"CCTV, CCTV! Teman-teman penonton, selamat menyaksikan pertarungan sengit di Grup B Piala Dunia 2014 antara Tim China melawan Chili." Di depan televisi, Duan Xin meningkatkan volume suaranya.
Karena sedang melakukan siaran langsung, suaranya terdengar berbeda dibandingkan saat mengomentari Bundesliga. Emosinya juga terlihat lebih bersemangat.
"...Kami mengundang pakar yang sudah dikenal, Bapak Zhang Lu, untuk menjadi tamu undangan komentar dalam pertandingan ini..."
Suara Zhang Lu muncul di layar: "Halo semuanya!"
"Kita bisa lihat, Stadion Pantanal yang berkapasitas 42.500 penonton hari ini dipenuhi penonton. Dari warna seragam, suporter Chile memang mendominasi karena faktor kedekatan lokasi... Tapi yang menggembirakan, banyak juga suporter China. Mereka mengibarkan bendera merah lima bintang yang sangat mencolok di tribun... Sekarang sudah hampir pukul tujuh malam waktu setempat, suhu lebih dingin dibanding siang hari dan berangin, kondisi yang nyaman untuk olahraga outdoor..." Duan Xin memberikan gambaran singkat lalu berdiskusi dengan Zhang Lu tentang pertandingan ini.
"Pelatih Zhang Lu, bagaimana pandangan Anda tentang pertandingan ini? Zhou Yi tidak masuk dalam starting line-up..."
"Benar, ketiadaan Zhou Yi pasti mempengaruhi kemampuan Tim China karena dia selalu menjadi pemain inti tim baik dalam serangan maupun pertahanan. Tapi bukan berarti kita tak berdaya menghadapi Chile. Pelatih Lippi adalah pelatih berpengalaman, pengalamannya bisa mengisi sebagian kekosongan akibat absennya Zhou Yi. Tim China selama ini berlatih bertahan dan melakukan serangan balik, saya yakin taktik ini akan diterapkan. Bukan tidak ada kesempatan, tapi pasti terbatas, jadi efisiensi memanfaatkan peluang sangat krusial..."
……
Sementara Duan Xin dan Zhang Lu berdiskusi, para starter dari kedua tim sudah berkumpul di lorong pemain.
Pemain lainnya harus menempati bangku cadangan dan bangku pelatih terlebih dahulu.
“Zhou Yi mengenakan jaket olahraga Tim China, sepatu olahraga biasa di kakinya (bukan sepatu bola), berjalan keluar dari belakang koridor. Ia kemudian berjabat tangan dan menyapa satu per satu rekan setim yang akan bertanding, memberikan semangat pada mereka.”
“Saat melakukan ini, para pemain Chili juga memperhatikannya.”
“Sebagai pemain paling terkenal dan terkuat di Tim China, yang baru saja memenangkan Champions Eropa, ke mana pun ia pergi selalu menjadi pusat perhatian.”
“Namun kini pandangan pemain Chili pada Zhou Yi terlihat lega – beruntung Zhou Yi cedera sehingga tidak perlu berhadapan dengannya di lapangan, sungguh lawan yang merepotkan...”
“Karena tidak perlu bertarung, tak ada salahnya bersikap ramah tanpa perlu bermusuhan.”
“Kapten Chili, bintang terbesar mereka yang bermain untuk Barcelona, Alexis Sánchez menahan Zhou Yi setelah berjabat tangan dengan rekan terakhir: 'Hei, Zhou Yi.'”
“Zhou Yi berbalik melihat tangan yang diulurkan Sánchez. Keduanya pernah berhadapan di lapangan Champions Eropa.”
“Dia tersenyum, lalu berjabat tangan dan berpelukan dengan Sánchez.”
“'Sangat disayangkan tidak bisa melawanmu,' kata Sánchez.”
“Zhou Yi tertawa: 'Bukannya senang karena tidak perlu melawanku?'”
“Keduanya tertawa bersama.”
“Kemudian Zhou Yi berpamitan dan meninggalkan koridor.”
