Di ruang ganti tim Spanyol, suasana agak muram.
Ini pertarungan harga diri mereka, tapi di babak pertama selain Villa yang menunjukkan tekad, pemain lain tampak kehilangan semangat.
Del Bosque jelas tidak bisa puas dengan performa tim di babak pertama.
Tapi dia juga tidak bisa langsung mengkritik keras para pemain. Setelah dua kekalahan sebelumnya, dia sudah merasakan kendalinya atas tim ini tidak sekuat empat tahun lalu.
Jika dia mencaci habis pemain timnas di jeda babak, bukan tidak mungkin di babak kedua Spanyol justru akan runtuh total di lapangan.
“Tim ini telah memenangkan semua gelar juara dalam tiga turnamen besar terakhir, kehormatan bagi mereka mungkin sudah terlalu banyak sampai membuat bosan, tidak lagi dihargai. Terus terang, ini adalah tim tanpa ambisi.”
“Jadi Del Bosque hanya bisa membujuk mereka.”
“Dalam udara yang membosankan, dia mulai memuji performa tim di babak pertama, menyalahkan ketertinggalan skor pada kesialan.”
“Ucapan ini sebenarnya masuk akal.”
“Tembakan tumit Villa yang begitu brilian dan mendadak, hampir sempurna, tapiSun Pan menyambar bola keluar, kalau bukan kesialan lalu apa?”
“Umpan silang atau tembakan Zhou Yi yang tidak disengaja mengenai Guo Nu, tiba-tiba saja membuat Tim China mencetak gol, kalau bukan kesialan lalu apa lagi?”
“Begitu Del Bosque menyebut kesialan, pemain Spanyol langsung teringat dua momen ini di otak mereka.”
“Banyak yang merasa pernyataan ini benar, kemampuan tim mereka memang kurang beruntung.”
“Tapi kesialan tidak mungkin terus mengelilingi kita, tak ada yang sial selamanya. Di babak kedua, selama kita masih punya harapan dan kepercayaan diri akan kemenangan, kita bisa mengalahkan mereka. Ingat, dari segi kemampuan tim secara keseluruhan, kita lebih unggul. Mereka hanya mengandalkan formasi pemain utama, kurang kedalaman bangku cadangan dan perubahan...”
“Del Bosque mulai terus menerus menanamkan kepercayaan diri, memastikan mereka bertahan melanjutkan pertandingan.”
Di sisi lain, Lippi memuji performansi tim di babak pertama, lalu mengingatkan para pemain agar tidak cepat puas dan terlalu euforia hanya karena unggul 1-0. Kemampuan Spanyol masih sangat kuat, jika lengah kita bisa tergigit usaha sia-sia mereka. Ini jelas bukan hasil yang diinginkan Tim China.
"......Jika ada kesempatan mencetak gol, kalian harus tegas memanfaatkannya. Jangan ragu. Kalau sudah menyerang, habisi musuh sampai tuntas, jangan sampai terluka oleh serangan balik mereka," kata Lippi.
Di sisi taktik, dia justru tidak banyak berkomentar. Secara strategis, semua sudah diatur dengan matang, tinggal bergantung pada eksekusi pemain di lapangan.
Para pemain utama sendiri memiliki eksekusi taktik yang cukup baik. Terutama dengan kehadiran Zhou Yi yang pemahamannya terhadap maksud taktik pelatih bisa dibilang masuk tiga besar di sepakbola dunia saat ini - sama sekali tidak berlebihan.
Kehadirannya membuat pekerjaan pelatih kepala menjadi jauh lebih mudah.
……
Lima belas menit jeda babak pertama berlalu cepat. Penonton di depan televisi yang sudah menahan deretan iklan panjang, kemudian menyaksikan rekam ulang highlight babak pertama bersama presenter dan tamu undangan. Layar kemudian beralih ke Stadion Besaid.
Pemain Tim China sudah berjalan keluar dari koridor menuju lapangan. Zhou Yi sedang berbincang dengan rekan setimnya sambil menutupi mulutnya dengan satu tangan - kebiasaan yang dibawanya dari liga Eropa.
Entah apa yang dia katakan, semua rekan tertawa terbahak-bahak. Wajah setiap pemain Tim China terlihat santai dan rileks.
“Tim China sekarang unggul, tentu mereka boleh merasa senang dan santai. Ini seharusnya hal yang wajar, tapi di mata sebagian orang, maknanya sama sekali berbeda.”
“Di dunia maya, seorang netizen memposting di Weibo bahwa pemain Tim China tidak serius, masih bisa tertawa-tawa dalam pertandingan hidup-mati sepenting ini. Dia juga mengungkit kejadian babak pertama saat Zhou Yi dan Guo Nu terang-terangan bercanda di lapangan, menganggap itu tidak menghormati lawan. Menurutnya, jika Tim China akhirnya kalah, dia sama sekali tidak akan terkejut.”
“Tentu saja, unggahan unik ini langsung dibanjiri komentar sarkastik dari suporter China yang piawai mengolok-olok dan mengejek.”
“Bocah, lu udah berapa banyak uang yang dipertaruhkan buat judi Timnas kalah?”
“Dasar otak enggak di colokan! Timnas China ganggu istri lu atau mukulin anak lu?”
“Kalau pemain tegang dibilang mentalitas jelek. Pas senyum-senyum dibilang tidak sopan ke lawan. Ah lu mah sok suci, mending ke surga aja sana!”
“Kerjaan nggak becus, ilmu nggak punya. Mulut doang jago, kritik sana-sini!”
