Mungkin karena Real Madrid dan Borussia Dortmund sudah terlalu saling mengenal beberapa tahun terakhir, atau karena semangat balas dendam Real Madrid yang memicu ritme permainan - musim lalu Real Madrid tersingkir di semifinal oleh "pembunuh" Borussia Dortmund. Gelar Champions Eropa yang kemudian diraih Dortmund membuat suporter Real Madrid terus bertanya-tanya: Seandainya saat itu Real Madrid yang mengeliminasi Dortmund dan lolos ke final, mungkinkah gelar juara akan menjadi milik mereka?
Karena faktor-faktor ini, ritme pertandingan ini sangat cepat.
Hanya dalam empat menit awal, kedua tim sudah melakukan tiga tembakan, dua di antaranya nyaris mencetak gol, masing-masing satu peluang untuk kedua tim, imbang.
Saat Borussia Dortmund kembali melakukan kick-off, mereka menyadari pemain Real Madrid tidak langsung mundur ke garis tengah. Benzema maju menekan lini bek Dortmund, sementara pemain lainnya juga melakukan penjagaan ketat sesuai posisi lawan masing-masing.
Kecuali jika Weidenfeller melakukan tendangan jauh ke depan, jika ingin melakukan infiltrasi operan pendek dan mengoper maju, maka pasti akan menghadapi pressing Real Madrid sejak di lini belakang.
Melihat kondisi ini, Zhou Yi aktif mundur untuk memberikan dukungan pada rekan setimnya.
Menghadapi mundurnya Zhou Yi hingga sedalam itu, Khedira tidak bisa mengikutinya karena zona pertahanan yang menjadi tanggung jawabnya berisiko menjadi ruang kosong yang bisa dimanfaatkan Dortmund.
Meski Zhou Yi adalah pemain inti absolut Dortmund, dia bukan satu-satunya pemain yang mampu menguasai bola dan mengancam lini pertahanan Real Madrid.
Pemain Dortmund lain telah bermain bersama Zhou Yi selama beberapa musim, terutama Weidenfeller yang sudah hapal tindakan yang harus diambil dalam situasi seperti ini.
Sebelumnya dalam berbagai pertandingan, mereka juga pernah menghadapi pressing ketat seperti ini. Dortmund telah melakukan banyak latihan khusus untuk mengantisipasi skenario semacam ini.
Begitu Zhou Yi berlari ke area "tak terjaga", Weidenfeller langsung dengan sigap mengoper bola ke arahnya.
Sebelum Weidenfeller memberikan operan ke arahnya, Zhou Yi sudah menoleh ke kiri untuk memindai seluruh kondisi di sisi kiri. Saat bola diumpankan ke arahnya, ia dengan cepat menoleh ke kanan merekam situasi di sebelah kanan. Bahkan ketika berlari mendekati Weidenfeller, ia juga sempat menoleh untuk mengamati area di belakangnya. Dengan demikian, saat ini, seluruh situasi 360 derajat di sekeliling tubuhnya telah sepenuhnya terkendali.
Secara bersamaan, otaknya menganalisis semua informasi yang telah dikumpulkan, lalu membuat pilihan paling rasional berdasarkan pengalaman bertumpuk dari ribuan pertandingan di dunia virtual.
Begitu bola diarahkan ke Zhou Yi, Bell sudah menyambar seperti peluru menuju dirinya.
Jika Zhou Yi berbalik dan mencoba membawa bola sendiri, kecepatannya takkan sanggup menyaingi Bell. Dengan mudah ia akan ditempel oleh Bell yang mengandalkan kecepatan. Ditambah kekuatan fisiknya yang kalah, tekanan konstan dari lawan akan membuatnya kesulitan menguasai bola.
Namun di sisi lain, karena Bell menerjang ke arahnya, posisi asal Bell kini kosong dari pemain Real Madrid - sebuah ruang kosong yang potensial.
