Yan Min yang baru saja mencetak gol merasa kondisinya sangat prima, kepercayaan dirinya meledak-ledak.
Saat menguasai bola, apapun situasinya, dia berani menggiring dan menembus pertahanan.
Setelah Lucas menyia-nyiakan peluang mencetak gol Paris Saint-Germain, Yan Min menerima umpan Zhou Yi di sayap area depan.
Meski Zhou Yi berada di dekatnya untuk memberikan dukungan, dia tetap memilih menggiring bola sendiri ke area penalti.
Kecepatan awalnya yang luar biasa - ciri khas Yan Min - memungkinkannya melepaskan diri dari lawan meski memulai dari posisi diam.
Dengan mulus dia menembus masuk area penalti.
Menghadapi Verratti yang mundur ke area penalti, Yan Min masih enggan mengoper meski Zhou Yi ada di sampingnya. Dia tetap memilih menggiring.
Karena yakin bisa menembus dan mengelabui Verratti.
Kepercayaan diri semacam ini kadang membuat orang mengira otaknya tidak jernih karena menyia-nyiakan peluang, tapi terkadang justru memicu sorakan atas keajaiban yang diciptakannya...
Saat kali ini dia melakukan akselerasi masuk ke area penalti dan berhadapan dengan Verratti, tiba-tiba dia memperlambat kecepatan. Bersamaan dengan itu, punggung kaki luar kanannya menggeser bola perlahan ke samping, lalu berusaha mengubah arah untuk menghindari hadangan frontal Verratti.
Tiba-tiba terjadi kontak fisik antara mereka. Tidak jelas apakah Verratti sengaja menabrak Yan Min, atau Yan Min yang menabrak Verratti saat sedang mengubah arah.
Intinya, setelah kontak fisik terjadi, Yan Min kehilangan keseimbangan dan terjatuh...
Para suporter Borussia Dortmund di tribun sudah buru-buru menghakimi: "Ini pelanggaran!"
"Penalti! Berikan penalti!"
Yan Min yang masih terbaring di tanah menoleh memandang wasit utama.
Namun wasit utama menggelengkan kepala dan mengibaskan tangan, menandakan itu bukan penalti.
Yan Min awalnya terlihat bingung, lalu melompat bangkit ingin protes ke wasit - Aku yang ditabrak, kok bukan penalti?!
Tapi Zhou Yi yang bergegas mendekat menahannya: "Apa maksudmu? Kamu sudah punya satu kartu kuning, lupa?"
Yan Min tertegun, baru teringat bahwa dirinya memang sudah mengantongi kartu kuning. Karena emosi tadi, dia benar-benar lupa...
Jika saat protes ke wasit dia mengeluarkan kata-kata kasar, bisa-bisa wasit langsung mengusirnya keluar lapangan...
Dia tak ingin diusir padahal sedang dalam kondisi prima.
Meski geram, terpaksa dia menelan semua kekesalannya.
Yan Min terpaksa mengalah, tapi para suporter Borussia Dortmund di tribun tidak perlu membawa beban mental seperti ini. Mereka serentak menyuarakan ketidaksetujuan melalui siulan dan cacian terhadap keputusan wasit utama.
Marcel Leif dan He Ping juga menyampaikan keraguan mereka.
"Bagaimana ini bukan penalti? Ada kontak fisik yang jelas antara kedua pemain! Bahkan Verratti sempat menarik baju Yan Min dengan tangannya, meski cepat melepas... Menurutku seharusnya jelas ini penalti! Yan Min benar-benar kehilangan keseimbangan dan jatuh karena kontak fisik dari Verratti..." Marcel Leif dengan tegas berdiri di pihak Borussia Dortmund.
He Ping juga meragukan keputusan wasit: "...Tidak bisa dikatakan ini bukan pelanggaran hanya karena tidak ada gerakan tangan yang jelas. Verratti jelas-jelas melihat Yan Min akan menembus, lalu karena tidak sempat melakukan gerakan bertahan yang tepat, dia mengarahkan seluruh berat badannya ke arah Yan Min hingga menyebabkan pemain itu terjatuh... Ini seharusnya penalti!"
