"Valdivia melepaskan tendangan spektakuler! Bola begitu cepat dan sulit diantisipasi! Kiper Sun Pan meski sudah berusaha menyelamatkan, tetap tak berdaya... Tim China sudah tertinggal di menit ke-11 pertandingan!"
Para pemain Chili merayakan gol ini di bawah sorak gembira suporter mereka.
Sementara suporter Tim China sunyi senyap.
"……Mereka tahu setelah mengalami serangkaian kejadian tak terduga seperti pergantian pelatih di menit terakhir dan cedera pemain inti Zhou Yi, prospek Tim China di Piala Dunia ini tidak terlalu optimis. Tapi mereka masih berharap sedikit keberuntungan, berharap Tim China bisa tampil baik bahkan tanpa Zhou Yi, atau setidaknya tidak terlalu buruk."
"Tapi baru sebelas menit pertandingan dimulai, Tim China sudah kebobolan."
"……Pertahanan Tim China kacau karena dribel Sanchez. Konsentrasi semua pemain tertuju pada Sanchez, sama sekali mengabaikan Valdivia yang berada tepat di luar garis kotak penalti……" Zhang Lu menganalisis penyebab kebobolan. "Tentu saja tendangan spektakuler Valdivia adalah kunci gol. Jika tembakannya tidak sempurna, kemungkinan besar bisa ditepis Sun Pan…… Sun Pan sudah bergerak maju untuk menutup sudut, sayangnya tendangan Valdivia terlalu akurat…… Gol ini bisa disebut nasib sial yang tak terduga, tapi juga akibat akumulasi kesalahan bertahan……"
Siaran TV menyorot bangku cadangan Tim China, memperlihatkan reaksi Zhou Yi saat kebobolan.
Saat melihat Sanchez berbalik melewati Yang Muge, dia langsung berdiri dari kursi, menatap lapangan dengan cemas.
Ketika Valdivia mencetak gol, Zhou Yi kembali duduk sambil mengatupkan bibir rapat-rapat.
Rekan-rekan cadangan di sampingnya bereaksi lebih dramatis - ada yang menyangga kepala dengan kedua tangan, ada yang terus menggerutu penuh penyesalan……
Tapi Zhou Yi hanya mengatupkan bibirnya, duduk di posisinya.
Dia tidak bisa turun ke lapangan, juga tidak bisa berkata-kata. Mengeluh tentang performa buruk rekan setim di lapangan?
Tentu saja tidak boleh. Bahkan ekspresi kecewa pun tak boleh terlihat.
Zhou Yi sangat paham pasti ada kamera yang menyorotnya saat ini. Perubahan ekspresi sekecil apapun di wajahnya bisa jadi bahan pemberitaan "besar" media setelah pertandingan.
……
Kebobolan ini seperti pukulan palu ke dahi para pemain China, membuat mereka linglung.
Rentetan insiden sebelum Piala Dunia dan performa buruk di pertandingan pemanasan memang sudah membuat beberapa orang kehilangan kepercayaan diri.
Kebobolan ini semakin memperparah kondisi mental mereka.
Saat pertandingan dimulai kembali, Tim China tidak memanfaatkan kesempatan kick-off untuk melancarkan serangan balik.
Faktanya, pikiran para pemain China masih kacau tanpa koordinasi taktis yang jelas.
Justru Chili yang semakin leluasa. Gol tersebut meningkatkan moral tim secara signifikan.
Penguasaan bola Tim China cepat beralih, dimanfaatkan Chili untuk melancarkan serangan baru.
Menghadapi gempuran agresif Chili, Tim China hanya bisa bertahan pasif dengan kondisi kerepotan.
Hasilnya, dua menit setelah gol Chili, di menit ketiga belas, Chili melakukan umpan silang dari sayap kiri ke kanan.
Aránguiz yang berada di sayap kanan menerima bola lalu memberikan umpan kepada Sánchez yang sudah menunggu di area penalti.
