Borussia Dortmund seenaknya mengoper bola di area pertahanan untuk mengulur waktu, namun tetap mendapat sorakan dari tribun. Suporter Dortmund bahkan kompak menghitung berapa kali operan beruntun yang dilakukan tim mereka...
Ini cuma bisa terjadi di Westfalenstadion. Kalau di Calderón, mungkin siulan cercaan sudah memekakkan telinga sejak tadi.
Simeone di pinggir lapangan bermuka masam.
Dia sama sekali tidak menyangka Dortmund bisa tak tahu malu sampai segitunya.
Awalnya dia memerintahkan timnya bertahan rapat untuk memotong ruang gerak serangan cepat Dortmund.
Tapi malah Dortmund meninggalkan skema serangan cepat itu dan memilih mengolah bola di belakang.
Pemain Atletico tidak maju pressing, pemain Dortmund pun ogah mengirim bola ke depan.
Ditambah ini kandang Dortmund, atmosfer lapangan sepenuhnya mendukung. Pemain Dortmund mengoper bola tanpa beban mental.
Tapi waktu terus berlalu detik demi detik.
Tidak mungkin membiarkan situasi ini terus berlanjut.
Simeone sekarang merasa jika tidak melakukan perubahan, Borussia Dortmund benar-benar bisa terus mengoper bola bolak-balik di lini belakang...
Memikirkan ini, Simeone terpaksa melakukan penyesuaian.
Dia memerintahkan lini depan dan gelandang ofensif untuk maju melakukan pressing, namun garis bek tetap dipertahankan.
Tentu ini akan menyebabkan terputusnya hubungan antara lini depan dan belakang, tapi setidaknya bisa memecahkan kebuntuan saat ini. Selaga pertahanan mereka tetap solid, konsekuensi dari terputusnya lini tidak akan terlalu parah...
……
Penyesuaian Simeone segera terefleksikan di lapangan. Diego Costa tidak perlu lagi mundur, melainkan diizinkan untuk maju pressing dan melakukan tackle.
Costa sudah lama menahan amarah. Kini seperti harimau turun gunung, menerjang lini pertahanan Dortmund.
Pemain Atletico Madrid lainnya juga cepat mengikuti.
Saat mereka maju pressing, formasi meregang dan meninggalkan ruang kosong di belakang.
Dortmund sebenarnya tidak benar-benar ingin mengulur waktu, melainkan memancing pemain Atletico Madrid maju agar muncul ruang yang bisa dieksploitasi.
Setelah pemain Atletico Madrid maju, Dortmund tidak lagi asyik mengoper di lini belakang, melainkan langsung mengirim umpan-umpan tajam ke depan.
Pertandingan akhirnya bisa berjalan dengan wajar...
Menit ke-55, Yan Min mengirim umpan silang ke area penalti. Courtois keluar namun gagal membersihkan bola. Bola jatuh di tepi area penalti besar, Reus menyambut dengan tembakan keras.
Untungnya, reaksi kedua Courtois sangat cepat, ditambah tendangan Reus yang agak lurus, bola akhirnya mendarat di pelukan Courtois.
Menit ke-59, Aubameyang berhasil membuka sudut setelah melewati pemain di area penalti, lalu melepaskan tembakan keras dengan kaki kanan. Namun bola kembali dihalau Courtois.
Dalam proses ini, Atletico Madrid juga sempat mengorganisir beberapa serangan balik.
Menit ke-61, Yan Min kehilangan bola saat membawa bola, Atletico Madrid langsung melancarkan serangan balik. Mereka berhasil membawa bola hingga ke luar area penalti Dortmund, diakhiri dengan tendangan jauh Koke yang kurang bertenaga. Bola dengan mudah ditangkap Weidenfeller.
“...Tembakan Koke ini merupakan tembakan pertama Atletico Madrid yang masuk dalam bingkai gawang sepanjang pertandingan! Sungguh luar biasa!” komentar Marcel Leif. “Butuh satu jam pertandingan baru ada satu tembakan yang mengarah ke gawang... Hingga saat ini, Atletico Madrid benar-benar terjepit oleh penekanan penuh Borussia Dortmund.”
