Sebenarnya suporter dan para pemain Bayern München pasti menyadari: hanya tersisa lima menit sebelum pertandingan berakhir. Peluang untuk mencetak satu gol saja dalam lima menit ini sudah sangat kecil, apalagi mencetak dua gol sekaligus. Gawang Borussia Dortmund tidak terbuka lebar menyambut tamu, mana mungkin mudah ditembus?
Bukan tidak ada keajaiban. Musim lalu, dalam pertandingan perebutan gelar liga antara kedua tim, Dortmund justru menciptakan keajaiban di menit-menit akhir.
Tapi saat itu skor imbang - siapa yang mencetak gol akan menang.
Jika saat itu Dortmund juga tertinggal dua gol, mungkin mustahil bagi mereka untuk menciptakan keajaiban.
Seiring detik demi detik waktu pertandingan yang terus berkurang, kesempatan bagi Bayern München benar-benar semakin tipis. Mereka harus mulai memikirkan bagaimana menerima kenyataan bahwa selama dua musim berturut-turut mereka dilampaui oleh Dortmund di akhir musim.
Para pemain pengganti Bayern München masih berdiri di pinggir lapangan, tetapi mereka sudah tidak berteriak lagi. Kedua tangan menangkis dengan tatapan kosong ke lapangan. Di dalam hati mereka paham.
Riuh tribun juga lebih redup dari sebelumnya. Beberapa suporter menutup mulut dengan kedua tangan, tak bisa mengeluarkan suara. Di hati mereka pun mengerti.
Guardiola berdiam tak bergerak di tepi lapangan. Ekspresi wajahnya membeku, seluruh tubuhnya bagaikan patung. Mungkin di hatinya juga tersirat pemahaman...
Di sisi Borussia Dortmund, teriakan "semangat" pun sudah berhenti. Para pemain masih berdiri di pinggir lapangan, namun saling berpelukan dengan wajah penuh sukacita, seolah kemenangan sudah di depan mata.
Tapi Klopp jauh lebih tenang dari mereka. Ekspresi serius masih terpancar sambil tegang mengamati perkembangan situasi pertandingan dari tepi lapangan.
Pertama, pertandingan memang belum berakhir. Masih terlalu dini untuk bersukaria. Kedua, Klopp tidak ingin optimisme yang ditunjukkannya mengganggu konsentrasi pemain di lapangan hingga membuat mereka lengah.
Serangan Bayern München terus berlanjut, namun hanya mengandalkan tendangan jauh dan umpan silang dari sayap. Efisiensi rendah, efektivitas pun tak memuaskan.
Seiring berjalannya waktu, emosi para pemain Bayern München semakin memanas.
Toni Kroos mendapat kartu kuning karena pelanggaran saat melakukan pressing.
Namun Mark juga menerima kartu kuning karena sengaja mengulur waktu pertandingan.
Setelah tendangan bebas Dortmund dieksekusi, alih-alih menyerang ke depan, bola justru diumpan ke kaki Zhou Yi untuk mengontrol ritme permainan.
Saat melihat Zhou Yi menguasai bola, Rafinha langsung mendatanginya dengan garang. Dia menabrak Zhou Yi dari samping hingga keseimbangannya hilang.
Meski sudah kehilangan keseimbangan, Zhou Yi masih berhasil mengait bola ke dekatnya, mencegah Rafinha merebutnya.
Rafinha tidak rela membiarkan Zhou Yi begitu saja. Targetnya kini bahkan bukan lagi merebut bola - dia mengangkat tangan mendorong Zhou Yi yang tidak seimbang hingga terjatuh, sambil mencoba mengambil bola dengan kaki.
Tapi peluit wasit utama Zvieller sudah berbunyi - Rafinha melakukan pelanggaran!
Zhou Yi yang terjatuh langsung bangkit sambil menyodok ke arah Rafinha: "Apa yang kamu lakukan? Ini namanya main bola?!" teriaknya menantang.
Rafinha yang sudah emosi sejak tadi - terbukti dari caranya mendorong Zhou Yi bak pegulat - semakin tersulut.
Melihat Zhou Yi berani menantangnya, amarahnya pun meledak.