Komentator Prancis dengan sudut pandang berbeda tentu memiliki pandangan yang berbeda: "Gerakan Yan Min sangat licik, ini seharusnya diving, kontak fisik antara Verratti dan dia tidak cukup parah untuk membuatnya terjatuh seperti itu... Yan Min masih mau minta penalti? Wasit utama lebih baik tidak memberinya kartu kuning! Perlu diketahui dia sudah memiliki satu kartu kuning, saya yakin wasit pasti mempertimbangkan hal ini sehingga masih memberikan keringanan... Kalau tidak, Borussia Dortmund seharusnya sudah bermain dengan 10 pemain sekarang!"
……
Meski breakthrough Yan Min kali ini tidak menghasilkan penalti, hal itu tidak mengganggu kepercayaan diri dan performansinya.
Tiga menit kemudian, saat dia kembali melakukan serangan di sayap, dia dijatuhkan oleh Jallet. Wasit utama akhirnya memberikan pelanggaran dan hadiah tendangan bebas di area depan sayap untuk Dortmund, namun dia tidak memberikan kartu kuning ke Jallet hanya peringatan lisan. Ini kembali memicu ketidakpuasan suporter Borussia Dortmund di tribun, seketika siulan keras kembali menggema.
Posisi tendangan bebas ini hampir sama dengan posisi tendangan bebas Sahin yang hampir mencetak gol sebelumnya, hal ini sulit dihindari untuk membuat orang melakukan asosiasi.
Tendangan bebas ini memang diambil oleh Sahin, depan gawang sama-sama dipadati banyak pemain.
Setelah tendangan bebas Sahin diluncurkan, kali ini bola tidak mengenai siapa pun dan membelok ke gawang, melainkan sampai dengan mulus ke area depan gawang. Sekelompok pemain melompat untuk duel udara, dalam kericuhan bola jatuh ke tanah. Bek Mats Hummels yang maju menyerang untuk duel udara kebetulan berada di posisi terdepan, tanpa menunggu bola menyentuh tanah, dia langsung menghajarnya dengan tendangan keras!
“Sayangnya, mungkin dia terlalu ingin menggunakan kekuatan, tendangan keras ini benar-benar bertenaga besar. Hasilnya meleset, bola membentuk garis luar yang lebar, jauh melenceng dari garis lapangan...”
“Tendangan Hummels ini... benar-benar teknik bek!” He Ping tak kuasa mengkritik. “Dari jarak sedekat ini, bahkan di area penalti kecil, sekadar sentuhan lembut saja, selama bisa menyentuh bola, tingkat keberhasilannya sangat tinggi...”
Siaran TV juga menampilkan close-up shot seorang suporter wanita paruh baya di tribun belakang gawang. Satu tangan menutupi mulut, kepala terus menggeleng, suporter Borussia Dortmund itu memandang tak percaya ke arah bola yang melenceng, seolah tak menyangka Hummels bisa menyia-nyiakan peluang emas seperti itu.
Meski Hummels gagal mencetak gol, setidaknya ini membuktikan Borussia Dortmund sedang menguasai permainan. Mungkin kali berikutnya Paris Saint-Germain tak akan seberuntung ini...
Gelombang serangan Dortmund yang seperti air bah ini memberi tekanan besar pada Paris Saint-Germain.
Skor 3-1 di kandang sendiri seharusnya cukup aman, apalagi ditambah cedera Reus - pemain inti lawan - di awal pertandingan. Situasi ini seharusnya sangat menguntungkan mereka...
Siapa sangka kini mereka kebobolan, situasi tiba-tiba berbalik 180 derajat.
Paris Saint-Germain sebenarnya unggul agregat, namun secara permainan justru tertekan sepenuhnya...
Mentalitas para pemain juga berubah, mulai menunjukkan kepanikan.
Pada menit ke-39, Matuidi terlalu agresif saat melakukan pressing di area depan hingga melakukan pelanggaran terhadap Sven Bender. Meski sudah merebut bola, ia justru menjatuhkan Sven Bender.
Wasit utama meniup peluit menghentikan pertandingan.
Insiden ini memicu kemarahan Cavani yang berteriak kepada wasit, berujung pada kartu kuning untuk dirinya sendiri.
Dengan kartu kuning ini, bahkan jika Paris Saint-Germain berhasil melewati Borussia Dortmund dan lolos ke semifinal, Cavani harus absen di leg pertama semifinal.