Kebetulan Yan Min sedang menarik diri ke area tersebut.
Maka Zhou Yi tidak mengontrol bola. Saat menerima umpan, ia langsung menyesuaikan orientasi tubuh dan menyapu bola dengan kaki kiri ke arah Yan Min yang sedang memberikan dukungan.
Bell yang menyambar hanya menggigit angin.
Seketika itu juga, celah pertahanan terbuka di belakangnya.
Begitulah Yan Min, setelah menerima umpan Zhou Yi, langsung membawa bola maju menyerang.
Bell buru-buru berbalik memburu Yan Min.
Yan Min segera mengoper bola sebelum pemain lawan menyusulnya, memberikan umpan kepada bek kiri Schmelzer yang melakukan overlapping run dari sayap.
Setelah mengoper, dia terus berlari ke depan memaksa Carvajal bek kanan Real Madrid tidak berani menghadang Schmelzer, terpaksa mengikuti Yan Min.
Tapi Carvajal tak perlu khawatir Schmelzer bebas dijaga. Bell segera beralih menjaga Schmelzer.
Schmelzer tak ragu, langsung mengoper bola ke tengah. Zhou Yi yang sudah mendekat di posisi penyambut berhasil menerima umpan Schmelzer.
Namun bersamaan dengan itu, kedatangan Zhou Yi ke zona pertahanan Khedira membuat gelandang Jerman itu langsung menyerbunya.
Zhou Yi tidak benar-benar menerima bola, melainkan membuka kaki dan membiarkan bola melewati celah kakinya.
Gerakan tipuan ini tak terduga oleh Khedira yang gagal menghalau!
Setelah membocorkan bola, Zhou Yi langsung berakselerasi maju.
Bola yang dibocorkannya diterima Sven Bender yang langsung mendorong bola ke depan untuk Zhou Yi yang sedang berlari.
Dengan demikian Zhou Yi berhasil melepaskan diri dari kawalan Khedira.
"Gol bagus!" seru He Ping penuh kekaguman, "Terlepas!"
Setelah bebas dari Khedira, Zhou Yi kali ini tak langsung mengoper. Dia malah membawa bola dengan garang menuju area penalti Real Madrid.
Pergerakan penyerang ini memaksa Ramos harus maju untuk mengisi kekosongan posisi Khedira, sehingga terbentuk celah di lini pertahanan mereka.
Inilah hasil yang diinginkan Zhou Yi. Melihat Ramos maju, Zhou Yi secara terselubung menggunakan punggung kaki luar kanannya untuk menyodok bola ke depan kanan, mengoper ke Aubameyang yang bergerak horizontal.
Varane segera menghadang Aubameyang. Di bawah tekanan tersebut, tembakan Aubameyang melenceng dari sasaran.
"Aubameyang... meleset, sayang!" teriak He Ping. "Meski serangan Borussia Dortmund ini gagal mencetak gol, prosesnya sangat mulus. Dari operan Weidenfeller hingga tembakan Aubameyang, seluruh alur serangan berjalan tanpa interupsi pemain Real Madrid. Zhou Yi menjadi kunci penggerak serangan ini melalui operan-operan cerdasnya... Dialah otak Borussia Dortmund!"
Dalam kondisi apapun, pujian berlebihan untuk Zhou Yi tidak akan pernah salah.
Dan performa Zhou Yi memang layak mendapat sanjungan tersebut.
Serangan ini indah, sayang tembakan Aubameyang kurang akurat.
……
Borussia Dortmund tidak bermain konservatif dalam serangan ini, dengan cepat memindahkan bola ke area depan Real Madrid.
"Dan ketika giliran Real Madrid menyerang, mereka memanfaatkan chemistry dan kemampuan individu dari kombinasi BBC dengan maksimal. Modric memberikan umpan terobosan brilian kepada Bell, sayap Wales yang menyusup ke dalam lalu mengoper ke samping. Jika Hummels tidak menyodok bola tepat waktu, bola itu pasti akan sampai ke kaki Cristiano Ronaldo di area tengah area penalti - itu sungguh berbahaya!"
