Sebelum Zhou Yi mencetak gol, tak ada tanda-tanda sama sekali. Meski dia masuk ke area penalti, tugas merebut bola jarang menjadi bagiannya.
Bagi Real Madrid, ancaman terbesar Zhou Yi bukan di area penalti, melainkan di luar area penalti. Operan, logika permainan, dan penglihatannya merupakan ancaman serius bagi Real Madrid.
Bahkan jika mencetak gol, Zhou Yi seharusnya mencetaknya melalui tendangan jauh di luar area penalti.
Jadi ketika Zhou Yi mengontrol bola dengan dada di area penalti untuk mengelabui Khedira, lalu langsung mengayunkan kaki dan menghajar bola ke gawang, semua orang tertegun. Tak ada yang menyangka gol tercipta begitu saja...
Tanpa pola-pola rumit, hanya dengan satu tendangan sederhana, bola pun masuk!
Setelah memastikan golnya, Zhou Yi berlari ke kamera di bendera sudut. Di depan kamera, ia berbalik memperlihatkan nomor punggung dan namanya di seragam.
Rekan setimnya bergegas merayakan bersamanya. Ekspresi mereka yang penuh sukacita kontras dengan wajah bingung para pemain Real Madrid yang benar-benar terkejut...
Para pemain Borussia Dortmund berpelukan.
Suporter Dortmund di stadion menyanyikan Lagu Zhou Yi dengan lantang.
"Zhou Yi! Dia membawa Dortmund unggul!"
"Tendangan spektakuler! Kontrol dada diikuti tendangan balik mengayun yang sempurna!"
"Zhou Yi! Zhou Yi! Zhou Yi!! Dia pemain pertama yang mencetak gol di Final Liga Champions selama dua tahun berturut-turut sejak reformasi kompetisi!!" He Ping berteriak dengan air liur beterbangan, "Jika dihitung sebelum reformasi, Zhou Yi adalah pemain kedelapan yang mencetak gol di final Champions Eropa selama dua musim beruntun! Dia masuk 10 besar dalam sejarah Champions Eropa!"
Sejak reformasi Liga Champions hingga saat ini, memang belum ada pemain yang bisa mencetak gol di final dua tahun berturut-turut. Pemain yang mencetak gol di dua final berbeda memang ada, seperti legenda Real Madrid Raul Gonzalez yang mencetak gol di final 2000 dan 2002, Eto'o yang mencetak gol saat membela Barcelona di final 2006 dan 2009, Lionel Messi di final 2009 dan 2011, serta Cristiano Ronaldo yang baru saja mencetak gol di pertandingan ini sehingga mengukuhkannya di dua final.
Hanya saja untuk kategori gol di final dua tahun beruntun, belum ada satupun yang berhasil.
Pemain terakhir yang berhasil mencetak gol di final Liga Champions dua tahun berturut-turut adalah Franz Roth dari Bayern München, yang mencetak gol di final 1975 dan 1976.
Sebelumnya ada rekan setimnya "Der Bomber" Gerd Müller yang mencetak gol di final 1974 dan 1975.
Rekor gol di final Champions Eropa dua tahun beruntun tahun 1962 dan 1963 dipegang oleh bintang Benfica "Black Panther" Eusébio.
Pada tahun 1961 dan 1962, dua pemain dari tim yang sama berhasil mencetak gol di Final Liga Champions, yaitu Mário Coluna dan José Águas dari Benfica.
Tiga tahun ini merupakan periode dominasi Benfica di peta sepakbola Eropa, sekaligus menjadi akhir era kejayaan mereka. Setelah pelatih Guttmann berseteru dengan manajemen klub, pelatih berkepribadian kuat ini pergi dengan marah sambil melontarkan kutukan terkenal: "Dalam 100 tahun ke depan, tidak ada klub Portugal yang bisa memenangkan dua gelar kompetisi Eropa. Dan Benfica tanpa saya, selamanya tidak akan pernah bisa meraih gelar Eropa!"
Saat itu semua orang menganggap itu sebagai omong kosong yang tidak berarti, mengingat Benfica baru saja mempertahankan gelar Champions Eropa.
