Saat wasit utama membunyikan peluit tanda berakhirnya 90 menit pertandingan, para pemain Borussia Dortmund yang menunggu di pinggir lapangan langsung menyerbu masuk ke lapangan untuk merayakan kemenangan.
Sementara pemain Paris Saint-Germain menutupi wajah mereka dengan kecewa, ada yang terdiam di tempat, ada juga yang terjatuh duduk di tanah.
He Ying membungkukkan badan, kedua tangannya menopang lutut, terengah-engah dengan napas berat, terlihat kesakitan dan kelelahan.
Dia telah memberikan segalanya dalam dua pertandingan ini, tapi tetap tidak bisa melangkah lebih jauh.
Di saat itu, seseorang menepuk-nepuk punggungnya. Saat menengok ke atas, ternyata itu Zhou Yi.
"Maaf sudah mengakhiri mimpimu," kata Zhou Yi sambil tersenyum. "Sudah kukatakan tidak akan mengulur waktu."
He Ying menghela napas: "Selamat..."
"Sebenarnya bola itu..." Zhou Yi mengusap hidungnya. "Kamu bisa menghentikanku, asal menyapu kakiku."
He Ying menyeringai: "Apa maksudmu? Menyapu kakimu kan tetap akan jadi penalti? Hanya cara lain untuk mencetak gol. Lagipula bagaimana kalau kamu cedera?"
Zhou Yi menyatukan kedua telapak tangan: "Terima kasih Pahlawan telah mengampuni nyawaku!"
He Ying tergelak oleh tingkah Zhou Yi, geleng-geleng kepala sambil tertawa: "Lanjutkan perjalananmu, aku ingat kamu pernah bilang di grup kalau bisa meraih Gelar Ganda?"
Zhou Yi menatap He Ying.
“Kurasa di hatimu pasti tidak ada kata ‘sekali-kali’ itu.” He Ying menepuk bahu Zhou Yi, lalu berbalik pergi.
“Eh, maksudku... bertukar seragam...” Zhou Yi menarik seragamnya sambil berbicara ke punggung He Ying yang menjauh.
He Ying berbalik berkata ke Zhou Yi: “Ada yang lebih menginginkan seragammu daripada aku.”
Dia menunjuk ke belakang Zhou Yi. Zhou Yi menoleh dan baru menyadari Verratti berdiri di belakangnya dengan tubuh atas telanjang, memegang seragam siap untuk ditukar.
“Eh, Zhou Yi, bolehkah kita bertukar seragam...” Verratti terlihat malu-malu.
Zhou Yi segera melepas seragamnya dan menyerahkannya ke Verratti: “Tentu, tidak masalah!”
Keduanya menyelesaikan pertukaran seragam, berjabat tangan, lalu berpisah.
Verratti mengenakan seragam Zhou Yi di tubuhnya, sementara Zhou Yi mengikat seragam Verratti di pinggang lalu melompat-lompat bergabung dengan rekan setimnya merayakan kemenangan.
Saat masuk ke kerumunan, dia melihat Yan Min mengenakan seragam Paris Saint-Germain dengan nomor punggung dan nama Lucas.
“Wah.” Zhou Yi terkejut.
Yan Min menjelaskan: “Dia yang mendatangiku sendiri...”
Zhou Yi mengangguk: “Bagus, sudah ada yang mau bertukar seragam denganmu.”
Yan Min tersenyum kecut, hati berbunga-bunga. Ini semacam pengakuan untuknya.
……
Pertandingan antara Borussia Dortmund dan Paris Saint-Germain akhirnya berakhir. Hasil akhirnya Borussia Dortmund mengeliminasi Paris Saint-Germain dengan skor 3-3 melalui gol tandang, menjadi tim pertama yang lolos ke semifinal.
Mengapa disebut sebagai yang pertama? Bukankah pertandingan Chelsea vs Real Madrid berlangsung bersamaan...
Karena pertandingan Chelsea melawan Real Madrid masih belum selesai.
Para pemain Borussia Dortmund mengakhiri perayaan di lapangan luar dan kembali ke ruang ganti dengan penuh semangat. Zhou Yi langsung mengeluarkan HP begitu duduk, tak sabar mencari informasi skor pertandingan lain di internet.
Ternyata dia menemukan pertandingan tersebut masih berlangsung!
Bukan karena injury time yang terlalu panjang, tapi karena masuk ke perpanjangan waktu!
Perpanjangan waktu selama 30 menit...
Ada apa sebenarnya?
Dia segera memeriksa ringkasan pertandingan sebelumnya.
Pada leg pertama, Real Madrid menang 2-0 atas Chelsea di kandang sendiri.
Semua orang mengira Real Madrid sudah pasti lolos, namun di kandang lawan, tim Mourinho justru membalas dengan skor 2-0 melawan Real Madrid.
Ini benar-benar mengejutkan banyak pihak.
Padahal sebenarnya permainan tidak sepenuhnya dikuasai, Real Madrid punya banyak kesempatan. Mereka hanya perlu mencetak satu gol untuk mengakhiri ketegangan pertandingan ini.
Tapi selama 90 menit pertandingan, Real Madrid gagal mencetak satu gol pun.
Ini terkait taktik pertahanan Chelsea, juga performansi gemilang Sun Pan.
Setelah 90 menit penuh, agregat 2-2. Kedua tim tidak memiliki gol tandang, pertandingan memasuki perpanjangan waktu.
"Aduh, Pan-Pan jago banget ya..." gumam Zhou Yi pelan.
Saat Zhou Yi membuka HP-nya, babak pertama perpanjangan waktu hampir berakhir. Skor tetap 2-0 untuk Chelsea, agregat 2-2 tanpa perubahan.
