Setelah pertandingan dimulai kembali, Tim Brasil kembali melancarkan serangan ke gawang Tim China. Para suporter Brasil di tribun berteriak-teriak menyemangati tim mereka, berharap bisa membobol gawang China. Namun baik Neymar, Hulk, Roque Santa Cruz, maupun pemain lain gagal menaklukkan gawang yang dijaga Sun Pan.
Babak pertama perpanjangan waktu berakhir setelah tambahan tiga menit, skor tetap 1-1.
"Babak pertama perpanjangan waktu telah usai, Brasil masih belum bisa menembus pertahanan China. Tim China bertahan dengan sangat baik di babak pertama. Bagi China, mengulur pertandingan hingga adu penalti sudah merupakan kemenangan. Mental pemain Brasil pasti sangat terganggu..." komentar He Ping.
Dalam perpanjangan waktu, tidak ada waktu istirahat khusus antara dua babak. Semua pemain langsung berpindah ke separuh lapangan lawan untuk memulai babak berikutnya.
Tapi ini hanya aturan teoritis. Pada praktiknya, tak banyak pemain yang benar-benar mematuhinya.
Tak ada yang berjalan lurus dari separuh lapangan kiri ke kanan, atau sebaliknya.
Mereka semua berjalan dalam garis melengkung: turun ke pinggir lapangan untuk minum, mengisi cairan tubuh, sambil memberi kesempatan para pelatih melakukan penyesuaian taktis, baru kemudian meninggalkan bangku cadangan masing-masing menuju separuh lapangan mereka.
Karena waktu sangat terbatas, para pelatih lebih banyak memberi motivasi kepada pemain: "Bertahan, bertahan, dan terus bertahan!" daripada mengubah taktik.
Kembali ke lapangan, babak kedua perpanjangan waktu pun dimulai.
Menit ke-107, Brasil mendapatkan tendangan pojok. Neymar mengirim bola ke area depan gawang. Roque Santa Cruz menyundul dari jarak dekat, tapi sundulannya melambung tinggi.
Menit ke-108, Tim China melancarkan serangan. Zhou Yi mengirim umpan silang akurat dari lini belakang ke Yan Min di depan.
Yan Min menggiring bola dengan garang menuju gawang Brasil.
Namun stamina-nya sudah jauh berkurang. Setelah sprint panjang, tenaganya nyaris habis.
Saat menembak akhir, kaki tumpuan tak mantap. Tembakannya melambung tinggi.
"Yan Min... Sayang sekali!"
Tak ada yang menyalahkan penyelesaian tembakan Yan Min. Semua tahu stamina pemain ini terkuras habis. Sepanjang pertandingan ia terus berlari, ditambah sprint penuh bolak-balik sebagai pemain sayap yang sangat menguras tenaga.
Dengan pengorbanan sebesar itu, wajar jika Yan Min gagal memanfaatkan peluang ini.
Menit ke-112, Dani Alves memilih menembak dari luar area penalti. Tembakannya juga melambung tinggi.
Menit ke-115 Zhou Yi membalas dengan tendangan jauh dari luar kotak penalti Brasil. César menyambar bola keluar. Wu Lei yang ingin menyambar rebound gagal mengontrol bola hingga melenceng dari gawang.
Tinggal lima menit lagi babak perpanjangan waktu berakhir. Brasil menggempur area penalti China dengan serangan bertubi-tubi.
Beberapa kali China sebenarnya punya peluang serangan balik, tapi tekanan Brasil begitu kuat hingga mereka tak bisa mengembangkan serangan.
“Mundur total ke area penalti, pastikan jangan kebobolan dulu.”
Di menit ke-117, Ramirez melepaskan tembakan dari sekitar busur kotak penalti, namun melenceng.
Di menit ke-119, Hulk menerima umpan terobosan Neymar dan menghajar bola dengan kaki kanan di tepi area penalti, namun bola mengenai mistar gawang.
Insiden ini membuat suporter Brasil di tribun terkejut, seluruh Stadion Mineirão bergemuruh dengan teriakan kaget.
“Hulk! Dia hampir menyelesaikan pertandingan dengan gol penutup ke gawang China!”
Setelah tembakan Brasil ini, Tim China melakukan pergantian ketiga: Zhao Xuyang masuk menggantikan Yan Min yang kondisi fisiknya lemah.
Pergantian ini selain untuk mengulur waktu, juga mempersiapkan adu penalti berikutnya.
Berbeda dengan babak pertama perpanjangan waktu, babak kedua berjalan lancar dengan injury time hanya dua menit.
Jika tidak ada kejutan, Brasil mungkin tetap kesulitan menembus gawang yang digawangi Sun Pan dalam dua menit injury time ini.
Saat Brasil sedang menguasai bola, tribun kembali bergemuruh dengan siulan keras.
Ini semua berasal dari suporter Brasil - entah siulan ini ditujukan pada injury time dua menit yang dinilai kurang, atau kekecewaan pada performa pemain Brasil, tak ada yang tahu pasti...