"Cavani tidak seharusnya mendapat kartu kuning. Saat Matuidi melakukan pelanggaran, ia ingin membela rekan tapi malah bersikap kasar ke wasit... Memang ada kemungkinan Cavani tetap tidak bisa main di pertandingan Champions Eropa berikutnya terlepas dari kartu ini. Melihat momentum saat ini, hal itu sangat mungkin terjadi..."
Setelah insiden kartu kuning Cavani, masih tersisa lima menit di babak pertama. Kedua tim tidak menciptakan situasi berarti selama sisa waktu ini.
Akhirnya Borussia Dortmund mengakhiri babak pertama dengan keunggulan skor 1-0 di kandang sendiri.
Meski unggul satu gol, saat pemain turun ke ruang ganti usai babak pertama, Weidenfeller sebagai kapten lapangan segera mendatangi pelatih untuk berdiskusi tentang insiden Yan Min yang terjatuh di area penalti.
Tentu saja Weidenfeller juga tidak bermaksud mencari masalah dengan wasit utama, melainkan hanya sebagai kapten yang menunjukkan sikap Borussia Dortmund kepadanya. Ini juga merupakan pengingat bagi wasit utama, mengisyaratkan bahwa Dortmund bukanlah lawan yang mudah dihajar, dan kriteria keputusan tidak boleh terlalu keterlaluan. Kali ini penalti tidak diberikan, Dortmund jelas dirugikan. Namun diharapkan wasit utama lebih mempertimbangkan matang-matang saat membuat keputusan di babak kedua...
Ini adalah taktik tim tuan rumah untuk memberi pressing kepada wasit, namun dengan cara yang sangat halus dan komunikasi normal. Jauh lebih bisa diterima kelompok wasit dibanding metode pressing seperti memblokir pintu ruang istirahat wasit!
Babak 259: Penyesuaian Menyasar
Saat jeda babak pertama, pelatih Paris Saint-Germain Laurent Blanc melakukan penyesuaian. Bukan menyasar Zhou Yi, melainkan Sahin.
Dia meminta para pemain untuk mengejar dan menghalangi Sahin, tidak memberinya kesempatan menguasai bola dengan mudah maupun melakukan operan lancar.
Cukup dengan memutus jalur operan maju Sahin, ancaman serangan Dortmund akan jauh berkurang.
Ini jauh lebih efektif dibanding langsung bertahan ke Zhou Yi.
Dari segi kemampuan individu, Sahin saat ini masih kalah dari Zhou Yi, sehingga tingkat kesulitan bertahan juga relatif lebih rendah.
……
Setelah 15 menit jeda babak pertama, kedua tim bertukar sisi lapangan tanpa melakukan pergantian pemain.
Babak kedua baru saja dimulai, Paris Saint-Germain melancarkan serangan, tetapi operan mereka di area depan justru melakukan kesalahan.
Bola langsung direbut oleh Zhou Yi.
Zhou Yi yang merebut bola langsung berencana melancarkan serangan balik, sementara pihak Paris Saint-Germain tentu menyadari bahayanya.
He Ying yang balik mengejar tanpa ragu-ragu memeluk Zhou Yi dari belakang dengan kedua tangan, seperti gulat, menjatuhkan Zhou Yi ke tanah.
Tribun penonton kembali bergemuruh dengan siulan.
Peluit wasit utama juga berbunyi.
Zhou Yi yang dijatuhkan He Ying membuka tangannya dengan ekspresi pasrah.
Kemudian dia melihat tangan He Ying yang terulur, dan ditarik bangun oleh He Ying.
Meski He Ying bersikap ramah, wasit utama tetap menunjukkan kartu kuning kepadanya.
Bagaimanapun dia menghentikan kesempatan serangan balik besar Borussia Dortmund dengan pelanggaran. Saat itu Paris Saint-Germain sedang menyerang, sebagian besar pemain sudah maju. Jika serangan balik Dortmund berhasil, bisa langsung mengancam gawang yang dijaga Sirigu. Karena itu He Ying terpaksa melanggar.
Ini adalah pelanggaran taktis yang pantas mendapat kartu kuning.
Meski He Ying sudah mendapat kartu kuning, para suporter Borussia Dortmund tetap terus menyambutnya dengan siulan, sama sekali tidak memberi keringanan meski He Ying dan Zhou Yi sama-sama orang China.
