalkan konspirasi Dortmund, para pemain PSG mengambil inisiatif menjaga ketertiban dengan menarik Verratti yang sedang emosional.
Performansi luar biasa mereka menggagalkan taktik Dortmund dalam mengulur waktu.
Wasit utama memanggil Verratti dan Aubameyang secara terpisah, lalu memberikan masing-masing kartu kuning sebagai hukuman setara.
Segera setelahnya, Blanc melakukan substitusi dengan mengganti Verratti yang mulai kehilangan kontrol emosi dan stamina dengan Cabaye.
Menit ke-86, melalui kombinasi serangan di sayap kanan, bek kanan Jallet mengirim bola ke area penalti untuk Lucas. Umpan silang Lucas berhasil dihalau Sven Bender dengan tubuhnya hingga keluar garis lapangan.
Kemudian Paris Saint-Germain terus mengepung gawang Borussia Dortmund, dan pada menit ke-89, Cavani menyelesaikan sundulan mengancam yang nyaris masuk. Jika bukan karena penyelamatan spektakuler Weidenfeller yang melompat mundur sambil menepis bola dengan satu tangan ke mistar gawang, gol pasti tercipta...
Paris Saint-Germain mendapatkan kesempatan tendangan pojok. Setelah tendangan pojok diambil, Motta tiba-tiba menyelinap ke area depan gawang dan melompat tinggi merebut bola dengan sundulan ke belakang.
Sayangnya setelah sundulannya, tak ada pemain lain yang menyambut bola. Bola pun meluncur melewati tiang gawang jauh dan keluar garis lapangan...
Saat itu, ofisial keempat mengangkat papan injury time 5 menit di pinggir lapangan.
Waktu yang terbuang akibat konflik sebelumnya tetap ditambahkan oleh kelompok wasit.
Lima menit ini menjadi kesempatan terakhir Paris Saint-Germain. Jika Borussia Dortmund bisa bertahan menghadapi gempuran gencar mereka, mereka bisa pulang ke kandang sendiri dengan hasil yang relatif baik, lalu menghadapi Paris Saint-Germain di pertengahan pekan depan dengan taktik dan mentalitas yang lebih matang.
……
Di menit-menit akhir, Dortmund sebenarnya sempat mencoba serangan balik. Namun karena minimnya pasukan yang bisa dikerahkan dan stamina yang terkuras setelah bermain satu pertandingan penuh, serangan mereka sama sekali tak mengancam gawang Paris Saint-Germain.
Paris Saint-Germain praktis bermain di Zona 30 Meter Dortmund sepanjang waktu.
Namun pertahanan Borussia Dortmund masih cukup kokoh, serangan gencar Paris Saint-Germain belum mampu membobol gawang yang dijaga Weidenfeller.
Ini satu-satunya penghibur bagi para suporter Borussia Dortmund.
Sekarang mereka hanya perlu bertahan beberapa menit terakhir...
Di menit ke-93 injury time, Paris Saint-Germain yang mengepung Dortmund mendapatkan lemparan ke dalam tepat di tepi area penalti besar.
Bek kanan Jallet maju untuk melakukan lemparan ke dalam.
He Ying yang semula berada di area penalti melihat sekeliling, menyadari area tersebut sudah penuh pemain. Daripada tak mendapat kesempatan, lebih baik menarik diri ke luar.
Langsung ia berlari menuju Jallet.
Jallet memegang bola sambil mengamati situasi, merencanakan strategi lemparan. Waktu pertandingan hampir habis, setiap kesempatan serangan harus dimanfaatkan maksimal.
Tapi pertahanan Dortmund yang ketat menyulitkan penemuan celah. Melemparkan bola langsung ke area penalti yang padat pemain berisiko kehilangan penguasaan bola. Mengingat kemampuan Dortmund dalam mengulur waktu, siapa tahu taktik mereka nanti...
Saat Jallet masih ragu, ia melihat He Ying keluar sambil memberikan gestur meminta lemparan.
Apakah He Ying memiliki peluang bagus? Tidak juga, dia berhasil lolos, tetapi juga berhasil menarik pemain Borussia Dortmund keluar.
Jadi dalam situasi seperti ini, secara logika, seharusnya bola dilempar ke area penalti, mengingat kekuatan pertahanan di sana sedikit melemah akibat penarikan He Ying.
Namun Yalaé teringat kondisi He Ying yang sangat baik sepanjang pertandingan hari ini.
Jika bola diberikan padanya, mungkin dia benar-benar bisa menciptakan kesempatan...
Memikirkan ini, Yalaé mundur beberapa langkah untuk mengambil ancang-ancang sprint sebelum melempar bola kuat-kuat ke area penalti - semua mengira dia akan melakukannya.
Tapi saat sampai di garis lapangan, dia melakukan gerakan tipu dan langsung melempar bola ke He Ying yang keluar untuk memberikan dukungan.
He Ying menghentikan bola dengan stabil menggunakan kakinya.
Kontrol bola ini sempurna, tapi dia langsung ditempel Sven Bender dari Borussia Dortmund yang membuatnya sulit berbalik.
Dalam kondisi ini, dia seharusnya mengoper bola mundur ke Yalaé yang berada di garis lapangan untuk memberikan dukungan.
Tapi He Ying tidak melakukannya. Dia terus mengendalikan bola sambil beradu kekuatan dengan Sven Bender.
Yan Min di samping langsung menyambar ingin merebut bola.
Tepat sebelum menyentuh bola, He Ying mengait bola dengan kaki kanannya sambil berbalik mengarah ke garis lapangan, tetap menempeli Sven Bender!
Dibandingkan dengan He Ying, kecepatan berbalik Sven Bender jauh lebih lambat.
“Saat itu Yan Min melewati belakang Sven Bender, mengejar garis lapangan, lalu menyapu bola!”
Sudah sangat dekat dengan garis lapangan, dia yakin sapuan ini bisa menyapu bola keluar garis (memberikan tendangan pojok untuk PSG) atau memaksa He Ying membawa bola keluar sendiri...
Tapi yang tak disangkanya, He Ying menyodok bola ke area penalti tepat sebelum sliding tackle-nya! Bola menggelinding di tepi garis lapangan, sementara sliding tackle-nya meleset!
He Ying langsung melompati Yan Min yang sudah terjatuh, lalu menguasai bola kembali!