Begitu Alexis Sánchez menguasai bola, para bek Tim China langsung cemas. Seketiga tiga orang mengerumuninya, mereka terlalu fokus merebut bola dari kaki Sánchez sampai lupa mengawasi Alanís.
Di tengah kepungan tiga pemain, Sánchez menyodok bola ke arah garis lapangan.
Sun Pan segera meninggalkan gawang dan maju menghadang.
Sementara Alanís yang berputar dari sisi lain berhasil lebih dulu menguasai bola.
Kali ini Sun Pan tidak langsung mundur ke depan gawang, malah terus membayangi Alanís.
Alanís membawa bola sambil berbalik badan, Sun Pan yang memaksanya justru semakin tertarik menjauh dari gawang.
Setelah berbalik, Alanís segera mengoper bola ke depan gawang, saat itu Tim China sedang dalam kondisi gawang kosong!
Zhang Linpeng ingin membersihkan bola dengan sundulan, tapi ia tak menyadari Vargas penyerang Chili yang melesat dari belakangnya. Mereka bertabrakan, bola terpantul ke samping. Alexis Sánchez yang muncul di sana mengontrol bola dengan tubuh lalu mengayunkan kaki langsung menembak!
Sun Pan yang sudah berhasil kembali dengan cepat bereaksi terhadap tembakan jarak dekat Sánchez. Ia melakukan gerakan penyelamatan dan berhasil menyentuh bola, tapi kekuatan tembakan Sánchez yang dahsyat tetap menembus telapak tangannya dan melesat masuk ke gawang di belakangnya...
"Alexis Sánchez——！！Tim Chili mencetak dua gol dalam waktu tiga menit, sekarang unggul 2:0 atas Tim China!"
“Sánchez... Bahaya! Ah! Aduh!” Duan Xin menghela napas berat. “Tetap saja kebobolan... Pertahanan Tim China dalam situasi ini benar-benar kacau...”
“Masih terpengaruh oleh kebobolan tadi,” kata Zhang Lu. “Para pemain belum pulih. Sun Pan agak terburu-buru, sebenarnya dia tidak perlu menerjang keluar tadi, cukup tutup sudut dekat saja. Apalagi dia malah mengejar Alanís lawan sampai ke garis area penalti kecil...”
……
Kebobolan dua gol berturut-turut dalam tiga menit, awal partai Tim China di Piala Dunia kali ini benar-benar tidak bisa lebih buruk lagi.
Sisi Chili merayakan dengan gegap gempita, pelatih botak Sampaoli berlari-lari gembira di depan bangku cadangannya sambil mengacungkan kepalan tangan.
Targetnya sudah tercapai. Kurang dari 15 menit setelah kick-off, timnya sudah unggul dua gol... Selanjutnya hanya perlu bermain stabil, Sampaoli yakin Tim China akan sulit membalikkan keadaan - seandainya Zhou Yi ada di lapangan, mungkin masih ada harapan.
Tapi kalau dipikir lagi, jika Zhou Yi ada di lapangan, apakah Chili bisa mencetak dua gol cepat ke gawang Tim China? Masih belum pasti...
Siaran TV kembali menyorot Zhou Yi.
Ekspresi Zhou Yi tetap sama: bibir terkunci tanpa emosi. Tak ada yang tahu apa yang ada dalam pikirannya.
Zhou Yi yang duduk di bangku cadangan tiba-tiba teringat masa ketika ia baru dipromosikan ke tim utama Borussia Dortmund. Saat Dortmund menjamu Bayern München di kandang sendiri, Zhou Yi dan Mark menonton pertandingan itu di tribun selatan. Waktu itu meski termasuk pemain tim utama, namanya tidak masuk dalam daftar pemain pertandingan sehingga hanya bisa menjadi penonton. Ia kemudian menyaksikan timnya menderita kekalahan memalukan 0:5 dari Bayern München di kandang sendiri.
Saat itu ia terus mengingatkan diri sendiri "Menunggu adalah bagian dari sepakbola profesional, kekalahan juga."
