Pertandingan Korea Selatan vs Rusia adalah laga terakhir pekan pertama fase grup.
Setelah itu, langsung dilanjutkan dengan pekan kedua fase grup.
Tim-tim Grup A kembali tampil.
Kali ini tuan rumah Brasil akan menghadapi Meksiko. Jika Brasil berhasil mengalahkan Meksiko, mereka yang sudah meraih Dua Kemenangan Beruntun akan memastikan lolos grup lebih awal.
Tapi di tengah sorak-semangat suporter Brasil, tim yang terkenal dengan serangan ganasnya justru kehilangan suara. Setelah bergulat selama 90 menit, kedua tim bermain imbang 0-0 tanpa gol!
Kedua tim sama-sama mengumpulkan 4 poin, tapi Brasil unggul selisih gol sehingga menduduki puncak grup, disusul Meksiko.
Pertandingan lain di grup ini antara Kroasia vs Kamerun baru akan digelar sore hari berikutnya, jadi situasi akhir prospek lolos grup masih belum jelas.
……
18 Juni, pertandingan pertama hari ini adalah antara Tim China melawan Belanda.
Waktu pertandingan adalah pukul 13.00 waktu setempat Brasil. Meskipun saat ini adalah musim dingin di belahan bumi selatan, namun bagi Brasil yang terletak di garis khatulistiwa, tidak ada perbedaan antara musim dingin dan panas. Sinar matahari siang hari tetap sangat terik.
Hal ini membuat para suporter China semakin mengkhawatirkan performa tim mereka.
Di ruang ganti tim tuan rumah di Stadion Belário, para pemain China sedang melakukan persiapan terakhir.
Dalam pertandingan ini, China mendapatkan status tuan rumah. Secara logika, seragam kandang Tim China sebenarnya adalah set putih. Seharusnya mereka mengenakan seragam putih untuk menghadapi Belanda. Seragam kandang Belanda berwarna oranye, sehingga tidak akan terjadi tabrakan warna dan mudah dibedakan.
Namun di dalam tim China ada pemungutan suara, karena semua tidak puas dengan desain seragam putih ini. Menurut takhayul, seragam ini terlihat seperti pakaian duka, dianggap sial dan tidak membawa keberuntungan. Semua pemain tidak menyukai seragam kandang putih yang disediakan Adidas ini.
Zhou Yi juga termasuk yang menentang seragam putih. Penolakannya terhadap seragam putih sudah dimulai sejak dia masih menjadi suporter. Saat itu seragam kandang Tim China memang berwarna putih.
Hingga kini dia masih belum mengerti: Bendera nasional kita merah, warna favorit rakyat kita juga merah, mengapa seragam kandang timnas justru berwarna putih? Di sebagian besar wilayah China, warna putih identik dengan "pakaian duka". Hanya dalam upacara pemakaman kita bisa melihat dominasi warna putih...
Selama ini dia mengira seragam merah itu yang merupakan seragam kandang, baru kemudian tahu ternyata dia salah, yang putihlah yang benar!
Dibandingkan warna putih, dia lebih menyukai seragam merah Tim China.
Dan ternyata banyak yang berpikiran sama dengannya di tubuh timnas. Hasil pemungutan suara saat itu, mayoritas ingin warna merah menggantikan putih sebagai warna seragam kandang.
Pada pertandingan sebelumnya melawan Chili, Tim China mendapatkan status tim tamu. Jika mengikuti prosedur Adidas untuk seragam Tim China dimana putih adalah warna kandang dan merah warna tandang, maka Tim China seharusnya memakai merah. Namun Chili sebagai tuan rumah yang seragam kandangnya juga merah - warna merah memang ada di bendera nasional mereka - akhirnya untuk menghindari kesamaan warna, Tim China terpaksa memakai seragam putih.
Alhasil pertandingan yang seharusnya dimenangkan gagal diraih...
Karena itu kali ini, meski Tim China mendapat status tuan rumah, mereka tetap memilih memakai seragam "tandang" berwarna merah.
