Saat wasit utama Zvir membunyikan peluit tanda 90 menit pertandingan selesai, siulan kembali memenuhi Allianz Arena.
Suporter Bayern München menggunakan cara ini untuk mengekspresikan ketidakpuasan dan kemarahan mereka.
Baik itu kemarahan terhadap wasit utama Zvir yang tidak menambah beberapa menit injury time, maupun kekesalan atas kekalahan Bayern München.
Sudah dua musim berturut-turut, selalu di menit-menit akhir Borussia Dortmund yang balik keadaan.
Mana ada suporter Bayern München yang bisa menerima hasil seperti ini?
Musim lalu ketika Bayern München dibalikkan Dortmund, setidaknya itu terjadi di kandang Borussia Dortmund dengan jumlah suporter Bayern yang tak banyak.
Tapi kali ini justru terjadi di kandang sendiri, di depan mata mereka sendiri, tim tamu menang 1-3. Siapa yang bisa menelan pil pahit ini?
Jika akhirnya gelar liga terlepas karena ini, bisa dibayangkan betapa kecewa dan murkanya suporter Bayern München.
Para pemain Bayern München yang KALAH terlihat kepala tertunduk lesu, beberapa di antaranya masih tak rela dan terus berusaha mendatangi wasit utama untuk memprotes serangkaian keputusan wasit yang merugikan Bayern München, menanyakan apa yang sebenarnya dipikirkan sang wasit.
Tapi saat ini, berkutat pada masalah yang sudah berlalu sama sekali tidak ada artinya.
Sementara itu, para pemain Borussia Dortmund justru asyik merayakan kemenangan di kandang musuh bebuyutan.
Siulan penuh kebencian yang memenuhi udara pun tak mampu mengganggu semangat mereka, bahkan perayaan ini seolah ingin pamer kekuatan di depan suporter Bayern München.
Zhou Yi sedang asyik berbagi suka cita kemenangan bersama rekan setimnya, tiba-tiba Götze menghampirinya.
Zhou Yi heran—jangan-jangan Götze mau bertukar seragam dengannya?
Setelah kalah, seharusnya moodnya sedang buruk, mana mungkin dia yang mengajak bertukar seragam?
Ternyata dugaan Zhou Yi benar, Götze sama sekali tidak berminat bertukar seragam. Ia berdiri di depan Zhou Yi dan berkata, "Tahukah kamu mengapa aku pindah ke Bayern München?"
Zhou Yi bingung, tak mengerti maksud pertanyaan Götze. Tapi demi sopan santun, ia tetap menjawab, "Karena sejak kecil kamu memang pendukung Bayern München?"
Dengan wajah datar, Götze membalas, "Bukan. Aku hanya ingin mengalahkanmu di lapangan hijau."
Zhou Yi terkejut, alasan seperti ini baru pertama kali ia dengar.
"Aku akan terus berusaha lebih keras."
Usai berkata demikian, Götze berbalik dan pergi meninggalkan Zhou Yi yang masih terpana dengan ekspresi bingung.
Melihat punggung Götze yang semakin menjauh, Zhou Yi memiringkan kepala sambil termenung.
Tak disangka, dirinya ternyata menjadi "biang keladi" kepindahan Götze dari Borussia Dortmund ke Bayern München.
Padahal seharusnya tidak ada permusuhan antara dia dan Götze... Mereka sudah bersama sejak tim junior, hubungan mereka selalu harmonis. Dulu mereka berdua dan Markus bahkan dijuluki "Tiga Pendekar" tim junior Borussia Dortmund.
Dia tidak ingat bagaimana caranya sampai membuat Götze menganggapnya sebagai musuh.
Hatinya sedikit terluka, niatnya tulus untuk kebaikan teman, tapi ternyata sang teman tak menganggapnya sebagai sahabat...
Begitu memikirkan ini, semangatnya untuk merayakan kemenangan pun tiba-tiba memudar.
……
Tim berhasil mengalahkan Bayern München di kandang lawan dan merebut kursi puncak liga dari tangan mereka. Markus Wagner sangat gembira.
Dia melompat-lompat mendatangi Zhou Yi untuk merayakan, tapi mendapati Zhou Yi tampak bermuram durja. Penasaran, dia bertanya: "Ada apa, Zhou Yi?"
"Götze baru saja menemuiku," kata Zhou Yi.
"Dia? Buat apa? Mau bertukar seragam?" Markus melihat seragam Borussia Dortmund yang dikenakan Zhou Yi, lalu menambahkan, "Kamu tidak setuju?"
"Awalnya kupikir juga begitu, tapi ternyata bukan," jawab Zhou Yi. "Dia tiba-tiba bertanya apakah aku tahu alasan sebenarnya dia pindah ke Bayern München..."
“Bukan karena dia suka Bayern München?” Jawaban Mark sama persis dengan Zhou Yi, ini juga alasan yang paling sering muncul di media.
Zhou Yi menggelengkan kepala: "Tidak. Dia bilang pergi ke Bayern München untuk mengalahkanku."
Mark tertegun mendengar jawaban ini, ini pertama kalinya dia mendengar alasan seperti itu.
"Aku tidak mengerti. Kami bertiga sudah kenal sejak tim muda, hubungan kami selalu baik. Aku selalu menganggapnya teman, kenapa dia memandangku sebagai musuh, ingin sekali mengalahkanku, bahkan sampai rela transfer ke rival bebuyutan kami Bayern München?" Zhou Yi mengungkapkan kebingungannya.
Mark juga mulai merenung.
Reus yang melihat dua rekan setimnya malah berkerumun sambil mengerutkan alis di tengah sorakan perayaan, penasaran mendekat dan menanyakan masalah mereka.