“Akunnya malah ada verifikasi penulis finansial. Mending lu urus tulisan keuangan aja, sepak bola yang tinggi ini jangan dipaksa sok ngerti!”
……
“Tapi ada juga yang penasaran: sebenarnya apa sih yang Zhou Yi bisikin ke rekan setim sampai heboh gitu?”
“Sebenarnya simpel: Zhou Yi cuma mengolok-olok Guo Nu lagi.”
“Lao Guo ya, tadi aku perhatikan, rambut di area atas kepalamu jelas lebih tipis dan lembut dibanding area lain. Hati-hati ya…” ujunya dengan nada serius kepada Guo Nu.
Mendengar ini, Lao Guo langsung tersentak, tahu Zhou Yi akan mulai mengejeknya. Ia buru-buru bercanda lebih dulu: “Tak perlu khawatir! Paling-paling jadi Zizou kedua! Cuma botak saja!”
Zhou Yi menggelengkan kepala: “Bukan, maksudku kau harus mengurangi sundulan. Garis rambutmu bisa makin naik karena gesekan bola, nanti jadi botak depan seperti gaya samurai Jepang kuno! Botak miring masih lebih baik!”
“Dasar kau…” Guo Nu tak menyangka ejekan Zhou Yi ternyata jebakan berlapis.
Rekan setim di sekitar mereka tertawa terbahak-bahak.
Setelah tawa mereda, Zhou Yi mengangkat tangan memberi isyarat tenang.
Semua langsung serius menatapnya, tahu ia akan menyampaikan sesuatu penting.
“Masih 45 menit. Unggul satu gol belum aman. Jika memungkinkan, kita harus mencetak lebih banyak gol untuk mengunci kemenangan. Di babak kedua, percepat ritme permainan, lakukan pressing menyeluruh. Saat merebut bola, langsung serang balik. Jika bingung, berikan bola padaku – di manapun posisiku, aku pasti akan berada di dekat kalian…”
Semua mengangguk setuju, menerima strategi Zhou Yi.
“Ini pasti bukan pertandingan terakhir kami di Piala Dunia kali ini.” Zhou Yi berkata akhirnya. “Kita pasti bisa melangkah lebih jauh!”
“Benar! Melangkah lebih jauh!”
Serentak semua bersorak.
Zhou Yi kemudian mengulurkan tangannya. Pemain lain menumpangkan tangan mereka di atasnya. Bersama-sama mereka berseru: “Satu dua tiga, Semangat Tim China!!!”
Setelah itu, mereka kembali ke posisi masing-masing untuk memulai babak kedua.
……
Kedua tim bertukar sisi lapangan tanpa melakukan perubahan formasi pemain.
Tim Spanyol terlihat belum sepenuhnya pulih dari jeda babak pertama, sementara Tim China tampil sangat agresif.
Babak kedua dimulai dengan sepak mula Tim China - kabar baik bagi Zhou Yi.
Setelah menguasai bola, dia tidak mengoper ke belakang atau menyamping, melainkan langsung melesatkan umpan silang panjang ke sayap kiri yang dijaga Yan Min.
Umpan panjang itu sangat cepat dan presisi.
Yan Min mengontrol bola dengan dadanya dengan mulus.
Dia langsung menggiring bola ke depan memulai serangan.
Saat pusat gravitasi pertahanan Spanyol bergeser ke sayap kiri, hambatan pertahanan yang dihadapinya semakin kuat. Masih mungkin menerobos, tapi persentase keberhasilannya rendah dan berisiko.
Sebelumnya mungkin dia akan nekat menerjang pertahanan lawan.
Tapi sekarang tidak perlu! Zhou Yi ada di lapangan!
Saat Yan Min menggiring bola ke depan, Zhou Yi yang telah memberikan umpan tadi langsung berakselerasi menyusup ke area pertahanan lawan.
"Saat ini ketika dia menghadapi hambatan, Zhou Yi tepat berada di dekatnya."
"Yan Min pun menghentikan bola dan memberikan umpan kepada Zhou Yi."
"Menghadapi umpan Yan Min, Zhou Yi tidak mengontrol bola. Alih-alih, dia langsung menyodok bola ke depan menggunakan punggung kaki luar kaki kanannya."
"Bola melambung, membentuk akurasi lengkung di udara, melewati lini pertahanan Spanyol, dan mendarat di ruang kosong sisi kanan area penalti."
"Gol! Umpan indah Zhou Yi!"
"Wu Lei muncul di ruang kosong itu. Daripada mengontrol bola, dia memilih langsung melakukan voli udara!"
"Tentu saja, tembakannya melambung terlalu tinggi..."
"Wu Lei! Terlalu tinggi! Tapi tidak masalah. Logikanya benar, pergerakan posisi juga bagus, pilihan tendangan keras itu tepat. Jika dia mengontrol dulu, mungkin sudah ditempel bek Spanyol dan kehilangan kesempatan menembak... Yang penting, ini menunjukkan semangat Tim China!" Liu Jianhong terus memuji dan memotivasi para pemain China.
"Wu Lei sendiri sangat menyesali kegagalannya memanfaatkan kesempatan berkesulitan tinggi ini. Dia menyangga kepala dengan kedua tangan, lalu berjongkok dan memukul rumput di area penalti Spanyol."
"Ketika seorang pemain merasa kesal karena gagal memanfaatkan peluang seberat ini, justru membuktikan peningkatan kepercayaan dirinya."
"Dalam pertandingan sepenting Piala Dunia, kepercayaan diri adalah faktor krusial."