Dengan demikian Belanda terpaksa meninggalkan seragam oranye kesukaan mereka dan beralih ke seragam putih.
"Sekarang, para pemain Tim China yang mengenakan seragam merah berada di ruang ganti, mendengarkan pelatih kepala Lippi berbicara: 'Tim Belanda sangat kuat, ini tidak perlu diragukan. Bisa dikatakan mereka adalah tim terkuat di grup ini. Tapi ini bukan alasan bagi kita untuk menyerah. Jika kita ingin lolos, pertandingan ini sama sekali tidak boleh kalah. Bagi kita, ini adalah pertarungan bertahan hidup, kalah berarti mati. Situasi sangat genting, tapi saya dengar di China ada pepatah ' (ditempatkan di situasi genting baru bisa bangkit)', sepertinya tidak ada waktu yang lebih cocok untuk pepatah ini daripada sekarang.'"
"Biarkan Tim Belanda melihat tekad kita!"
……
Dalam pertandingan ini, Lippi melakukan satu penyesuaian pada formasi pemain utama China: menarik keluar striker tengah Gao Lin yang menjadi starter di pertandingan sebelumnya, dan memasukkan Wu Lei.
Kemudian menempatkan He Ying di area tengah, Yan Min dan Wu Lei di posisi kiri-kanan.
Ini adalah formasi serangan balik yang khas. He Ying, Yan Min, dan Wu Lei semuanya memiliki kecepatan serta kemampuan individu dalam bertahan sendiri.
Selain itu, He Ying juga striker serba bisa yang bisa berperan sebagai poros serangan di area depan.
Di sisi Belanda, Van Gaal mempertahankan formasi awal yang sama dengan kemenangan telak 5-1 atas Spanyol di pertandingan sebelumnya, tanpa perubahan apapun.
Performa Tim Belanda saat melawan Spanyol memang sangat bagus. Sebagai pelatih tim, Van Gaal tidak punya alasan untuk mengubah formasi yang sudah berjalan mulus ini.
Saat sedang memenangkan pertandingan, penyesuaian tidak diperlukan.
Tim Belanda ini dalam kondisi prima, mereka percaya diri bisa menyapu bersih semua lawan yang menghadang. Baik itu Spanyol maupun... Tim China.
Tim China memang memiliki beberapa pemain yang tampil gemilang di liga Eropa, namun ketiadaan Zhou Yi yang merupakan elemen terpenting, sebenarnya menurunkan level ancaman tim ini di mata Tim Belanda.
Sebelum pertandingan, Van Gaal telah mempelajari rekaman pertandingan China vs Chile, terutama 15 menit pertama, untuk melihat bagaimana Chile berhasil unggul dua gol dalam waktu singkat.
Menurutnya, hal ini memiliki nilai pembelajaran bagi timnya sendiri.
Memang pada akhirnya China berhasil menyamakan kedudukan, tapi Van Gaal berpendapat itu karena masalah internal Chile sendiri yang melakukan kesalahan, ditambah kemampuan Chile yang tidak mendominasi China - kedua tim memiliki level seimbang sehingga hasil imbang sangat wajar dan adil.
Belanda jelas bukan Chile. Begitu Tim Oranje unggul dua gol, mustahil bagi China untuk menyamakan skor.
……
Setelah pertandingan dimulai, Belanda benar-benar melancarkan serangan gencar ke gawang China. Target mereka jelas: memanfaatkan kecepatan di awal pertandingan untuk menerobos pertahanan China, membuat mereka kewalahan, lalu berusaha unggul dua gol cepat seperti Chile.
Namun perkembangan selanjutnya tidak akan mengikuti skenario Chile.
Di menit kelima, China menguasai bola di area gelandang. Saat Yang Hao menguasai bola, dia ragu-ragu. Seharusnya dia mengoper ke depan, tapi bingung menentukan penerima umpan. Dalam sekejap, De Jong sudah menempel ketat.