Mark menceritakan perkataan Zhou Yi tadi kepada Reus.
Tak disangka Reus langsung tertawa: "Ini masalah apa sih? Aku justru tidak terkejut."
"Hah?" Zhou Yi dan Mark sama-sama terkejut.
"Kenapa ingin mengalahkanmu, Zhou Yi? Sebenarnya sederhana. Götze tidak menganggapmu musuh, dia menganggapmu lawan."
"Lawan?"
Zhou Yi mengulangi kata itu, merenungkan perbedaan makna di antara dua istilah tersebut.
Jelas, "musuh bebuyutan" dan "lawan" adalah hal yang berbeda.
“Pengalaman kalian menjadi rekan setim Götze di tim muda tidak lama.” Reus menjelaskan. “Saya sudah berlatih bersamanya sejak tim remaja. Saya sangat paham sifat aslinya. Mario ini, sekilas tidak terlihat, sebenarnya sangat kompetitif. Sejak tim remaja, dia terus bersaing dengan saya. Semua orang bilang dia punya bakat luar biasa, jadi dia menuntut diri sendiri setinggi standar genius super. Dalam segala hal dia ingin jadi yang terdepan, nomor satu, selalu menjadi pemenang.”
Zhou Yi dan Mark terpana, tidak menyangka ada kisah seperti itu di balik Götze.
“Kemudian masa depan saya tidak dilihat menjanjikan oleh klub, saya memilih bermain untuk Rot-Weiss Essen. Sedangkan Mario dianggap sebagai aset utama klub, dijuluki sebagai pemain inti Borussia Dortmund untuk dekade berikutnya. Dalam persaingan dengan saya, dialah yang akhirnya menang.” Reus melanjutkan. Saat menceritakan masa lalu ini, tidak terlihat dendam atau kekecewaan dalam emosinya. Mungkin dulu saat meninggalkan Dortmund, rasa tidak puas itu masih ada. Tapi setelah bertahun-tahun berjuang, semuanya sudah terkikis...
“Kalau bukan karena kamu, dia benar-benar bisa menjadi pemain inti Dortmund untuk sepuluh tahun ke depan.” Reus menunjuk Zhou Yi sambil tertawa.
Zhou Yi tertegun sejenak.
Mark menatap Zhou Yi, wajahnya juga menunjukkan ekspresi tersadar: "Benar, Zhou Yi, kamu dan Götze dipromosikan ke tim utama bersama. Tapi kamu lebih dulu mencetak gol di tim utama dan langsung menjadi inti gelandang setara Sahin, sementara saat itu Götze masih hanya pemain rotasi…"
"Zhou Yi kamu terlalu hebat, langsung merebut posisi pilar utama begitu bergabung. Setelah Sahin pergi, langsung berubah menjadi satu-satunya pemain inti tim. Meski Mario (Götze) secara lahiriah tidak berkata apa-apa, sebenarnya dia selalu bersaing dan berkompetisi denganmu. Sayangnya dia tak pernah menang melawanmu, dan jujur saja menurutku kemampuanmu memang lebih unggul darinya, wajar kalau dia kalah bersaing." Kata Reus secara objektif.
Zhou Yi menggaruk kepala karena dipuji.
"Terus-menerus terjepit olehmu di tim, pelatih sangat mempercayaimu. Mungkin Mario merasa tidak ada harapan untuk berkembang. Selama berada dalam satu tim denganmu, dia tak akan pernah benar-benar bisa mengalahkanmu. Dalam situasi seperti ini, ketika Bayern München menawarkan kesempatan pada Mario, pilihannya untuk bergabung menjadi sesuatu yang wajar, bukan?" Analisis Reus.
Mendengar penjelasan ini, semua orang menjadi paham.
Zhou Yi menghela napas: "Aku tidak membunuh Boren, tapi Boren mati karena aku."
"Apa maksudnya?" Reus dan Mark yang orang Jerman itu tidak mengerti perkataan Zhou Yi.
Zhou Yi pun menjelaskan dengan cara lain: "Sungguh tak kusangka, aku sama sekali tidak punya niat seperti itu, tapi Götze malah pergi karena aku, bahkan sampai menyangkutkan berita besar musim lalu…"
Reus menepuk-nepuk bahu Zhou Yi: "Lihatlah sisi positifnya. Seorang genius tidak perlu peduli pada pandangan orang biasa, itu bukan tanggung jawabmu. Tentu saja, kamu dan Mario sama-sama genius, tapi tetap ada perbedaan level antar genius... Lihat, aku tidak akan bersaing denganmu, buat apa bersaing dengan 'Penyihir' yang bisa melakukan ritual sihir! Kecuali otaknya bermasalah, hahaha!"
……
Percakapan antara Zhou Yi dan Götze tentu tertangkap oleh lensa kamera, tapi para komentator tidak tahu isi dialog mereka. Beginilah interpretasi mereka: "Götze menemui Zhou Yi setelah pertandingan, mereka berdua adalah pemain dengan performansi terbaik di tim masing-masing... Meskipun bertarung sengit di lapangan, setelah pertandingan berakhir mereka tetap berteman baik. Inilah pesona sepak bola..."
Sebenarnya sama sekali bukan seperti itu!
Jika orang-orang tahu konten sebenarnya dari percakapan Götze dan Zhou Yi, pasti akan menjadi berita besar lagi...
《SENSASI! Götze dan Zhou Yi Benci Karena Cinta!》
《Alasan Götze Tinggalkan Klub? Persaingan Genius Tak Ada Artinya!》
