Tapi sayangnya Zhou Yi tidak ada di lapangan, dan dia juga tidak mungkin dimasukkan sebagai pengganti.
Setelah Zheng Zhi menua, bermain di pertandingan intensif seperti ini membuat staminanya mulai tidak tertahankan.
Pada menit ke-86, Lippi kembali melakukan pergantian pemain, dia mengganti Zheng Zhi yang kehabisan stamina dengan Hao Junmin.
Kemudian dia juga mengganti Gao Lin dengan target man Yang Xu yang ahli dalam menyundul.
Dengan menggunakan semua kuota pengganti sekaligus, Lippi berharap Tim China bisa memenangkan pertandingan ini di menit-menit akhir.
Taktik terakhir Tim China sangat sederhana: umpan silang dari sayap dan bombardir sundulan di area tengah. Berharap bisa membobol gawang Chili.
Tapi kiper Chili Bravo seperti memakai cheat, menghadapi bombardir sundulan Tim China dengan penyelamatan heroik, menjaga gawang tetap bersih.
Di menit ke-92, Chili bahkan mendapat kesempatan serangan balik berkat performa gemilang Bravo.
Saat itu Tim China melakukan umpan silang ke depan gawang, Bravo dengan sigap maju menyambar bola. Langsung melempar bola dengan tangan untuk memulai serangan balik.
Chili dengan cepat melancarkan serangan.
"Hati-hati!" teriak Duan Xin.
Sánchez membawa bola melewati gelandang lalu mengoper. Dia memberikan bola kepada penyerang Piña yang baru saja masuk sebagai pemain pengganti.
Ini adalah ruang kosong yang sangat lebar!
"Bahaya..."
Setelah menerima bola, Piña membawa bola menyerbu area penalti Tim China.
Saat itu, hanya kiper Sun Pan yang menghadang di depannya!
Sun Pan sudah meninggalkan gawang dan maju menghadang.
"Peluang! Serangan balik melewati offside——!!" Komentator stasiun TV Chili berteriak penuh semangat.
Dalam teriakannya, Piña tidak mencoba melewati Sun Pan. Mungkin dia kurang percaya diri, akhirnya memilih langsung menembak.
Saat Piña menembak, Sun Pan menjatuhkan diri melakukan penyelamatan, memperluas area pertahanannya.
Kakinya berhasil menghalau tembakan Piña. Bola menghantam tulang keringnya dan memantul keluar.
Guo Nu berlari ingin membersihkan bola, tapi jaraknya terlalu jauh.
Bola akhirnya direbut pemain Chili Beausejour. Melihat gawang kosong, dia memutuskan menembak.
Dia menyesuaikan posisi lalu mengayunkan kaki untuk menembak.
Bola meluncur menyusur rumput menuju gawang.
Saat jantung suporter China nyaris melompat keluar, Sun Pan yang terjatuh bangkit dan dengan limbung menyambar bola lagi!
Seperti torpedo yang menyusur permukaan laut, dia menubruk bola dan menghempaskannya ke luar garis lapangan!
"Sun Pan! Di menit akhir pertandingan dia menyelamatkan tim! Meski kebobolan dua gol dan melakukan kesalahan selama pertandingan, kali ini dia menjadi pahlawan tim!"
"Dua penyelamatan beruntun, Sun Pan menunjukkan reaksi kedua dan ledakan tenaga yang luar biasa! Benar-benar penyelamatan kelas dunia!"
"Serangan balik melewati offside Piña ditepis... Masih ada kesempatan! Tendangan lanjutan Beausejour——! Ditepis lagi! Luar biasa! Kiper Tim China Sun Pan yang bermain untuk Chelsea melakukan penyelamatan dengan tingkat kesulitan tinggi!" Komentator Chili berteriak kaget. "Chili kehilangan peluang untuk mencetak gol penutup melawan Tim China! Sayang sekali!"
Sun Pan bangkit dari tanah, dia tidak mengangkat kedua tinju dengan euforia. Seandainya saat itu Tim China unggul 1-0 atas Chili, lalu Chili melancarkan serangan balik mematikan yang berhasil dia tepis, mungkin dia akan merayakannya dengan gegap gempita.
Tapi saat ini skor masih imbang, dia hanya berhasil menghindari kekalahan Tim China, namun penyelamatannya tidak bisa membawa kemenangan.
Inilah alasan emosi Sun Pan tidak tinggi.
Sebelum pertandingan dia membual besar, tapi hasilnya kebobolan dua gol selama pertandingan. Dengan performa seperti ini masih berani membanggakan diri?
……
Sun Pan sendiri tidak puas dengan penampilannya, tapi Tim Chili justru seperti mengalami pukulan berat.
Saat Beausejour melakukan tendangan lanjutan, Sánchez sudah tidak sabar mengangkat kedua tangan, bersiap merayakan gol dan kemenangan.
Namun ketika tangannya sudah terangkat, dia justru menyaksikan adegan yang sulit dipercaya——Sun Pan mengoper bola keluar garis lapangan!
Gol penutup Chile, dihentikan oleh Sun Pan!