Zhou Yi bahkan mandi pun tidak sempat. Dia cepat-cepat ganti baju, memasang earphone, lalu langsung menonton siaran langsung pertandingan ini via HP.
Keluar dari ruang ganti, dia tetap fokus menonton sambil memakai earphone, bahkan saat naik bus sekalipun.
Rekan di sebelahnya mendekat penasaran melihat apa yang ditontonnya.
"Pertandingan Chelsea vs Real Madrid? Zhou Yi, ngapain kamu nonton ini?"
"Ah, ada temanku yang main..." jelas Zhou Yi.
"Oooh!" si penanya langsung tersadar - Sun Pan ada di Chelsea.
……
Zhou Yi larut dalam pertandingan ini.
Injury time sudah memasuki babak kedua. Pertandingan pun memasuki tahap memanas.
Strategi Chelsea saat ini sangat khas Mourinho: bertahan dan serangan balik. Bagi Chelsea, mereka jelas menyiapkan dua rencana. Pertama menyelesaikan pertandingan di waktu normal. Kedua jika gagal, adu penalti adalah pilihan terbaik mengingat mereka memiliki kiper dalam kondisi prima.
Sementara di sisi Real Madrid, kondisi fisik Casillas sudah menurun drastis seiring usia...
Pertandingan ini dianggap media sebagai pertandingan balas dendam Mourinho – selama tiga musim di Real Madrid, dia hampir seperti raja di klub tersebut. Namun saat meninggalkan Bernabeu, situasinya sangat kacau. Konfliknya dengan Casillas membuatnya dikucilkan.
Kini bertemu lagi di Champions Eropa, Mourinho pasti ingin mengeliminasi Real Madrid untuk membuktikan bahwa keputusan mereka melepasnya dulu adalah kesalahan besar.
15 menit terakhir pertandingan ini praktis menjadi serangan gencar Real Madrid ke gawang Chelsea.
Chelsea sama sekali tidak bisa melancarkan serangan balik. Setelah menguasai bola, mereka hanya bisa menendang jauh ke depan agar bola menjauh dari gawang sendiri.
Sun Pan dengan gesit menghalau berbagai tendangan, mempertahankan gawang tetap bersih.
Selama periode ini, Sun Pan menjadi pemain Chelsea yang paling sering muncul di layar.
Melihat hal ini, Zhou Yi dalam hati mengolok-olok Sun Pan, "Dia pasti sangat senang sekarang."
Namun selain bercanda, Zhou Yi lebih banyak merasa khawatir terhadap Sun Pan. Ia bahkan ikut tegang menyaksikannya.
Meski sering saling menjatuhkan di grup chat, Zhou Yi jelas ingin melihat Sun Pan lolos ke semifinal Champions Eropa.
……
Sun Pan baru saja menangkis bola dengan satu tangan ke atas mistar gawang. Begitu mendarat, ia langsung bangkit cepat.
Kini ia sudah tidak sempat berlagak keren setelah melakukan penyelamatan.
Dengan lantang ia memberi komando kepada rekan setim untuk bersiap menghadapi tendangan pojok ini.
Modric dari Real Madrid yang akan mengeksekusi tendangan pojok.
Area penalti dipadati oleh pemain kedua tim.
Wasit utama membunyikan peluit, Modric melepaskan tendangan pojok.
Ia mengarahkan bola ke sekitar titik penalti di mana Cristiano Ronaldo berada, namun dua pemain Chelsea ditempel ketat di samping pemain Portugal itu, menyulitkannya bahkan untuk melompat.
Pada saat itu, bek tengah Real Madrid Sergio Ramos meleset seperti panah dari belakang Cristiano Ronaldo, lalu melompat tinggi!
Sama sekali tak ada pertahanan!
Ia menyundul bola hasil tendangan Modric menuju sudut belakang gawang Chelsea!
Meski Sun Pan telah melakukan penyelamatan secepat mungkin, sundulan Ramos terlalu licin - mengarah ke sudut kiri bawah gawang yang merupakan celah!
Sun Pan gagal menyentuh bola, hanya bisa menyaksikan bola melesak ke jala gawang!
“Ramos——！！Ohhhhhh! Sergio Ramos!! Menit ke-111! Ia mencetak gol krusial untuk Real Madrid! Sekarang agregat Real Madrid unggul 3-2 atas Chelsea, ditambah mereka punya keunggulan gol tandang! Kebobolan di menit seperti ini bagai petir di siang bolong bagi Chelsea. Artinya meski menyamakan agregat, mereka tetap akan tereliminasi. Mereka harus mencetak dua gol dalam sisa waktu kurang dari sepuluh menit!”
……
“Sialan!”
Zhou Yi yang memegang HP tak bisa menahan umpatan kotor melihat adegan ini.
Ia sebenarnya ingin menyaksikan performa gemilang Sun Pan di adu penalti, tapi sekarang kemungkinan adegan itu tak akan terwujud...
Siaran TV tak lupa menyorot Sun Pan usai menayangkan perayaan liar Ramos.
Dalam lensa, Sun Pan bangkit dari tanah, mengangkat bola dari dalam gawang, lalu melemparkannya ke lingkaran tengah.
Usai melakukannya, ia berdiri dengan tangan di pinggang, tubuh miring di depan gawang.
Gigit bibir sambil menggeleng halus.
Zhou Yi jarang melihat Sun Pan terlihat begitu lesu. Rupanya kebobolan ini menjadi pukulan berat baginya.
Melihat itu, Zhou Yi pun tak bisa menahan helaan nafas.