Hari ini Zhou Yi benar-benar jadi momok Bayern München: pencetak tiga gol, penyebab cedera Neuer, pengulur waktu dengan aksi lamaran di kandang mereka - dan sekarang berani menantangnya?
Dari tadi dia sudah ingin menghajarnya!
Maka dalam kondisi darah panas memenuhi kepala, Rafinha menjepit leher Zhou Yi dengan tangannya, lalu mendorong Zhou Yi hingga terjatuh ke tanah.
Kali ini Zhou Yi tidak bangun, tetap terbaring sambil memegang lehernya.
Melihat Zhou Yi didorong untuk kedua kalinya oleh orang itu, itupun dengan cara menjepit lehernya, bagaimana mungkin para pemain Borussia Dortmund bisa tahan?
Aubameyang memanfaatkan keunggulan kecepatannya sepenuhnya, langsung berlari mendorong Rafinha dengan tangan terbalik. Sementara itu, Sven Bender yang tangan belakangnya terikat datang dari sisi lain. Melihat Rafinha didorong ke arahnya oleh Aubameyang, ia langsung memiringkan badan dan menghempaskan Rafinha yang mundur itu dengan bahunya.
Andai saja tidak ada Kapten Lahm yang tepat waktu datang di samping Rafinha, bisa jadi dia juga terhempas ke tanah.
Lebih banyak pemain Borussia Dortmund masih berlarian mendekat, ingin mencari masalah dengan Rafinha - Apakah pahlawan dan pemain inti kami boleh kamu ganggu? Dasar nekad!
Untungnya para pemain Bayern München juga berkerumun. Lahm langsung menyodok Rafinha ke belakangnya sambil bekerja sama dengan Schweinsteiger yang chemistry-nya solid, menyisip di antara mereka untuk memisahkan kedua pihak.
Yan Min datang agak terlambat. Dengan geram, ia melompati beberapa orang sambil menunjuk hidung Rafinha dan berteriak dalam Bahasa Jerman: "Brengsek, keluar sana gue ajak berduel satu lawan satu!"
Di pihak Bayern München juga ada pemain yang tidak suka melihat pemain Borussia Dortmund yang jumlahnya lebih banyak mengintimidasi, maju untuk membela Rafinha...
"Terjadi konflik antar pemain kedua tim! Saling dorong-dorongan... Tapi ini dipicu oleh Rafinha, dia benar-benar tidak rasional. Aksi menjatuhkan Zhou Yi itu jelas pelanggaran. Saat Zhou Yi bangun ingin protes, dia malah mencekik leher Zhou Yi lalu mendorongnya ke tanah... Apa yang ada di otaknya?!" Duan Xin, dengan mempertimbangkan banyaknya suporter Bayern München di China, menyampaikan kritiknya dengan cukup halus.
Tapi di dunia maya China, para suporter tidak sehalus itu.
"Rafinha sampah masyarakat!"
"Tak terima kalah langsung dorong orang, kere!"
"Aku punya kata-kata MMP untuk Rafinha!"
"Brengsek! Tidak layak main di lapangan, pergi lo!"
……
Sementara konflik antar pemain berlangsung, waktu terus berjalan. Sudah menit ke-97 pertandingan, tersisa dua menit lagi. Pemain kedua tim masih berkelahi dan belum berpisah.
Dengan begini, sekalipun pertandingan dilanjutkan, waktu yang tersisa untuk Bayern München sangat sedikit... Skor masih tetap sama. Konflik ini praktis mengumumkan kekalahan Bayern München dalam pertandingan ini.
Lihat performa para pemain Bayern München, mungkin mereka sudah tidak terlalu peduli menang atau kalah. Setelah kalah, mereka hanya ingin melampiaskan kekesalan pada pemain Borussia Dortmund. Kalau tidak bisa mengalahkanmu di sepak bola, mereka akan cari cara lain untuk balas dendam.
Kali ini justru Dortmund yang terlihat lebih menahan diri. Selain awalnya terlihat garang mencari masalah dengan Rafinha, mereka cepat tenang. Mayoritas yang melerai ternyata pemain Dortmund.
Mereka menyadari sudah unggul di klasemen liga atas Bayern München. Sekarang yang perlu dilakukan adalah mempertahankan keunggulan itu. Jika terlalu banyak pemain yang absen di pertandingan berikutnya karena dapat kartu dalam konflik ini, bukankah itu memberi kesempatan Bayern untuk balik unggul?