……
Diego Simeone sempat mengatakan di jeda babak pertama bahwa Atletico Madrid harus sabar menunggu stamina Dortmund terkuras.
Tapi perkiraannya keliru. Yang sebenarnya membutuhkan kesabaran bukan Atletico Madrid, melainkan Borussia Dortmund. Waktu tidak berpihak pada Atletico Madrid.
Perlu diingat, dengan skor saat ini, Dortmund pasti bisa menerima hasil imbang jika pertandingan langsung berakhir. Tapi tidak bagi Atletico Madrid.
Mereka wajib mencetak gol.
Waktu terus berlahan berlalu, waktu yang tersisa untuk mencetak gol semakin sedikit.
Saat ini sudah menit ke-61, Atletico Madrid masih memiliki tiga puluh menit untuk mencetak minimal satu gol.
Namun melihat situasi pertandingan saat ini, tak ada yang percaya Atletico Madrid bisa mencetak gol. Enam puluh menit sejak kick-off, total hanya empat tembakan, dan hanya satu yang masuk dalam bingkai gawang...
Dengan data dan performa seperti ini, bagaimana mungkin mereka bisa mencetak gol dalam tiga puluh menit terakhir?
Perlu diketahui bahwa seiring berjalannya waktu, inisiatif pertandingan akan secara bertahap beralih ke Borussia Dortmund yang unggul tiga gol.
Borussia Dortmund jelas bisa lebih sabar dibandingkan Atletico Madrid.
Untuk mencetak gol, perubahan taktis harus dilakukan, setidaknya mengatasi masalah keterputusan antara lini depan dan belakang.
Saat bertahan, mungkin dampaknya tidak terlalu terasa, namun hal ini sangat mempengaruhi serangan - saat menyerang maju, tidak ada dukungan dari rekan setim di belakang, membuat serangan Atletico Madrid kehilangan keyakinan dasar dan stratifikasi, sehingga mudah dihentikan oleh Borussia Dortmund.
Diego Simeone tentu paham, untuk membuat serangan lebih mengancam, harus mengerahkan lebih banyak pasukan, minimal kedua bek sayap harus maju terlibat dalam serangan.
Namun konsekuensinya, akan ada lebih banyak ruang di belakang lini pertahanan, dia khawatir Borussia Dortmund kembali melancarkan serangan kilat.
Tapi dia tak punya pilihan lain, harus melakukan ini. Karena membawa skor 0-3 kembali ke kandang sendiri, praktis tak berbeda dengan tersingkir lebih awal...
"Diego Simeone juga merupakan pelatih yang berjiwa tempur, dia memutuskan untuk berjuang mati-matian melawan Borussia Dortmund dalam 30 menit terakhir!"
Maka dengan gerakan tangan, dia memerintahkan Atletico Madrid untuk mengambil inisiatif menyerang.
……
Menghadapi penyesuaian dari Atletico Madrid, Borussia Dortmund di lapangan juga melakukan penyesuaian menyasar - mereka kembali mengaplikasikan variasi permainan operan dan pergerakan cepat!
"Oh! Astaga! Borussia Dortmund kembali mengeluarkan semua kemampuannya! Bermain seperti ini sangat menguras stamina! Aku benar-benar meragukan apakah para pemain Dortmund ini robot bisu, bagaimana bisa tetap bermain seperti ini?!" Komentator Spanyol berteriak kaget.
Kedua tim terus menyerang, namun jelas serangan Borussia Dortmund lebih mengancam. Mereka tidak hanya berhasil menekan serangan Atletico Madrid, tapi juga terus mengancam gawang yang dijaga Courtois.
Menit ke-65, Zhou Yi mengirimkan umpan indah dengan tumit dari luar area penalti, Aubameyang yang berada di dalam area penalti langsung berbalik dan menembak!
Bola berhasil melewati jari-jari Courtois, namun sedikit melenceng dari tiang gawang jauh...
Dua menit kemudian, Reus yang menyusup dari sayap ke dalam tiba-tiba memberikan umpan terobosan, tembakan Mark di area penalti berhasil disambar keluar oleh Courtois.