“Dalam pertandingan ini, ia hanya akan menjadi penonton.”
……
Diiringi lagu Fair Play, ball boy membawa bendera FIFA dan bendera fair play berjalan di depan, diikuti oleh bendera nasional kedua tim peserta. Bendera nasional memimpin para pemain dari kedua tim memasuki lapangan di tengah sorakan gembira penonton.
"Mereka datang!" teriak Duan Xin bersemangat. "Berjalan di depan adalah kapten lapangan Tim China Zheng Zhi, diikuti kiper Sun Pan, Guo Nu, Feng Xiaoting, He Ying, Yan Min, Gao Lin, Yang Muge, Zhang Linpeng, Yang Hao, Rong Hao... Lippi mengerahkan formasi double pivot... Tunggu, melihat posisi Zheng Zhi di klub Hengyuan yang juga sebagai gelandang bertahan, sebenarnya formasi Lippi menggunakan tiga gelandang bertahan..."
Siaran TV menyorot close-up Zhou Yi yang sudah duduk di bangku cadangan. Dalam close-up tersebut, Zhou Yi duduk dengan ekspresi datar, sama sekali tidak ada yang bisa menebak pemikirannya dari raut wajahnya...
Dalam pertandingan ini, Kottane tidak duduk di bangku cadangan Tim China karena secara resmi bukan bagian dari tim pelatih. Dia menonton bersama staf Tim China lainnya yang tidak mendapat tempat di tribun pelatih.
Siaran TV juga menyorotnya dengan close-up. Duan Xin khusus memperkenalkannya kepada penonton, meski sebenarnya tidak perlu. Sejak menjadi pacar Zhou Yi, popularitas Kottane meledak di dalam negeri. Hampir tidak ada suporter China yang tidak mengenalinya...
Di hati banyak suporter China, kesembuhan Zhou Yi dan kepulihannya ke lapangan bergantung pada kemampuan Kottane.
……
Setelah kedua tim selesai tampil, arena mulai memutar lagu kebangsaan kedua negara.
Saat lagu kebangsaan China dikumandangkan, Zhou Yi dan lainnya di bangku cadangan berdiri serempak menyanyikannya. Anggota tim pelatih Italia Lippi yang tak hapal lirik tetap berdiri khidmat. Mereka pasti sudah tak asing dengan lagu ini – demi memudahkan manajemen dan integrasi saat memimpin timnas secara dadakan, Lippi memboyong seluruh tim pelatihnya dari Guangzhou Hengyuan. Para pelatih ini telah bertahun-tahun bekerja di klub tersebut sehingga sangat memahami karakter pemain China.
Hal ini membantu Lippi cepat mengendali timnas dan memulai pekerjaannya dengan mulus. Sebuah berkah di tengah musibah.
Usai lagu kebangsaan, dilanjutkan prosedur standar pra-pertandingan: kedua tim berjabat tangan, kapten bertukar bendera klub dan hadiah khusus, lalu undian Pilih Sisi.
Tim China memenangkan hak memilih lapangan, tapi kehilangan penguasaan bola awal.
Terkadang penguasaan bola awal justru lebih penting ketimbang hak memilih sisi.
Apalagi bagi Chili yang akan memberi pressing ke Tim China sejak detik pertama...
Melihat hasil ini, pelatih Chili Sampaoli di pinggir lapangan menggenggam kepalan tangannya – inilah hasil yang ia dambakan.
Saat semua pemain telah berada di posisinya, wasit utama asal Pantai Gading Duae memastikan waktu lalu membunyikan peluit.
"Pertandingan dimulai!" teriak Duan Xin.
Penyerang Chili Alexis Sánchez menendang bola, kemudian Vargas mengembalikannya. Begitulah pertandingan pertama Tim China di Piala Dunia ini dimulai.
……
Setelah kick-off, Chili memanfaatkan keunggulan penguasaan bola awal untuk melancarkan serangan ganas ke gawang China.