Ia harus melakukan ini, kalau tidak ia tidak tahu apakah bisa menjaga ketenangan pikiran selama masa tunggu yang tak diketahui ujungnya.
Meski begitu, saat itu ia juga merasa sangat tidak rela.
Perasaan melihat timnya kalah sementara dirinya bahkan tidak punya kesempatan turun lapangan untuk membantu, sangat tidak enak dan memalukan.
Kali ini pun sama persis keadaannya.
Di balik bibirnya yang terkunci rapat, tersembunyi gigi yang digeretak keras.
Jika diperhatikan dengan seksama, pipinya tampak menonjol tidak wajar - pertanda otot yang menegang.
……
"Goblok goblok goblok goblok goblok!!!!" Sun Pan yang kebobolan itu duduk di tanah terus memaki. Ia mencaci diri sendiri: Gerakan keluar tadi benar-benar bodoh. Kalau tidak keluar, mungkinkah orang itu dengan mudahnya mengoper bola ke depan gawang? Kalau tidak keluar, pasti bisa menghadapi tendangan Sánchez dengan lebih baik...
Kebobolan ini adalah tanggung jawabnya.
Setelah Zhou Yi cedera, dia masih menepuk dada di grup dan berjanji pada Zhou Yi bahwa Zhou Yi bisa menikmati hasil kemenangan mudah di bangku cadangan tanpa perlu buru-buru pulih, fokus menyembuhkan cedera dan baru kembali di babak penyisihan.
Sekarang adalah waktunya untuk mendapatkan perhatian.
Hasilnya, kurang dari lima belas menit sejak kick-off, dia sudah kebobolan dua gol...
Yang hilang bukan hanya bola, tapi muka! Memalukan!
Yang Muge terengah-engah berat, menatap para pemain Chili yang sedang merayakan gol.
Pertandingan baru berjalan 15 menit, tapi dia sudah mulai merasa lelah... Ini belum pernah terjadi padanya yang memiliki stamina sangat baik. Bahkan saat menghadapi Derbi Ruhr pun tidak ada kondisi seperti ini.
Tekanan.
Kelelahan berasal dari tekanan yang besar.
Tiga belas menit sejak kick-off, tertinggal dua gol, banyak orang mulai diliputi ketakutan dan tekanan besar di hati mereka.
Dia melirik sekeliling, banyak yang merasakan hal sama dengannya.
Wajah Guo Nu memerah. Baru saja dia berusaha merebut bola dari kaki Sánchez, namun meski dibantu dua rekan setim, tetap gagal mengambil bola bersih malah membuat Sánchez menyodokkan bola keluar...
Yan Min menarik-narik rambutnya dengan tangan, ekspresi menyakitkan. Sudah tiga belas menit pertandingan, dia belum menunjukkan performansi di serangan, juga tidak membantu pertahanan, merasa dirinya seperti sampah.
He Ying menundukkan kepala membelakangi semua orang, berdiri di lingkaran tengah menunggu kick-off. Tak ada yang bisa melihat ekspresinya, juga tak ada yang tahu apa yang dipikirkannya.
Di akhir musim, mereka berdiskusi di grup tentang Piala Dunia yang akan segera dimulai, penuh semangat dan ingin menorehkan nama mereka dalam sejarah sepak bola Tiongkok maupun di panggung Piala Dunia.
Dengan pengalaman bertahun-tahun di Eropa dan kondisi prima, mereka yakin kombinasi ini meski tidak bisa menjamin kemenangan mutlak, setidaknya lolos grup bukanlah hal sulit di Piala Dunia.
Banyak harapan indah mereka gantungkan pada Piala Dunia ini.
Namun mimpi indah itu hancur berantakan sejak dua pertandingan pemanasan tak dimenangi, ditambah kondisi fisik Gao Hongbo yang ambruk di bawah tekanan.
Para pemain yang belum pernah merasakan Piala Dunia ini kini menyadari betapa jauh realita dengan ekspektasi mereka...