"Borussia Dortmund mendapatkan peluang tembakan emas secara berturut-turut dalam waktu singkat, dan semuanya mengancam gawang Atletico Madrid!"
Menghadapi serangan agresif Borussia Dortmund ini, Atletico Madrid hanya bisa menggunakan taktik pelanggaran untuk menghentikan mereka.
Pada menit ke-69, gelandang Brasil Atletico Madrid Diego dalam duel udara dengan Sven Bender, sikunya mengenai sisi kanan wajah pemain terakhir. Sven Bender memegang wajahnya dan terjatuh di lapangan.
Namun wasit utama hanya menunjukkan kartu kuning kepada Diego alih-alih kartu merah yang seharusnya mengusirnya keluar lapangan. Hal ini memicu ketidakpuasan suporter dan para pemain Borussia Dortmund beserta pelatih.
Westfalenstadion seketika bergemuruh siulan dari tribun. Asisten pelatih Zeljko Buvac berdiri dan berteriak protes ke lapangan - Klopp belajar lebih bijak, membiarkan asistennya melakukan hal berisiko hukuman seperti ini. Dengan cara ini, bahkan jika wasit utama memberlakukan sanksi keras untuk menjaga wibawanya, yang diusir ke tribun hanyalah asisten pelatih, bukan dirinya sendiri, sehingga gangguan terhadap tim jauh lebih minimal.
Buvac juga dengan senang hati menjadi "kambing hitam" Klopp. Segala sesuatu demi kepentingan tertinggi tim - apa masalahnya jika dirinya sendiri harus ke tribun?
Di lapangan, para pemain Borussia Dortmund mengerumuni wasit utama Eriksson, menyatakan ketidakadilan bahwa hukuman kartu kuning terlalu ringan dan seharusnya diganti kartu merah.
Jika bisa mengusir Diego keluar lapangan dengan kartu merah, maka lini tengah Atletico Madrid akan kehilangan kemampuan mengatur serangan. Atletico Madrid praktis tidak punya kesempatan untuk melakukan serangan balik, dan pertandingan ini bisa dianggap sudah dimenangkan. Sekaligus di leg berikutnya, Diego pasti tidak bisa tampil, yang akan menyebabkan kerugian besar bagi kemampuan tim Atletico Madrid. Nanti saat Borussia Dortmund bertandang ke kandang lawan, mereka bisa lebih santai...
Borussia Dortmund memiliki rencana seperti ini.
Namun wasit utama Ericsson punya alasan tidak memberikan kartu merah - setelah melompat, tangan Diego secara alami terbentang dan mengenai wajah Sven Bender. Gerakan ini sendiri tidak disengaja, Diego tidak punya niat untuk menyikut dengan siku. Jadi pemberian kartu kuning sebagai peringatan sudah maksimal. Kalau menghadapi wasit dengan kriteria keputusan lebih longgar, mungkin bahkan kartu kuning tidak diberikan, apalagi kartu merah.
Keputusan ini tetap mengganggu suasana hati para pemain Borussia Dortmund.
Sven Bender kemudian melakukan pelanggaran balas dendam lagi terhadap Diego, menyebabkan dirinya juga mendapat kartu kuning. Kartu kuning ini akan membuatnya absen di leg kedua melawan Atletico Madrid...
“Pelanggaran Sven Bender ini tidak perlu, sepenuhnya balas dendam... Kartu kuning sama sekali tidak kontroversial. Dengan ini, dia akan absen di leg kedua melawan Atletico Madrid. Sebagai kekuatan pertahanan utama, bahkan satu-satunya di lini tengah Borussia Dortmund, ketidakhadirannya akan sangat mengganggu performa Dortmund...” komentator Marcel Leif menghela nafas.
Klopp di pinggir lapangan juga tidak puas dengan pelanggaran Sven Bender ini. Dia berdiri dan berteriak ke arah lapangan.
Tentu saja bukan memarahi wasit utama - kalau itu harusnya Zeljko Buvac yang maju - dia sedang mencaci Sven Bender karena pelanggaran balas dendam yang sangat bodoh ini.
Seharusnya ini menjadi kemenangan telak tanpa cacat, tapi karena kartu kuning ini, kemenangan Dortmund tiba-tiba dibayangi...
