Saat Atletico Madrid mencetak gol hanya empat menit setelah kick-off, banyak suporter Atletico Madrid mulai membayangkan drama balik keadaan akan tercipta di Stadion Calderón.
Perkembangan pertandingan berikutnya membuktikan hal tersebut.
Atletico Madrid mencetak gol lagi, mengubah agregat menjadi 2:3, hanya selisih satu gol.
Atletico Madrid akan menciptakan sejarah dengan membalikkan keadaan melawan Borussia Dortmund dalam kondisi berjuang di ujung tanduk di kandang sendiri.
Tapi tepat di momen ini, Zhou Yi muncul sebagai pahlawan, menggagalkan rencana Atletico Madrid dan menuangkan seember air dingin bagi seluruh suporter mereka.
Stadion Calderón yang sebelumnya berapi-api tiba-tiba mendingin, diselimuti kabut putih.
Klopp melompat gembira di pinggir lapangan, mengacungkan kepalan tangan sambil berteriak, lalu memeluk setiap orang di sekitarnya dengan semangat seolah pertandingan telah berakhir dengan skor ini.
Kontras sekali dengan pelatih Atletico Madrid Diego Simeone yang berdiri muram.
Saat Borussia Dortmund melancarkan serangan, Diego Simeone sedang memegang botol air dan bersiap minum. Namun melihat serangan Dortmund, dia hanya menggenggam botol itu tanpa menuangkan air ke mulutnya. Untung dia melakukan itu, kalau tidak mungkin sekarang dia tersedak...
Meski begitu, situasi Simeone tetap tidak membaik - Saat kebobolan gol, dengan murka dia melempar botol air ke lantai keras-keras. Akibat tekanan, air menyembur keluar dari mulut botol. Simeone tidak sempat menghindar dan terkena semprotan air di wajahnya...
Sebagian air juga terciprat ke mata Simeone, membuatnya kerepotan.
……
"Babak pertama hampir berakhir, di menit terakhir... Kebobolan gol. Keberuntungan Atletico Madrid ini..." Komentator Spanyol menghela napas pasrah.
Tentu saja dia berharap Atletico Madrid bisa mengeliminasi Borussia Dortmund dan lolos ke Final Liga Champions, mewujudkan 'Derby Madrid' di panggung final - sebuah kebanggaan bagi sepak bola Spanyol dan kota Madrid.
Saat Atletico berhasil mencetak dua gol beruntun, dia yakin target itu bisa tercapai.
Tapi sekarang, target itu semakin menjauh darinya...
Tak lama kemudian, wasit utama membunyikan peluit tanda berakhirnya babak pertama.
Siaran TV menangkap ekspresi wajah para pemain kedua tim saat meninggalkan lapangan.
Para pemain Borussia Dortmund belum keluar dari euforia mencetak gol, wajah mereka masih tersenyum, berbincang sambil turun dari lapangan.
Sementara pemain Atletico Madrid yang sebelumnya tampil penuh kepercayaan diri, seolah tak ada yang bisa menghentikan mereka, kini terpukul oleh gol Zhou Yi. Mereka semua menundukkan kepala, bergegas menuju koridor, tak ingin berlama-lama di lapangan.
Diego Simeone bahkan sudah lebih dulu berbalik masuk ke lorong pemain, seolah tak mau bertahan satu detik pun lebih lama.
"Gol Zhou Yi mengubah alur pertandingan penuh. Rencana matang Simeoni mungkin harus dirombak ulang..." komentar He Ping. "Agregat menjadi 4-2, ditambah Borussia Dortmund memiliki keunggulan gol tandang. Yang terpenting, gol ini memberikan pukulan berat bagi moral pemain Atletico Madrid. Bagaimana Simeone akan merespons?"
……
Di ruang ganti Atletico Madrid, Simeone sedang berusaha membangkitkan semangat para pemainnya - ini adalah prioritas utama.
"Ya, kita kebobolan. Ini buruk, tapi belum mematikan. Kita masih punya 45 menit penuh untuk mengubah hasil. Jika kita bisa mencetak dua gol di awal, mengapa tidak bisa mencetak lebih banyak lagi?" Simeone menatap mata setiap pemain, menanamkan keberanian dan kepercayaan diri.
“Sebelum pertandingan, semua orang mengira kita sudah pasti tersingkir, tidak punya kesempatan sama sekali. Tapi kita jawab mereka dengan dua gol di menit pembukaan! Kebobolan ini hanya akan membuat keajaiban yang kita ciptakan semakin bergemilang! Aku percaya pada kalian, tidak ada kesulitan yang bisa menjatuhkan kalian! Karena kalian adalah prajurit gagah berani! Dan prajurit akan bertarung sampai detik terakhir!”
Api semangat para pemain Atletico Madrid secara bertahap dinyalakan oleh pelatih kepala yang sangat karismatik ini...
Sementara itu, di ruang ganti Borussia Dortmund, Klopp mengkritik performa para pemain di babak pertama. Ya, tidak salah dengar. Meski Dortmund baru saja mengurangi ketertinggalan, pelatih tetap mengecam penampilan tim.
