“Aku berencana mengundurkan diri dari jabatan pelatih timnas China.”
Gao Hongbo mengucapkan kalimat itu dengan tenang, namun membuat Zhou Yi kaget setengah mati.
Setelah terdiam cukup lama, barulah dia bertanya: “Apakah ada yang memberi pressing pada Pelatih?”
Dia tahu pimpinan Asosiasi Sepak Bola langsung terbang ke Spanyol segera setelah kejadian itu, pastinya ada pembicaraan tertutup antara kedua belah pihak.
“Jangan asal nebak, Zhou Yi. Ini tekanan dari diriku sendiri pada diriku sendiri. Standarku cukup tinggi, kamu juga tahu.”
Zhou Yi diam. Gao Hongbo memang terkenal dengan standar diri yang sangat tinggi. Meski pendiam, pria ini punya ambisi besar.
Dia ingin menjadi pelatih kepala lokal paling top di dalam negeri China.
Terus berusaha meningkatkan diri diam-diam. Secara pribadi, dia pernah mengungkapkan rencana mengundurkan diri setelah membawa Tim China di Piala Dunia, lalu melanjutkan studi ke Eropa.
“Saya memang punya mimpi, yaitu bisa membawa Timnas China bermain di Piala Dunia. Saya juga terus berusaha untuk itu. Tapi situasi akhir-akhir ini pasti sudah kamu dengar juga. Kadang-kadang saya merasa tidak mampu...” Gao Hongbo berbicara dengan tempo lambat, diselingi jeda istirahat, menunjukkan bahwa baik stamina maupun mentalnya memang belum pulih sepenuhnya.
“Saya berharap bisa melakukan inovasi taktis dan menambah variasi. Tapi efek latihan taktik baru dan formasi tiga bek tengah kurang memuaskan...”
Sebenarnya Zhou Yi memang pernah mendengar tentang reformasi formasi taktis Gao Hongbo di timnas. Pelatih itu ingin menerapkan sistem tiga bek tengah, membuat Guo Nu bermitra dengan Feng Xiaoting dan Zhang Linpeng sebagai trio bek tengah.
Zhou Yi pernah berdiskusi dengan teman-temannya tentang alasan Gao Hongbo melakukan ini. Mungkin performa gemilang Yan Min di Borussia Dortmund memberi inspirasi dan kepercayaan diri untuk langkah tersebut.
Sistem tiga bek tengah sangat menuntut performa kedua sayap. Yan Min adalah pemain sayap yang bisa memenuhi tuntutan tinggi itu, ditambah Wu Lei yang juga bersinar di liga domestik.
Selain itu, formasi tiga bek tengah efektif menghadapi pressing lawan. Tim China yang memiliki Zhou Yi pasti akan sering di-press, sehingga tiga bek tengah bisa membantu Zhou Yi mengatasi tekanan itu. Sistem ini juga membutuhkan kemampuan operan kuat di lini tengah-depan. Kehadiran Zhou Yi, Yang Muge, He Ying, dan Yan Min memberi landasan kemampuan tersebut bagi Timnas China, sehingga Gao Hongbo ingin menerapkan sistem tiga bek tengah.
Tapi ini sangat sulit diadaptasi oleh pemain yang terbiasa dengan sistem empat bek.
Bahkan Guo Nu pun menunjukkan gejala ketidakcocokan.
Karena itu, pertahanan Tim China dalam dua pertandingan pemanasan menjadi masalah besar, hampir dibobol seperti saringan oleh orang itu.
Namun Gao Hongbo yang keras kepala ini tetap nekat menjalankan formasi tiga bek tengah. Setelah masalah bek tengah terungkap di pertandingan pertama, alih-alih mengubah strategi, ia malah memaksakan tiga bek tengah lagi hingga akhirnya kalah dari "lawan mudah" Bosnia di pertandingan kedua...
"...Jika tidak bisa membuahkan hasil sebelum Piala Dunia, kita hanya membuang waktu. Saya akan menjadi penjahat..." Gao Hongbo berbicara dengan nada berat. "Pikiran ini membuatku gelisah. Sebenarnya beberapa hari sebelum pingsan, sudah ada nyeri di area jantungku, tapi waktu itu sama sekali tak sempat memikirkannya..."