“He Ying menjatuhkan Zhou Yi dan mendapat kartu kuning. Ingat lagi di babak pertama Yan Min juga pernah dapat kartu kuning karena melanggar He Ying... Interaksi antar tiga pemain China di pertandingan ini sangat intens…” Meski He Ying dan Yan Min sudah punya satu kartu kuning, He Ping malah terdengar senang membicarakan hal ini.
Ini menandakan pemain China bukan lagi figuran di panggung ini, tapi telah menjadi pemeran utama yang jadi sorotan.
……
Di menit ke-51, Dortmund nyaris memperlebar skor – Saat itu Yan melakukan umpan balik dari kanan area penalti, Zhou Yi yang menyambut langsung menghajar bola tanpa kontrol dari jarak 15 meter ke gawang!
Bola menghantam mistar gawang!
“Wah!!”
Tribun penonton bergemuruh teriakan.
Bola yang mengenai mistar gawang tidak keluar garis lapangan, tapi memantul kembali.
Mendarat di busur kotak penalti luar area, Nuri Şahin yang menguasai bola di sana justru dijatuhkan oleh Lucas. Wasit utama meniup peluit menghentikan pertandingan sekaligus memberi kartu kuning ke Lucas, memberikan tendangan bebas posisi strategis untuk Dortmund.
Sementara Paris Saint-Germain mulai menyusun tembok pemain, televisi memutar ulang tendangan Zhou Yi tadi.
“Breakthrough Yan sangat gemilang, umpan apik, tembakan Zhou Yi juga brilian... Sayangnya bola ditahan tiang gawang…” Marcel Leif sangat menyesalkan, seandainya gol ini masuk, agregat Dortmund sudah bisa menyamakan skor.
Saat tembok pemain sudah terbentuk, Sahin dari Borussia Dortmund yang akan menendang tendangan bebas ini.
Wasit utama meniup peluit, dia mulai lari ancang-ancang sebelum menendang bola.
Bola berhasil melewati tembok pemain dan meluncur ke sudut kanan atas gawang.
Kiper Sirigu jelas terganggu oleh tembok pemain, lompatannya terlambat dan tidak cukup tinggi. Meski lengannya sudah berusaha dijulurkan maksimal, masih jauh dari jangkauan bola.
Bahkan area bingkai gawang pun tidak sepenuhnya tertutup olehnya...
Tapi bola yang terjun bebas itu menghantam bagian atas mistar gawang dan memantul keluar!
"Mistar gawang lagi!!!" teriak Marcel Leif. "Apakah gawang ini benar-benar gawang Westfalenstadion? Sudah dua gol pasti Dortmund yang digagalkannya dalam waktu kurang dari dua menit!"
Saat bola menghantam mistar gawang, dia hampir melontarkan kata-kata kotor - untung saja ini siaran langsung. Kalau menonton secara pribadi, pasti sudah mengumpat.
Dua tembakan dalam dua menit beruntun yang menghantam mistar gawang, mustahil tidak mengeluarkan kata-kata kotor untuk meluapkan emosi.
Westfalenstadion pun bergemuruh dengan teriakan keterkejutan.
Banyak suporter Borussia Dortmund yang sudah mengangkat kedua tangan ingin bersorak saat bola melesat ke gawang, akhirnya hanya bisa menepuk dahi mereka sendiri...
Sahin juga menyangga kepala dengan kedua tangan, tidak percaya bahwa tendangan bebasnya yang begitu bagus telah melewati tembok pemain, mengalahkan kiper, namun akhirnya kalah di mistar gawang kandang sendiri...
Beberapa orang sensitif bahkan sudah mulai berpikir, dua kali berturut-turut menyentuh tiang gawang, apakah ini petunjuk dewa bahwa mereka tidak mungkin memenangkan pertandingan hari ini...
……
Meski gawang mereka mendapat ancaman berturut-turut dalam dua menit, Blanc tidak memilih taktik bertahan. PSG masih mencari serangan, dan dua kali mistar gawang ini memberi mereka kepercayaan diri - membuat mereka merasa keberuntungan ada di pihak mereka.
PSG sangat menyadari keunggulan Dortmund hanya satu gol, skor yang sangat tidak aman. Babak kedua baru saja dimulai, jika sekarang langsung menerapkan pertahanan mengerut dan membiarkan Dortmund mengepung, maka kemungkinan besar akan kebobolan di akhir pertandingan.
Oleh karena itu Blanc memilih timnya untuk tetap menjalankan taktik sebelumnya.
