Setelah pertandingan, Zhou Yi yang mencetak satu-satunya gol krusial untuk Borussia Dortmund otomatis menjadi buruan media.
Usai merayakan kemenangan, dia langsung ditarik para wartawan ke area campuran untuk diwawancarai.
Wartawan dari China dan Jerman awalnya mengucapkan selamat atas keberhasilan Zhou Yi membawa timnya lolos ke final Liga Champions dua kali berturut-turut, lalu menanyakan harapannya untuk partai puncak.
Di depan media, Zhou Yi tetap rendah hati seperti biasa: "Dua tim yang lolos ke final pasti sama-sama ingin jadi juara, tapi gelar hanya satu. Saya berharap kami bisa mempertahankan gelar, meski tahu itu sulit. Jika ditanya harapan untuk final, jawabannya tentu juara. Tapi itu bukan jaminan..."
Omongan berputar-putar tanpa ujung pangkal.
Tapi para wartawan paham, pernyataannya di depan kamera seringkali tak mencerminkan maksud sebenarnya.
Zhou Yi adalah tipe "orang yang tangguh tapi sedikit bicara".
Jarang sekali dia mengeluarkan ancaman. Makanya saat musim ini dia tiba-tiba berkoar tinggi akan merebut gelar liga di tengah persaingan sengit dengan Bayern München, banyak yang terkejut karena ini bukan kebiasaannya.
Menghadapi media, dia selalu bersikap diplomatis dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan menjebak.
"Tapi sikap rendah hati dan tenang di mulut tidak berarti dia adalah orang yang tidak punya temperamen."
Di luar lensa kamera, di lapangan dan area latihan, semua orang tahu Zhou Yi adalah figur yang tangguh. Bagaimana mungkin dia bisa mencetak gol penutub berkali-kali melawan rival bebuyutan Bayern München?"
Ketangguhan Zhou Yi bisa dilihat dari gelar-gelar yang dia bantu Borussia Dortmund raih.
Melihat sulitnya menggali "berita besar" dari mulut Zhou Yi, para wartawan beralih ke pertanyaan tentang golnya.
"Gol itu? Pahlawan utamanya tentu Yan Min. Kalau bukan karena breakthrough-nya yang cantik di sayap, mana mungkin ada tembakan saya setelah itu?"
Zhou Yi merendah, "Umpan Yan Min terlalu nyaman, saya tinggal menembak saja."
Wartawan juga mewawancarai Yan Min yang performansi-nya sangat bagus, terutama saat menembus lini pertahanan Atletico Madrid sendirian di sayap - momen puncak permainannya.
Berbeda dengan Zhou Yi, Yan Min kurang hati-hati dalam berbicara.
Dia langsung mengungkap ambisinya: "Saya ingin juara Champions Eropa. Jika bisa meraihnya, saya akan mati bahagia! Untuk itu saya akan memberikan segalanya!"
Pemain muda yang pertama kali bermain di Liga Champions ini membayangkan Final Liga Champions dengan penuh harapan.
……
Meski juga bersemangat, Klopp tetap menjaga ketenangannya saat konferensi pers.
“Juara bertahan? Kami tidak memikirkan itu, kami hanya fokus pada liga berikutnya. Masih ada dua pertandingan liga, dan kami hanya unggul satu poin dari Bayern München...”
Dia kemudian memuji gol Zhou Yi: “Gol itu sangat krusial. Berkat gol itu kami menjadi tenang, kemudian semuanya berjalan dengan wajar...”
Diego Simeone dalam konferensi pers setelah pertandingan juga mengakui gol Zhou Yi langsung membuat Atletico Madrid kesulitan: “Sebelum kebobolan itu, performa kami normal, benar-benar mendominasi. Jika melihat performa selama periode itu, seharusnya kamilah yang lolos ke final. Tapi sepak bola memang tidak bisa diprediksi. Gol itu membuat situasi kami sulit, ruang manuver taktik hampir hilang...”
Simeone terlihat agak lesu setelah kalah di semifinal.