Reputasi kerasnya Deng Jong sudah sangat terkenal, Yang Hao sedikit goyah, buru-buru berbalik mencoba mempertahankan bola. Tapi begitu ia berbalik, Sneijder sudah menekan lagi.
Yang Hao tak sempat mikir panjang, terpaksa melakukan operan mundur terburu-buru!
Namun karena operannya terlalu gegabah, Zheng Zhi gagal mengontrol bola. Operan Yang Hao melenceng, malah direbut Robben di belakang Zheng Zhi!
Robben yang merebut bola langsung menendang bola ke depan sekuat tenaga!
Lalu ia melakukan akselerasi, memaksakan diri menembus bek tengah Tim China Feng Xiaoting dengan mengandalkan kecepatannya.
Meski jaraknya masih cukup jauh dari Feng Xiaoting, kecepatannya benar-benar luar biasa. Tertinggal duluan tapi bisa menyusul, akhirnya berhasil menguasai bola di garis kotak penalti.
"Robben—Bahaya!" teriak He Pan.
Tapi selama proses ini, Feng Xiaoting tidak menyerah. Ia juga sprint sekuat tenaga mengejar Robben.
Berkat kejarannya tanpa henti, meski Robben berhasil menguasai bola, tak sepenuhnya bisa melepaskan diri darinya.
Jadi saat Robben menguasai bola di garis kotak penalti, ia kaget melihat Feng Xiaoting ternyata sudah menyusul!
Ini di luar perkiraannya.
Mungkin karena kaget dengan kejadian tak terduga ini, saat mengolah bola berikutnya Robben melakukan kesalahan. Ia menggiring bola terlalu jauh, tapi saat mau akselerasi kakinya limbung, gagal mendorong...
Feng Xiaoting buru-buru mempertahankan bola dan menyerahkan ke Sun Pan yang keluar.
Salah sangka.
“Hampir saja, hampir saja... Arjen Robben kehilangan akurasi di detik-detik akhir, kalau tidak bola ini benar-benar berbahaya... Tim China harus lebih hati-hati, operan mundur dari gelandang tidak boleh lagi terjadi kesalahan seperti ini...” Komentator pertandingan kali ini digantikan oleh He Ping yang biasa membawakan siaran La Liga dan Champions Eropa.
Sedangkan yang mendampinginya adalah komentator sepak bola domestik sekaligus pelatih Gong Lei.
“Pengolahan bola Yang Hao terlalu lama, dia harus menyadari posisinya. Bukan sebagai pengatur permainan, dia harus tegas dalam mengolah bola. Cukup operkan ke rekan setim di sekitarnya, jangan memaksakan umpan mati...” Gong Lei juga mengkritik cara Yang Hao menangani bola tadi.
“Untung Feng Xiaoting tidak menyerah dalam bertahan. Meski ketinggalan kecepatan oleh Robben, tetap melakukan pressing gila-gilaan hingga akhirnya berhasil mengejar di area penalti...”
“Sebenarnya kecepatan Feng Xiaoting tidak lambat. Dia salah satu bek tengah dalam negeri yang punya sprint speed luar biasa.” Gong Lei yang merupakan pelatih tim CSL tentu paham kondisi pemain domestik. “Lippi pasti juga memperkuat sistem pertahanan. Fokus bek-bek jelas meningkat. Kejadian tadi memang insiden tak terduga, tapi reaksi Feng Xiaoting sangat cepat. Garis batas kita di pertandingan ini adalah TIDAK BOLEH KALAH, jadi pertahanan sangat vital...”
Robben yang gagal memanfaatkan peluang itu tersenyum pasrah dalam close-up kamera.
"Komentator stasiun TV Belanda tidak bisa memahami mengapa Arjen Robben tiba-tiba gemetar di momen paling krusial..."
"...Tapi tak masalah, pertandingan baru berjalan lima menit. Kita masih punya banyak kesempatan!"
Akhirnya dia berhasil memberikan kepercayaan diri pada suporter Belanda yang menonton di depan televisi.