“...Kita tidak perlu bahas gol terakhir itu. Performa kalian di babak pertama benar-benar seperti sampah. Diserang Atletico Madrid, kalian langsung jadi cengeng, hanya bisa menutup mata dan berteriak. Dua kebobolan itu bagaimana? Apa ini bukti jurang kemampuan kita dengan Atletico Madrid? Meski ini kandang mereka, tidak mungkin situasi memalukan seperti ini terjadi! Sudah kuingatkan sebelumnya, aku khusus menghabiskan waktu lama menjelaskan karakter lawan yang akan kalian hadapi. Tapi hasilnya?!”
Klopp membuka tangannya, memiringkan kepala sambil menatap para pemainnya.
“Di babak kedua aku tidak mau lagi melihat kalian panik seperti itu! Tingkatkan kewaspadaan! Masih ada 45 menit, segala kemungkinan bisa terjadi. Tapi aku tidak ingin kalian mencoba-coba kemungkinan lain!”
Setelah selesai memberikan pelajaran ke seluruh tim, Klopp menatap Yan Min dan berkata dengan nada yang terlihat santai, "Kerja bagus."
Meski nada bicaranya sangat casual, ekspresi Yan Min tetap menunjukkan kegembiraan.
Mendapat pujian dan pengakuan dari pelatih kepala merupakan salah satu motivasi utama setiap pemain.
Tapi Klopp segera menambahkan, "Yang kumaksud bukan assist itu."
Hal ini membuat Yan Min bingung, wajahnya menunjukkan ekspresi kebingungan.
Tapi dia tidak berani bertanya. Baru saja dimarahi pelatih, dia takut melakukan kesalahan lagi.
Dia hanya bisa mengerutkan alis, berpikir keras tentang maksud pelatih.
Assist-nya ke Zhou Yi setelah menembus pertahanan lawan di babak pertama adalah aksinya yang tercantik. Jadi wajar jika dia mengira Klopp memuji performa assist itu.
Tapi sekarang pelatih mengatakan bukan itu, lalu apa?
Baru saat jeda babak pertama berakhir dan para pemain kembali ke lapangan, teka-teki di hati Yan Min terjawab.
Zhou Yi memperhatikan Yan Min yang terus mengerutkan alis, yakin dia masih dilema dengan masalah itu. Dia pun mendekati Yan Min, "Bingung kenapa pelatih berkata begitu?"
Yan Min mengangguk, lalu mencurahkan semua kebingungannya.
"...Menurutku assist ke kamu setelah menembus itu yang paling bagus. Pelatih bilang kerja bagus tapi bukan itu maksudnya. Lalu apalagi? Usaha sebelumnya semua gagal..."
“Klopp yang dimaksud itu performansi kamu sebelumnya.”
“Hah?” Yan Min benar-benar tak mengerti. Performansi gemilang tidak dipuji, malah yang gagal yang dipuji, apa maksudnya ini?
“Saat kita terus ditekan, usahamu yang tak kenal menyerahlah yang membuka ruang gerak. Tanpa percobaan gagalmu, kenapa Atletico Madrid memilih bertahan di akhir pertandingan? Kalau mereka tidak bertahan, bagaimana mungkin ada gol saya di kemudian hari?” Zhou Yi menepuk-nepuk bahu Yan Min. “Jadi Klopp sedang memuji keberanian dan ketangguhanmu.”
Mendengar penjelasan Zhou Yi, Yan Min memiringkan kepala sejenak sebelum akhirnya tersadar.
“Jadi permainanku ini tidak termasuk menyia-nyiakan kesempatan?”
“Tentu saja termasuk!” kata Zhou Yi. “Tapi tak ada yang bisa memanfaatkan setiap peluang. Dari sepuluh kesempatan, satu yang terkonversi sudah bagus. Yang penting bukan hasil gagal, juga bukan tidak melakukan kesalahan, tapi belajar dari kesalahan untuk menemukan jalan sukses — kedengarannya klise, ya?” Zhou Yi melemparkan pertanyaan balik.
Yan Min mengangguk reflektif, tapi segera menggelengkan kepala: “Enggak, menurutku kamu benar, Zhou Yi.”
“Memang begitu adanya.” Zhou Yi menerima pujian itu dengan lapang. “Yang takut salah akan stagnan, dan stagnasi berarti takkan mencapai garis finish. Di babak kedua mainlah seperti babak pertama. Saat menguasai bola, begitu ada celah, seranglah. Jangan takut salah.”
Yan Min mengangguk keras: "Aku dengar kata-katamu!"
Zhou Yi tersenyum sambil menepuk bahunya: "Di lapangan nanti tidak perlu dengar kata-kataku, dengarkan dirimu sendiri."
Yan Min mengangguk lalu bertanya: "Apa Atletico Madrid akan melakukan serangan balik?"
"Omongan kosong." Zhou Yi melototin. "Apakah Diego Simeone tipe pelatih yang mudah menyerah? Jadi di babak kedua mereka pasti akan menyerang habis-habisan, pertahanan mereka pasti banyak meninggalkan ruang kosong. Itulah kesempatanmu."
Mata Yan Min berbinar mendengar penjelasan Zhou Yi, seolah sudah membayangkan dirinya meliuk-liuk di area pertahanan Atletico Madrid nanti...