Setelah pertandingan, berbagai media meliput secara luas keberhasilan Borussia Dortmund lolos ke final Liga Champions. Zhou Yi yang mencetak satu-satunya gol krusial dalam pertandingan ini tentu menjadi pusat perhatian utama.
Pujian berlebihan untuk Zhou Yi kini sudah biasa bagi suporter China. Sebagian bahkan berolok: “Masih mikirin cara memuji Zhou Yi? Udah, langsung aja!”
Tentu, perhatian terhadap Zhou Yi memang wajar, dan para suporter sudah menganggapnya hal biasa.
Tapi performa Yan Min dalam pertandingan ini juga luar biasa. Jika ingin ketat, seperti kata Zhou Yi, pahlawan terbesar gol itu sebenarnya bukan Zhou Yi yang mencetak gol, melainkan Yan Min.
Setelah pertandingan, dunia maya dipenuhi GIF dan cuplikan video dari duel satu lawan dua Yan Min dari berbagai sudut, memungkinkan orang untuk menikmati "tarian" lincahnya berulang kali.
Pertama dengan Cruyff turn untuk menyesuaikan arah, memposisikan diri berhadapan langsung dengan bek, memudahkan langkah berikutnya. Lalu menarik bola kembali sebelum Filipe bisa bereaksi, kecepatan kaki yang membuat Filipe tak bisa mengimbangi.
Bisa dikatakan, para suporter China mulai terbiasa dengan "Lima Naga Kecil", tak lagi mudah terkejut. Namun Yan Min menjadi penemuan terbesar mereka musim ini.
Pemuda yang tak menonjol saat bermain di sepak bola domestik China ini, dalam waktu kurang dari satu musim di Borussia Dortmund, tak hanya meraih posisi utama tapi juga terus menunjukkan performa gemilang.
Ini memaksa kita bertanya: Apakah kita memang tak punya bakat potensial, atau tanah subur untuk mengembangkannya?
Ingatlah, sebelum Zhou Yi, sepak bola China pernah punya pemain muda berbakat seperti Generasi Platinum Super atau pemain Piala Dunia U-20 2005. Andai mereka bisa ke Eropa setelah menunjukkan bakat, akankah nasib mereka dan sepak bola China berbeda?
……
Borussia Dortmund mengeliminasi Atletico Madrid di kandang lawan, melaju ke Final Liga Champions.
Kabar ini pasti sulit diterima para suporter Bayern München.
Mereka tersingkir di liga oleh Borussia Dortmund, kini di Champions Eropa setelah dieliminasi Real Madrid, justru melihat rival bebuyutan mereka terus melaju ke final Liga Champions. Ini benar-benar membuat mereka sangat kesal.
Jika di semifinal kompetisi Champions Eropa mungkin masih mengganggu performa Dortmund di liga, sekarang faktor itu pun sudah tidak ada.
Final Liga Champions digelar pada malam 24 Mei, sedangkan pertandingan terakhir Bundesliga sudah selesai pada 10 Mei sore...
Jadi sekarang Dortmund bisa fokus sepenuhnya mempersiapkan dua pertandingan liga terakhir tanpa memikirkan Champions Eropa, sama sekali tidak memberi celah bagi Bayern München.
Bagaimana dengan Bayern München?
Menyadari musim ini hanya bisa berebut Piala Jerman, hasil yang persis sama dengan musim lalu benar-benar tidak bisa diterima seluruh tim.
Musim lalu mereka masih bisa menyalahkan masalah pelatih, sehingga di tengah musim langsung merekrut Guardiola yang sedang menganggur.
Musim ini alasan apa lagi yang bisa dicari?
Guardiola sebagai pelatih muda yang paling mendapat perhatian, bahkan melampaui Mourinho. Setelah melatih Bayern München, tim ini memang mengalami perubahan signifikan dengan performa luar biasa di liga.
Tapi tetap tak bisa mengalahkan Dortmund?
Bagaimana solusi masalah ini?
Jangan-jangan harus ganti pelatih lagi?