"Aku ingin memberikan yang terbaik, tapi mengabaikan jarak kemampuanku. Terus memberi pressing pada diri sendiri akhirnya membuatku jebol..." Gao Hongbo tertawa pahit di telepon. "Tak ada yang memaksaku mengundurkan diri. Pimpinan Asosiasi Sepak Bola malah menyarankanku istirahat dan cepat kembali. Tapi setelah kejadian ini, di tempat tidur kurenungkan banyak hal. Kurasakan diriku dulu sangat egois..."
“Aku hanya memikirkan diri sendiri, tidak mempertimbangkan masa depan tim, tidak memikirkan kepentingan pemain... Aku ingin namaku tercatat dalam sejarah, tapi tidak memikirkan bagaimana nasib tim. Seorang pelatih harus menjadikan pekerjaan tim sebagai prioritas utama, menempatkan tim di urutan pertama. Jika aku benar-benar mencintai sepak bola negara sendiri, seharusnya aku menginginkan timnas berprestasi di Piala Dunia. Tapi kemampuan individuku tidak cukup untuk tugas seperti ini, jadi sebenarnya saat lolos ke Final Piala Dunia, aku sudah harus mengundurkan diri...”
“Jangan begitu, Pelatih Gao. Kemampuanmu tidak ada masalah...” Zhou Yi segera membujuk.
“Kau hanya mengatakan hal-hal manis padaku.” Gao Hongbo tidak menerima. “Aku tahu batas kemampuanku sendiri.”
“Tapi Pelatih Gao, di momen krusial seperti ini, jika Bapak mengundurkan diri, siapa yang akan menggantikan? Berganti pelatih di tengah pertandingan adalah pantangan besar...”
“Kalau belum ada penerus yang siap, tentu aku tidak akan mundur.” Kata Gao Hongbo. “Menurutmu aku masih pemuda kikuk yang langsung mengundurkan diri karena emosi?”
“Kalau begitu...”
“Harus berterima kasih pada klub Guangzhou Hengyuan...” Gao Hongbo menghela nafas. “Mereka segera menghubungi Asosiasi Sepak Bola, mengatakan jika aku gagal memimpin tim, mereka bersedia melepas pelatih mereka menjadi pelatih penyelamat. Semua gaji dan hadiah uang untuk timnas akan ditanggung klub mereka.”
Zhou Yi kaget: “Lippi?”
“Dia.”
“Ini... Lippimau menerima jadi pelatih penyelamat?”
“Dia setuju.”
“……” Zhou Yi tak tahu harus berkata apa. Menurutnya orang seangkuh Lippi seharusnya tidak akan menerima keputusan pergantian pelatih dadakan untuk mengurus tim berantakan ini... Meski dia melatih klub China, apakah kecintaannya pada sepak bola Tiongkok sampai segitu?
“Sebenarnya kurasa dia menerima karena kalian.”
Perkataan Gao Hongbo semakin mengejutkan Zhou Yi: “Untuk kami?”
“Iya, untukmu, He Ying, Sun Pan, Yang Muge, Guo Nu dan yang lainnya.”
“Apa hubungannya dengan kami?”
“Tahukah kau berapa banyak pelatih yang ingin melatih kalian? Bekerja sama dengan kalian itu menyenangkan sekaligus memuaskan.” Gao Hongbo tiba-tiba berkomentar penuh perasaan. “Tentu juga ada tekanan. Jika punya pemain sekaliber kalian tapi masih gagal menang, apalagi menang dengan cantik, pasti itu kesalahan pelatih. Ha!”
“Err...” Zhou Yi bingung menanggapi pujian berlebihan Gao Hongbo.
“Sudah, jangan dipikirkan. Tugas sejarahku sudah selesai. Perjalanan ke Piala Dunia berikutnya serahkan pada Lippi. Dia legenda dunia, kemampuannya jauh di atasku. Dengan dia memimpin, aku lebih percaya diri dengan prospek tim di Piala Dunia. Aku cuma mau memberi tahu duluan, biar bisa persiapan lebih awal. Gunakan peran intimu di tim, kolaborasi baik dengan pelatih baru, bersama-sama ciptakan sejarah baru untuk sepak bola China di Piala Dunia.”