Kedua tangannya yang terangkat ditarik ke bawah, menutupi kepalanya.
Ya Tuhan...
Dia bergumam dalam hati.
……
Sun Pan menyambar bola itu, memberi Chile tendangan pojok.
Tapi tembakan ini gagal masuk, menjadi pukulan berat bagi Chile. Tendangan pojok mereka melambung tinggi melewati kerumunan di depan gawang, menuju luar area penalti, memantul sekali lalu keluar garis lapangan - penguasaan bola kembali ke Tim China.
Dengan waktu pertandingan yang hampir habis, ini praktis berarti Chile kehilangan kesempatan mencetak gol lagi.
Sementara Tim China juga tidak berhasil mencetak gol.
Pada menit ke-94 dan 12 detik, wasit utama Duan Xin membunyikan peluit tanda berakhirnya pertandingan.
"Pertandingan berakhir..." Duan Xin tidak terlalu bersemangat, karena tahu hasil ini sangat kejam bagi Tim China. "Tim China akhirnya gagal mengalahkan Chile, keduanya bermain imbang 2-2. Hasil ini berarti peluang lolos grup kami semakin sulit... Bukan berarti mustahil mengalahkan Belanda dan Spanyol, tapi secara probabilitas kemungkinannya sangat-sangat kecil... Sayang sekali kami tidak menang. Ini partisipasi pertama timnas ini di Piala Dunia, mereka kurang pengalaman dan gugup di awal... Tentu absennya Zhou Yi sangat mengganggu performa tim..."
Pertandingan berakhir, para pemain China di lapangan terlihat frustasi dan murung. Mereka sebenarnya berharap bisa memenangkan pertandingan ini. Performa mereka di babak kedua sangat bagus, secara logika seharusnya mereka menang, tapi sepak bola tidak selalu mengikuti 'logika' bukan?
Saat kembali ke ruang ganti, semua masih terlihat murung. Suasana di dalam ruang ganti pun terasa agak membosankan.
Pelatih Lippi pergi menghadiri konferensi pers setelah pertandingan. Zhou Yi bangkit dan mulai menepuk-nepuk tangannya.
Tepuk tangannya berhasil menarik perhatian dan tatapan bertanya seluruh anggota tim.
"Lebih positif, setidaknya kita tidak KALAH. Saat tertinggal dua gol, banyak yang mungkin mengira kita akan KALAH, tapi akhirnya kita bisa menyamakan skor." Zhou Yi berkata. "Jadi belum seburuk itu, kita punya satu poin. Bukankah ini lebih baik daripada tidak punya poin sama sekali? Dalam sejarah juga ada contoh tim yang tidak menang di pertandingan pertama tapi akhirnya lolos grup. Jadi jangan terlalu frustasi, segera lupakan pertandingan ini dan lihat ke depan."
"Memang begitu katamu, Zhou Yi. Tapi bukankah lebih baik kalau menang?" Wu Lei menggelengkan kepala.
"Tentu. Tapi mana mungkin ada banyak 'jika-jika'?" Zhou Yi membuka tangan. "Pertandingan sudah selesai, jangan bicara tentang 'jika'. Intinya, mentalitas sangat penting. Aku belum kehilangan kepercayaan diri. Sekarang bicara tentang TAMAT atau tidak ada harapan masih terlalu dini."
“Mari kita analisis, apa yang harus kita lakukan selanjutnya untuk bisa lolos.” Zhou Yi melanjutkan. “Laga kedua lawan Belanda akan sangat sulit. Jika kita ingin lolos dari grup, menurutku sebaiknya JANGAN KALAH. Menang tentu bagus, tapi kemungkinannya sangat kecil. Tapi hasil imbang masih bisa dicapai. Jika kita berhasil imbang dengan Belanda, situasi apa yang akan terjadi?”
Zhou Yi mulai menulis di papan putih bekas pakai Lippi sambil menjelaskan situasi kepada semua orang. Kesal karena gagal memenangkan pertandingan sudah tidak berguna. Saat seperti ini harus melupakan pertandingan yang baru berakhir dan tenang memikirkan langkah selanjutnya.
“Kondisi A: Jika kita imbang dengan Belanda, sementara Chili KALAH dari Spanyol. Belanda 4 poin, Spanyol 3 poin, kita 2 poin, Chili 1 poin. Kondisi B: Jika kita imbang dengan Belanda, sementara Chili dan Spanyol imbang. Belanda 4 poin, kita 2 poin, Chili 2 poin, Spanyol 1 poin. Kondisi C: Jika kita imbang dengan Belanda, sementara Chili MENANG atas Spanyol. Belanda 4 poin, Chili 4 poin, kita 2 poin, Spanyol 0 poin.”
Zhou Yi menulis tiga skenario kemungkinan ini di papan putih.
Semua orang fokus memperhatikan penjelasannya. Kekecewaan karena gagal menang sebelumnya sudah mereka tinggalkan.