"Pertama, selain jumlah pelatih yang diincar Bayern München di pasaran memang tidak banyak, bahkan jika ada, sebagian besar sudah terikat kontrak. Mana mungkin bisa berganti klub seenaknya?"
"Lagipula manajemen Bayern München sudah berhasil merekrut Guardiola, tentu harus mempercayainya. Mana mungkin di tahun pertama langsung ganti pelatih?"
"Meskipun hasil akhir tim di musim ini mungkin tidak memuaskan, manajemen klub tetap memilih untuk mempercayai Guardiola."
"Lalu bagaimana cara mengatasi rival abadi Bayern München, Borussia Dortmund?"
"Di saat inilah manajemen Bayern München memutuskan untuk mengulang trik yang sama..."
"Di lapangan aku tidak bisa mengalahkanmu, tapi di pasar transfer aku bisa menghancurkanmu!"
……
"Bayern München mencari aku?" Saat Zhou Yi mendengar kabar ini dari agennya, Schulze, ia merasa seperti terjebak dalam novel fantasi. "Benarkah mereka mendatangiku?"
"Tentu."
"Apa otak mereka kemasukan... maksudku, apa logikanya? Ini provokasi sengaja?" Zhou Yi tidak paham alasan Bayern München. "Mereka tahu aku tidak akan bergabung. Sudah bertahun-tahun kami bersaing di liga. Lagipula aku bukan Götze yang dari kecil jadi suporter mereka. Bukan juga Robert Lewandowski yang ingin balas dendam ke Dortmund..."
"Ini urusan bisnis, tentu harus mengesampingkan faktor emosional." Schulze membuka tangan kepada Zhou Yi. "Tidak peduli apa yang ada di pikiranmu, kalau tidak mencoba, mana mungkin tahu hasilnya? Katamu tidak mungkin bergabung ke Bayern München, siapa yang tahu? Meski kau ungkapkan, orang akan anggap itu taktik gombal. Tak ada yang bisa membaca isi hatimu... Lagipula, di dunia ini mana ada 'tidak mungkin'? Saat Figo jadi raja di Barcelona, siapa sangka dia akan transfer ke Real Madrid?"
Zhou Yi terdiam, lama akhirnya mengangguk mengakui logika Schulze.
"Dan Bayern München kali ini cukup tulus. Mereka menawarkan gaji tahunan tertinggi di tim sebesar 13 juta euro. Padahal pemain bergaji tertinggi mereka, Ribery, cuma 12 juta euro. Kalau kau setuju, kau jadi pemain bergaji tertinggi di seluruh Bundesliga."
"Sudah bahas gaji? Pembicaraan sudah sedalam itu?" Zhou Yi terkejut.
Schulze buru-buru klarifikasi: "Tidak, cuma sekali pertemuan. Mereka langsung tunjukkan kontrak..."
"Ck ck, skala besar sekali." Zhou Yi geleng-geleng.
"Iya. Mereka bahkan bilang, kalau bukan karena klausul pelepasan di kontrakmu dengan Borussia Dortmund yang baru bisa diaktifkan di tahun terakhir, mereka sudah langsung bayar..."
"Itu 90 juta euro lho!" Zhou Yi terpana oleh kekayaan Bayern München.
“Sepertinya mereka sudah terpojok oleh Borussia Dortmund-mu, sampai harus melakukan ini.” Schulze tertawa.
“Memang ada ‘ketulusan’...” Zhou Yi merasa tersentuh, lalu menolak mereka.
“Bilang saja ke mereka, meskipun aku keluar dari Borussia Dortmund, aku sama sekali tidak akan pertimbangkan Bayern München.”
“Mereka bilang ingin berbicara berduaan denganmu...” kata Schulze.
“Tidak perlu.” Zhou Yi mengibaskan tangan, “Aku mana ada waktu untuk urusan mereka? Tolak saja langsung.”
“Baik.” Schulze mengangguk setuju.
“Oh ya, kalau bisa, sebisa mungkin balas lewat telepon saja. Hindari pertemuan langsung.”
Schulze juga patuh mengangguk.