Namun kutukan itu benar-benar mulai berlaku.
Kutukan ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian tentang klub Portugal berhasil dipatahkan oleh Porto pimpinan Mourinho pada 2004, di mana Porto telah meraih gelar Champions Eropa pada 1987 dan 2004.
Tapi kutukan untuk Benfica tetap berlaku. Pada 14 Mei tahun ini, di Final Liga Europa yang baru saja berakhir, Benfica yang lolos ke final kalah dalam adu penalti melawan Sevilla. Kekalahan ini tidak hanya membantu Sevilla mempertahankan gelar Liga Europa, tetapi juga memperpanjang durasi kutukan Guttmann.
Setahun setelah Guttmann mengeluarkan kutukan, Benfica kembali lolos ke Final Liga Champions. Meski Eusébio berhasil mencetak gol dalam pertandingan, Benfica tetap kalah dengan skor 1:2 dari AC Milan, membuat klub besar Italia tersebut meraih gelar Champions Eropa pertama dalam sejarah klub.
Sejak saat itu hingga sekarang, Benfica telah delapan kali lolos ke final kompetisi Eropa - lima kali di Liga Champions dan tiga kali di Liga Europa. Namun semua delapan final itu berakhir dengan kegagalan...
Kutukan Guttmann bagai gunung yang menindih seluruh anggota klub Benfica, membuat mereka tak bisa bangkit selamanya. Bahkan ketika Eusébio - murid kesayangan Guttmann - sendiri membersihkan makam sang mentor dan meminta belas kasihan, tetap tidak berpengaruh...
Kembali ke topik pemain yang mencetak gol beruntun di final Liga Champions. Setelah era Benfica, rekor ini dipegang oleh Real Madrid. Masa itu memang era dominasi Los Blancos di kompetisi bergengsi Eropa.
Francisco Gento mencetak gol di final Liga Champions tahun 1957 dan 1958.
"……Tapi rekor puncak ini milik Di Stefano. Dia mencetak gol di final Champions Eropa selama lima tahun berturut-turut: 1956, 1957, 1958, 1959, dan 1960. Mencetak gol di lima final Champions berturut-turut... Rekor seperti ini belum pernah ada sebelumnya dan mungkin tidak akan terulang lagi. Persaingan sepak bola modern semakin ketat, bahkan tim yang lolos ke final Champions dua tahun berturut-turut saja sudah sangat sulit, apalagi lima tahun berturut-turut... Apa ini berarti menganggap remeh klub-klub besar Eropa lainnya?"
"Meskipun Zhou Yi masih sangat jauh dari legenda seperti Di Stefano, setidaknya dia sekarang sudah masuk dalam 10 besar sejarah Champions Eropa."
"Sekaligus menjadi orang pertama dari sepak bola Tiongkok yang mencapai prestasi ini."
……
"……Ancelotti sebelumnya memasukkan Marcelo dan Morata untuk memperkuat serangan, tapi malah kebobolan... Ini benar-benar pukulan telak bagi Ancelotti……"
"Dalam siaran TV, Ancelotti duduk di bangku cadangan dengan ekspresi serius."
"Di menit ke-77, ketika pertandingan tersisa sekitar sepuluh menit, timnya tertinggal skor. Situasi ini sangat tidak menguntungkan bagi timnya."
"Setelah pertandingan dilanjutkan, asisten pelatih Zidane terlihat lebih gelisah dari Ancelotti. Dia terus berlari ke pinggir lapangan sambil berteriak-teriak, memerintahkan pemain untuk terus menyerang dan menyamakan skor."
"Asal bisa menyamakan skor dalam 90 menit, masih ada harapan."
Sementara Klopp juga melakukan penyesuaian setelah unggul, memerintahkan tim untuk melakukan pertahanan mengerut. Menghadapi serangan gencar Real Madrid, mereka mengutamakan pertahanan solid sebelum mencari kesempatan serangan balik, seperti yang terjadi pada gol sebelumnya.
Asalkan bisa bertahan menghadapi serangan Real Madrid dalam beberapa menit ini, seiring berjalannya waktu, pemain Real Madrid akan semakin panik. Dengan demikian, Borussia Dortmund akan berada dalam posisi tak terkalahkan.