“Situasi A paling sederhana, asalkan kita mengalahkan Spanyol di laga terakhir, maka apapun hasil antara Belanda dan Chili, kita pasti lolos. Sejujurnya, menurutku kita belum tentu tidak mungkin mengalahkan Spanyol kali ini. Situasi B, kita menang atas Spanyol di laga terakhir, sementara Belanda dan Chili bermain imbang. Maka Belanda dapat lima poin, kita juga lima poin... Lihat, kita bahkan masih punya kesempatan bersaing juara grup dengan Belanda.” Zhou Yi mengangkat tangan. “Masih situasi B, kita menang lawan Spanyol, Belanda menang atas Chili, kita lolos. Bagaimana jika Chili mengalahkan Belanda? Kita dan Chili sama-sama mengumpulkan lima poin, sementara Belanda dapat empat poin, maka juara dan runner-up Piala Dunia sebelumnya akan tersingkir di fase grup.”
Saat mengatakan ini, Zhou Yi tersenyum: “Pemandangan itu pasti sangat indah. Oke, situasi C, kita menang lawan Spanyol di laga terakhir, Belanda menang atas Chili, kita dan Belanda lolos bersama. Jika Chili mengalahkan Belanda, kita dan Chili yang lolos bersama.”
“Yang terpenting datang.” Suara Zhou Yi meninggi. Semua orang sudah sepenuhnya terbawa dalam pembahasannya. Mendengar suaranya yang semakin keras, semangat mereka pun langsung berkobar.
"Kondisi C, di laga terakhir kita harus mengalahkan Spanyol, sementara Belanda dan Chili bermain imbang... maka situasi akan panas. Kita, Belanda, dan Chili akan sama-sama mengumpulkan lima poin. Di saat ini, kita harus bandingkan selisih gol. Saat ini selisih gol kita dan Tim Chili sama-sama nol, sedangkan Belanda dua. Jika di laga kedua kita bisa hasil imbang dengan Belanda, dan di laga ketiga Belanda dan Chili juga imbang, maka selisih gol Belanda tetap dua. Perbandingan selisih gol kita dengan Chili sebenarnya tergantung hasil pertandingan masing-masing melawan Tim Spanyol. Asalkan kita bisa mencetak lebih banyak gol daripada Chili saat melawan Spanyol, itu sudah cukup. Jadi sebenarnya, semuanya jadi sederhana."
Zhou Yi mengangkat penghapus dan membersihkan semua tulisan di whiteboard, lalu menulis sebuah kata: SPAIN.
Spanyol.
Kemudian dia menggambar tanda silang besar di atas nama Spanyol.
"Pada akhirnya kita hanya perlu mengalahkan Spanyol."
Seluruh grup terdiam, tidak menyangka analisis rumit Zhou Yi berujung pada kesimpulan sederhana ini.
"Itu... kok aku merasa juara bertahan kamu anggap seperti lawan yang mudah dihajar?" Sun Pan bergumam.
"Spanyol jelas bukan lawan mudah, tapi kalau mau lolos, kita harus mengalahkan mereka meskipun mereka juara bertahan." Zhou Yi tersenyum pada Sun Pan. "Kita harus punya kepercayaan diri dan keyakinan ini, kalau tidak lebih baik menyerah saja. Tapi aku tidak mau menyerah, jadi solusinya? Tentu harus mengalahkan Spanyol."
“Ada masalah, Zhou Yi.” Yang Muge mengangkat tangan. “Asumsimu ini semua harus berdasarkan premis bahwa kita harus bermain imbang melawan Belanda di pertandingan kedua...”
“Benar, Belanda yang baru saja mengalahkan Spanyol 5-1.” Zhou Yi mengangguk. “Tapi aku percaya pada kalian, aku yakin kalian pasti bisa. Terutama kamu Sun Pan...” Zhou Yi menoleh ke Sun Pan.
“Goblok, itu sudah pasti! Kalau aku kebobolan, gue bakal siaran langsung makan...” Sun Pan tidak tahan dengan tatapan Zhou Yi.
“Kamu berani siaran langsung pun kita enggak berani nonton. Lebih baik jangan.” Zhou Yi cepat-cepat melambaikan tangan. “Lagipula kalau kamu makan tai, sudah tanya perasaan teman serumahmu Zeng Cheng belum? Nanti dia harus tinggal sekamar sama orang yang mulutnya bau tai terus, kasihan...”
Zeng Cheng menutupi wajahnya: “Aku benar-benar membayangkan adegan itu...”
“Ini gambaran yang sangat...beraroma.” Kata Zhou Yi.
“Wanjir!” Teriak Sun Pan.
Yang lain tertawa terbahak-bahak, suasana muram di ruang ganti pun langsung sirna.
……
Saat Lippi selesai konferensi pers pasca pertandingan dan kembali ke ruang ganti, para pemain sudah naik ke bus.
Dia berkeliling sebentar di ruang ganti, hendak pergi ketika matanya menangkap papan tulis bekas pakainya.
Semua tulisan yang pernah dia buat sudah terhapus, digantikan tulisan "SPANYOL" dengan tanda silang besar di atasnya.
Lippi berhenti, terpaku memandangi papan tulis itu.