Kedua tim tidak bermain konservatif, sama-sama memiliki kesempatan mengancam gawang lawan.
Pertandingan selanjutnya juga berlangsung seperti ini.
Saling serang dengan ritme cepat, jumlah tembakan yang banyak, membuat penonton benar-benar terhibur.
Para komentator pun memuji mentalitas kedua tim dalam pertandingan:
"...Ini mungkin final Liga Champions dengan ritme tercepat yang pernah saya tonton!"
"Real Madrid dan Borussia Dortmund sama-sama tak bermain aman. Pelatih Dortmund Klopp memang dikenal sebagai Si Sinting yang tak pernah mengikuti skenario. Tapi melihat pelatih stabil seperti Ancelotti juga melakukan ini cukup mengejutkan... Mungkin Ancelotti sangat yakin dengan daya serang timnya, sehingga menghadapi Klopp dengan cara ini - jika ingin serang balik, Real Madrid pasti tidak akan kalah!"
“Pertandingan baru berjalan 15 menit, kedua tim telah mencatatkan total delapan tembakan, masing-masing empat tembakan. Jumlah serangan ke zona 30 meter lawan bahkan lebih banyak, total sepuluh kali. Padahal pertandingan baru berjalan 15 menit... Kualitas serangan balik setinggi ini jarang terlihat di pertandingan biasa, apalagi di Final Liga Champions!”
“Terima kasih atas serangan aktif Real Madrid dan Borussia Dortmund yang menghadirkan 15 menit awal yang spektakuler!”
“...Menurutku final ini bisa disebut ujian kesehatan jantung bagi suporter kedua tim...”
Meski serangan kedua tim sangat agresif, bukan berarti pertahanan mereka rapuh.
Faktanya, selain serangan aktif, intensitas perebutan bola kedua tim juga sangat tinggi.
Menit ke-16, Coentrão menjatuhkan Reus. Reus langsung memprotes dan meminta wasit utama memberi kartu kuning kepada Coentrão. Namun wasit Kuipers hanya memberi peringatan lisan.
Menit ke-22, Reus membalas dendam dengan menyapu Coentrão. Kali ini wasit Kuipers tanpa ragu menunjukkan kartu kuning pertama pertandingan kepada Reus.
Keputusan ini memicu protes dari beberapa pemain Borussia Dortmund yang menilai wasit berpihak pada Real Madrid.
Namun bek tengah Real Madrid, Ramos, saat itu ikut mendatangi dan menuduh pelanggaran balas dendam Reus keterlaluan. Tindakannya semakin memicu emosi pemain Borussia Dortmund. Wasit utama Kuipers, untuk mengendalikan situasi, juga menunjukkan kartu kuning kepada Ramos...
"Apa yang dilakukan Ramos ini?" Komentator Spanyol terkejut. "Apa hubungannya dengan dia? Mengapa dia ikut mendatangi? Malah mendapat kartu kuning! Dia kan bek tengah! Bek tengah yang sudah dapat kartu kuning lebih awal karena hal tidak berarti ini, menanam bom waktu untuk pertandingan selanjutnya... Apa yang ada di pikirannya?"
Bukan hanya komentator Spanyol yang bingung, pelatih kepala Real Madrid Ancelotti juga tidak puas dengan tindakan Ramos. Di pinggir lapangan, dia mengayunkan tangan dengan murka lalu berbalik mengeluh ke asisten pelatihnya Zidane: "Ini seharusnya situasi menguntungkan kita, sekarang jadi imbang! Bahkan lebih merugikan kita..."
Zidane menjelaskan: "Sergio terkadang agak impulsif. Mungkin dia mau membela rekan setimnya..."
Dengan demikian, masing-masing pemain dari Real Madrid dan Borussia Dortmund mendapat satu kartu kuning.