Sementara Bayern München seperti kehabisan akal - "Yang penting sekarang gue bisa meluapkan kekesalan ini, meski tidak bisa menang!"
Berkat upaya tak kenal lelah dari wasit dan pemain kedua tim yang rasional, konflik akhirnya berhasil diredakan.
Wasit utama kemudian memanggil Rafinha dan langsung mengeluarkan kartu merah!
"Wah! Kartu merah! Rafinha diusir keluar lapangan!" ujar Marcel Leif. "Hasil akhir ini tidak mengejutkan, melihat tingkat kekerasan pelanggaran yang dilakukannya tadi. Pemberian kartu merah sangat wajar. Pelanggaran pertama sudah cukup parah, yang kedua bahkan disertai cekikan dan dorongan, semakin memperburuk kesalahannya! Saya rasa bukan hanya pertandingan ini, dia mungkin juga menghadapi sanksi tambahan... Performa Rafinha dalam pertandingan ini tidak bisa dibilang bagus, pelanggaran dan kartu merah di momen genting ini benar-benar menghancurkan harapan Bayern München untuk meraih kemenangan, meskipun harapannya sangat tipis... Dalam arti tertentu, Rafinha hari ini beraksi seperti agen bawah tanah Borussia Dortmund..."
Marcel Leif mengkritik Rafinha tanpa ampun.
Duan Xin juga berpendapat keputusan wasit memberikan kartu merah langsung kepada Rafinha dan mengusirnya untuk menenangkan diri adalah keputusan yang tepat.
Kemudian wasit Zwiner menarik kembali kartu merah dan mengeluarkan kartu kuning, mulai membagikan kartu secara besar-besaran.
Di pihak Dortmund, Aubameyang yang pertama kali mendorong pemain lawan mendapat kartu kuning, diikuti Sven Bender yang menabrak Rafinha juga tak luput dari peringatan kartu kuning.
Lalu di sisi Bayern München, Bastian Schweinsteiger mendapat kartu kuning karena mendorong Mark, sementara Dante yang membela rekan setimnya juga menerima kartu kuning.
“Kedua tim masing-masing mendapat dua kartu kuning, ditambah kartu merah Rafinha, hanya dari satu konflik saja sudah menghasilkan lima kartu, bisa dibilang akhir yang memilukan.”
“Ditambah lagi kartu kuning sebelumnya untuk Martínez, kartu kuning Reus, kartu kuning Großkreutz, kartu kuning Götze, kartu kuning Toni Kroos, dan kartu kuning Markus Wagner. Total dalam pertandingan ini terdapat sepuluh kartu kuning dan satu kartu merah.”
“Tingkat kekerasan pertandingan benar-benar terlihat.”
“Satu-satunya keberuntungan adalah tidak ada pemain Borussia Dortmund maupun Bayern München yang terkena hukuman suspensi kumulatif karena kartu kuning, juga tidak ada pemain yang diusir keluar lapangan karena menerima dua kartu kuning.”
“Ini mungkin satu-satunya keberuntungan di tengah kemalangan ini...”
……
“Setelah konflik ini, meskipun masih tersisa dua menit waktu pertandingan, jelas terlihat kedua tim sudah tidak berniat melanjutkan perlawanan. Bayern München sadar mereka tidak bisa memenangkan pertandingan ini, sementara Borussia Dortmund juga enggan membuang stamina dan energi untuk bermain sabar dengan Bayern München.”
“Jadi meskipun secara logika insiden ini seharusnya menambah waktu tambahan, wasit utama Zwayer hanya menambahkan satu menit secara simbolis. Pada menit ke-100 pertandingan, peluit tanda berakhirnya pertandingan pun dibunyikan.”
“Pertandingan berakhir! Perebutan sengit selama 100 menit akhirnya usai! Bahkan mungkin perebutan gelar liga yang berlangsung selama setengah musim ini juga mencapai klimaksnya!”
Begitu Marcel Leif selesai bicara, di layar kaca langsung muncul situasi terbaru klasemen liga.
Bayern München 81 poin, Borussia Dortmund 82 poin.
Borussia Dortmund berhasil melampaui Bayern München dengan selisih satu poin, muncul di posisi puncak liga!