Pada menit ke-80, Real Madrid melakukan dua tembakan beruntun. Tembakan kedua dihalau Sven Bender dengan tubuhnya ke luar garis lapangan, membuat Real Madrid mendapatkan tendangan pojok.
Modric yang bertugas mengeksekusi tendangan pojok ini. Area penalti dipadati pemain dari kedua tim.
Zhou Yi tidak ikut berkerumun di dalam. Dia berada di luar area penalti, mempersiapkan diri untuk merebut titik jatuh kedua. Yan Min juga tidak mundur bertahan - postur tubuhnya yang relatif pendek dan kurang kekuatan membuat kontribusinya dalam pertahanan di depan gawang menjadi tidak efektif, bahkan berpotensi merugikan.
Justru dengan tetap berada di depan, mereka masih memiliki peluang untuk melakukan serangan balik.
Tendangan pojok Real Madrid tentu menjadi kesempatan emas mereka untuk mencetak gol, namun sekaligus merupakan peluang serangan balik bagi Borussia Dortmund.
Setelah semua pemain di area penalti mengambil posisi, wasit utama Kuipers membunyikan peluit.
Modric mengambil ancang-ancang lari sebelum menendang bola sepak ke depan gawang!
"Cristiano Ronaldo" secara alami menjadi fokus bek-bek Borussia Dortmund. Dia berusaha merebut bola udara, namun Mats Hummels selalu menjaga ketat tanpa memberikan kesempatan untuk merebut bola.
Tiba-tiba, Sergio Ramos muncul dari belakang Cristiano Ronaldo, melampaui Ronaldo dan Hummels, lalu melompat tinggi dalam kondisi hampir tak terawasi!
Dari luar area penalti, Zhou Yi merasakan jantung berdegup kencang, dalam hatinya berteriak "Ini bahaya!"
Bagi Ramos, kesempatan ini terlalu bagus untuk dilewatkan!
Tepat seperti dugaan, sebelum pemain Dortmund lain sempat bereaksi, Ramos telah menyundul bola ke titik jauh gawang dengan gerakan kepala yang gesit!
Kiper Weidenfeller kurang persiapan menghadapi sundulan keras Ramos di sekitar titik penalti. Saat bola meluncur, reaksinya terlambat...
Bola menyelinap melewati ujung jarinya dan menyentuh tiang jauh sebelum masuk gawang!
"RAMOS---AAAAHHH!!!" Komentator Spanyol menjerit histeris, hampir melompat dari kursi. "Real Madrid menyamakan skor! Menit ke-80, mereka bangkit dari kematian! Ramos menjadi bek Spanyol pertama yang mencetak gol di Final Liga Champions sejak Marquitos tahun 1956!"
"Komentator Spanyol bersorak gembira, sementara Marcel Leif menghela nafas penuh penyesalan: 'Ramos... Hati-hati! Aduh! Kebobolan! Di menit ke-80, gawang Borussia Dortmund ditaklukkan untuk ketiga kalinya!'"
"'Bola ini mustahil dihalau. Ramos sama sekali tak dijaga. Saat dia melompat menyundul bola, akhirnya sudah bisa ditebak...'" He Ping juga terdengar frustrasi. "'Ramos mencetak 6 gol dalam 7 pertandingan terakhir, dengan 3 gol sundulan di Liga Champions musim ini – pemain dengan sundulan terbanyak! Borussia Dortmund melakukan kesalahan fatal dalam pertahanan tendangan pojok, mereka sampai melupakan pria ini. Padahal dia lebih menakutkan daripada Ronaldo!'"
Ramos berlari penuh semangat ke area bendera sudut untuk memeluk Modric yang memberinya assist, sementara rekan setimnya di Real Madrid berlari mengejar dari belakang.
Sementara para pemain Borussia Dortmund hanya menundukkan kepala, terlihat sangat kecewa.
Wajar merasa kecewa. Susah payah unggul, tapi tak lama kemudian skor disamakan oleh orang itu...
Jatuh dari awan langsung tercebur ke lumpur – perubahan drastis seperti ini memang tak mudah diterima orang biasa.