Ketika bola tidak berada di kaki mereka, mereka tidak serta-merta mundur ke separuh lapangan sendiri seperti perkiraan banyak orang.
Bukan rahasia lagi bahwa Tim China mengadopsi taktik bertahan dan melakukan serangan balik.
Namun Chili menggunakan pendekatan berbeda untuk menghadapi serangan balik China: pressing gila-gilaan di area depan.
Setiap kali pemain China menguasai bola, mereka langsung dikepung untuk direbut.
Ini jelas memanfaatkan ketidakhadiran Zhou Yi yang membuat organisasi serangan China tidak selancar biasanya.
Saat pemain China kerepotan menghadapi pressing Chili, kamera siaran TV menyempatkan close-up shot ke Zhou Yi - yang pertama sejak pertandingan dimulai, tapi pasti bukan yang terakhir.
"Pressing Chili sangat agresif. China hanya bisa terhuyung-huyung, tak bisa membangun serangan berarti... Di momen ini, semua pasti sangat merindukan Zhou Yi..." komentar Duan Xin.
Tapi bagaimanapun rindunya, Zhou Yi memang tidak berada di lapangan.
Baru pada menit kedelapan, China pertama kalinya masuk ke Zona 30 Meter Chili.
"Saat itu Yan Min di sayap kanan melakukan umpan silang 45 derajat, mengirim bola ke area penalti. He Ying melompat di area penalti untuk duel udara, tapi kiper Chili Bravo menyambar bola lebih dulu dengan kedua tangannya."
Tim China belum menyelesaikan tembakan pertama dalam pertandingan ini.
"He Ying——Aduh! Gagal menyundul, bola direbut Bravo!" Duan Xin menyayangkan.
"Umpan ini...sebenarnya Yan Min terburu-buru. Harusnya dia manfaatkan kecepatan dan kemampuan teknisnya untuk membawa bola lebih maju, mendesak pemain lawan, baru melakukan umpan silang. Efeknya akan lebih baik daripada langsung umpan 45 derajat." Zhang Lu menganalisis. "Pemain seperti Yan Min kadang punya kebiasaan buruk ini, terburu-buru...saat di dalam negeri juga begitu. Setelah ke Dortmund sedikit membaik, tapi masih muncul sesekali. Tapi di Dortmund ada Zhou Yi yang bisa menekan impulsifnya. Ini juga alasan kesuksesan Yan Min di Dortmund musim ini."
"Artinya kecerdasan bermain bolanya rendah?" tanya Duan Xin.
Zhang Lu hanya tersenyum kecut tanpa menjawab langsung.
Di lapangan, tim Chili mulai melancarkan serangan ke Tim China.
Perhatian keduanya beralih dari performa Yan Min ke serangan Chili kali ini.
"Lihat bola ini... Chili melancarkan serangan di sayap kanan, bek kanan nomor empat Isla memberikan umpan kepada Sánchez yang menarik diri untuk membantu... Yang Muge mengejarnya, Sánchez menerima bola... Berbalik! Dia dengan lihai melewatinya! Yang Muge tertinggal di belakangnya!"
Suara Duan Xin mulai terdengar gugup.
"Sánchez masih terus menggiring bola, Yang Muge mengejarnya tak henti dari belakang sementara Zheng Zhi juga menekan dari depan, di depannya masih ada Guo Nu yang melakukan blok... Umpan! Sánchez mengoper bola ke samping sebelum terjebak lingkaran kepungan! Valdivia, tidak dijaga, bahaya—"
Dalam teriakan Duan Xin, Valdivia mengayunkan kaki kanannya di garis kotak penalti, melepaskan tembakan ke arah gawang.
Bola melesat ke sudut atas. Sun Pan meski sudah melakukan gerakan penyelamatan, tetap tak berdaya menghadapi tendangan spektakuler ini. Bola melewati atas telapak tangannya, menghantam bagian bawah mistar gawang lalu memantul masuk ke gawang!
"Gol! Aduh! Tim China kebobolan! Pertandingan baru berjalan sebelas menit!"