“Karena semuanya sudah diputuskan, Zhou Yi juga tidak terus membujuk dengan sok manis. Ia mengangguk dan berjanji: ‘Tenang saja, Pelatih Gao. Pasti tidak akan mengecewakan Anda.’”
“Baik, dengan ucapanmu ini aku jadi tenang. Kalau begitu, aku tidak akan mengganggumu lagi. Istirahatlah yang cukup.”
“Justru saya yang tidak boleh mengganggu Anda. Istirahatlah yang cukup, Pelatih Gao. Nanti saat menonton pertandingan Piala Dunia jangan terlalu bersemangat, jaga kesehatan.”
“Baik, baik, aku akan patuh pada saran dokter, hahaha!”
Gao Hongbo tertawa. Di tengah tawannya, mereka berdua memutuskan telepon.
……
Setelah Zhou Yi selesai menelepon, ia menoleh dan melihat Kottane sedang duduk di sebelahnya sambil membaca buku.
“Kau di sini sejak tadi?” Zhou Yi terkejut.
“Sudah selesai menelepon?”
“Hmm.”
“Membicarakan apa?”
“Kami akan mengganti pelatih menjelang pertandingan.”
“Itu keputusan tepat. Semakin cepat diputuskan semakin baik. Tapi apakah sudah ada kandidat pengganti?”
“Lippi.”
Kottane terdiam sejenak saat mendengar nama ini, seolah sulit menghubungkan nama tersebut dengan Timnas China.
“Marcelo Lippi?” tanyanya.
“Ya. Lippi ‘Yinhu’ (Rubah Perak).”
“Langkah besar.” Kottane menghela napas. “Jadi telepon tadi dari mantan pelatihmu?”
“Hmm. Dia memberitahuku lebih dulu. Sekarang belum diumumkan ke publik.”
“Mengapa memberitahumu terlebih dahulu?”
“Karena aku pemain inti tim.”
Kottane membelalakkan mata padanya: “Kau benar-benar tidak tahu malu.”
Zhou Yi menyeringai lebar.
Suasana hatinya tiba-tiba membaik.
"Kalau Lippi yang jadi pelatih penyelamat ini, Zhou Yi pasti lebih tenang."
"Selain itu, dari percakapan telepon tadi, dia juga bisa merasakan perubahan batin Pelatih Gao. Jelas terlihat di akhir telepon, Pelatih Gao yang sudah melepas tekanan dan tanggung jawab bahkan bisa bercanda."
"Meski menyesal tak bisa membawa tim ke Piala Dunia, tapi di sisi lain, melepaskan dan merelakan mungkin jadi pembebasan untuk Pelatih Gao."
"Paling tidak, kalau performansi Tim China buruk, tak ada lagi yang akan menyalahkan Pelatih Gao."
Zhou Yi membuka QQ di HP, meninggalkan pesan di grup: "Dengar, guys. Kali ini kita harus benar-benar berusaha sekuat tenaga. Kalau gagal, tak ada alasan atau excuses apapun."
“？”
"Maksudnya apa?"
Yang lain bingung dengan ucapan Zhou Yi yang tiba-tiba ini.
"Gak ada, intinya kita harus maksimal. Jangan sampai ada penyesalan tertinggal di Brasil..."
"Ini mah omongan kosong! Pasti kami gak akan biarkan ada penyesalan!" Sun Pan menyela.
Zhou Yi juga tak bisa menjelaskan bahwa karena Pelatih Gao hanya memberitahunya, tentu tak ingin hal ini bocor dan menimbulkan masalah.
Sehari kemudian, berita bom mengguncang:
Asosiasi Sepak Bola Tiongkok (AST) secara resmi menyetujui pengunduran diri Gao Hongbo sebagai pelatih timnas China, sekaligus mengumumkan Marcelo Lippi sebagai pelatih baru.