Jika PSG bisa mencetak satu gol lagi, mereka akan menghancurkan mental Dortmund sepenuhnya.
Hingga saat ini, PSG masih mendominasi. Seiring berjalannya waktu, dengan sisa waktu pertandingan Dortmund yang semakin sedikit dan skor tetap tak berubah, Dortmund akan semakin panik.
Saat itulah kesempatan serangan balik PSG akan datang.
Dalam panduan filosofi seperti ini, meskipun Borussia Dortmund baru saja melakukan dua tembakan berturut-turut yang menghantam mistar gawang, Paris Saint-Germain tidak mengkerut bertahan. Mereka tetap mempertahankan ritme permainan sebelumnya melawan Dortmund.
Pada menit ke-55, Matuidi memicu pelanggaran dari Großkreutz yang membuat pemain Jerman itu mendapat kartu kuning.
Wasit utama cukup sering memberikan kartu selama periode ini, seolah merasakan intensitas permainan yang semakin keras seiring waktu pertandingan yang hampir pensiun. Dia berusaha mengendalikan emosi pemain.
Paris Saint-Germain memanfaatkan tendangan bebas ini dengan mengoper bola ke area penalti Dortmund. Bek Dortmund membersihkan bola berkali-kali, akhirnya bola jatuh ke kaki Verratti. Gelandang PSG itu langsung melepaskan tendangan jauh dari luar area penalti, namun tembakannya melambung tinggi.
Tapi satu menit kemudian, PSG kembali mendapatkan tendangan pojok. Verratti yang mengambil tendangan, Cavani menyundul bola di area penalti namun sundulannya melenceng.
"Sundulan Cavani! Meleset! Hampir saja..." Marcel Leif menghela nafas lega.
"...Dari permainan beberapa menit terakhir terlihat jelas Dortmund tidak mendominasi. Setelah penyesuaian di jeda babak pertama, performa PSG cukup baik. Mereka sudah pulih dari kepanikan setelah kebobolan gol..."
"Serangan Paris Saint-Germain terus berlanjut! Di menit ke-61, bek sayap Jallet memberikan umpan, Lucas Moura melepaskan tembakan keras dari jarak 25 meter, namun berhasil dihalau oleh bek tengah Mats Hummels dengan tubuhnya."
"Di menit ke-67, Paris Saint-Germain kembali mendapatkan tendangan bebas di area depan. Verratti yang menjadi eksekutor, tendangan bebas dari sayap kanan melayang ke area tengah, He Ying melompat dan menyundul bola ke gawang... Lagi-lagi melenceng!"
"Bahaya! Bahaya!" He Ping berteriak histeris. "Dalam periode ini serangan PSG terlalu ganas, terus-menerus menciptakan peluang di depan gawang Dortmund. Borussia Dortmund yang bermain di kandang sendiri gagal mengendalikan lawan... Performa Paris Saint-Germain musim ini memang luar biasa, ini tampaknya kesempatan terbaik mereka untuk menembus semifinal Champions Eropa. Pasti mereka tidak mau berhenti di babak Delapan Besar!"
"Di pinggir lapangan, Klopp yang melihat serangan beruntun PSG tampak gelisah. Pelatih itu berteriak-teriak menyuruh Sahin memperbaiki sambungan permainan di lini tengah dan depan."
"Zhou Yi yang bermain sebagai Gelandang Serang di pertandingan ini harus fokus di depan, sehingga tugas mengirim bola dari belakang ke depan kini menjadi tanggung jawab Sahin."
"Jika Sahin gagal mengirim bola ke depan, Dortmund akan terus dikepung oleh permainan Paris Saint-Germain..."
"Seperti situasi terkini ini, kondisi sudah sangat tidak menguntungkan bagi Borussia Dortmund."
Saat Klopp di pinggir lapangan dengan gelisah mengomandoi pertandingan, Blanc berada di sebelahnya, menyimpan kedua tangan di saku, menyaksikan pertandingan. Semuanya terkendali di bawah kendalinya.
Penyesuaian strategi yang dilakukannya selama jeda babak pertama membuahkan hasil.
Ia menengadah melihat layar besar yang menampilkan waktu pertandingan - menit ke-68 dari 90 menit. Sudah mendekati tujuh puluh menit. Waktu yang tersisa untuk Dortmund tidak banyak lagi...