Di tengah gemuruh siulan ketidakpuasan suporter Brasil, wasit utama Webb membunyikan peluit tanda berakhirnya 90 menit pertandingan.
"Perpanjangan waktu berakhir! Kedua tim akan menghadapi adu penalti paling kejam!" He Ping menaikkan volume suaranya. "Menghadapi tuan rumah yang agresif, Tim China bermain dengan ketangguhan luar biasa. Mereka berhasil menyamakan skor setelah kebobolan satu gol terlebih dahulu. Selanjutnya berulang kali menggagalkan serangan Brasil... Pertandingan sampai pada tahap ini bisa dibilang sangat mengejutkan bagi Brasil. Saya rasa tak ada satu pun warga Brasil yang mengira sebelumnya mereka akan adu penalti melawan Tim China..."
He Ping benar, sebelumnya orang Brasil memang tak pernah membayangkan babak 16 besar akan sampai pada tahap adu penalti. Di benak banyak suporter Brasil, pertandingan ini bahkan tak perlu sampai perpanjangan waktu, 90 menit saja sudah cukup menyelesaikan pertarungan.
Tapi sekarang...
Komentator TV Brasil sangat kecewa dengan hasil ini: "Pertandingan berlangsung 120 menit, kami hanya mencetak satu gol, itupun bukan dari pemain kami sendiri. Setelahnya tak bisa mencetak gol lagi... Sekarang pertandingan terseret ke adu penalti. Ini kesempatan bagus bagi China. Sebelum pertandingan beredar kabar tim Lippi telah melakukan latihan khusus penalti berkali-kali..."
Hatinya mulai mengkhawatirkan sesuatu.
……
Pemain dari kedua tim kembali berkumpul di sekitar pelatih masing-masing untuk beristirahat.
Sementara itu kedua pelatih sedang menyusun daftar penendang penalti dan urutan eksekusi.
Di Timnas China memang tidak ada penendang penalti tetap.
Jika mendapat penalti dalam waktu pertandingan normal, pemain dengan kondisi terbaik yang akan mengeksekusi. Biasanya mereka yang mengajukan diri. Hanya yang sangat percaya diri berani maju untuk mengambil penalti, sehingga kondisi mental penendang diperkirakan lebih baik dibandingkan pemain yang sudah ditentukan sebelumnya.
Tentu bukan berarti mental pemain yang ditunjuk buruk. Umumnya eksekutor penalti yang ditetapkan adalah yang terbaik dalam tim, makanya dipilih.
Masalahnya, kondisi dan emosi pemain terus berfluktuasi selama pertandingan. Tidak ada jaminan pemain berlevel penalti tinggi tidak mengalami guncangan psikologis atau ketidakseimbangan mental.
Dalam sepak bola, ada contoh pemain yang biasanya stabil dalam penalti tapi gagal saat eksekusi di pertandingan.
Karena Tim China tidak punya penendang penalti tetap, Lippi memilih berdasarkan kondisi pemain saat pertandingan.
Tim China berlatih khusus penalti sebelum laga, sehingga Lippi sudah punya gambaran jelas tentang kemampuan penalti para pemain.
Dia hanya perlu mengurutkan berdasarkan kondisi pertandingan, stamina, dan emosi.
Di papan tulis, dia menuliskan nama-nama kandidat lalu memberi nomor urut di depan setiap nama.
Berdasarkan daftar ini, pemain pertama yang mengeksekusi penalti adalah veteran Zheng Zhi yang masuk di babak kedua.
Meski berusia lebih tua, Zheng Zhi memiliki keunggulan stamina karena masuk sebagai pemain pengganti. Pengalaman luas dan rekam jejak eksekusi penalti membuatnya kandidat ideal untuk penalti pertama.
Pemain kedua yang tampil adalah He Ying. Sebagai penyerang, teknik tendangannya pasti tidak diragukan. Dalam hal mentalitas, dia juga tidak kalah. Setelah menjalani latihan di Champions Eropa, dia memiliki jantung yang kuat untuk menahan tekanan.
Pemain ketiga yang tampil adalah Wu Lei. Di klub, Wu Lei adalah eksekutor penalti utama tim. Meskipun muda, pengalaman mengeksekusi penalti-nya sangat kaya. Selain itu, dia juga masuk sebagai pemain pengganti di babak kedua sehingga memiliki keunggulan stamina.
Eksekutor penalti keempat Tim China adalah Yang Muge. Sebagai gelandang bertahan tim, jumlah golnya baik di timnas maupun klub sangat minim. Namun yang penting dalam penalti bukanlah teknik menembak, melainkan mentalitas. Dalam hal ini, Yang Muge memiliki keunggulan.
Pemain terakhir yang tampil adalah Zhou Yi. Di Borussia Dortmund dia bukan eksekutor penalti, namun memiliki rekam jejak mengeksekusi dan mencetak gol penalti. Baik mentalitas maupun teknik tendangan penaltinya tidak bermasalah. Pelatih Lippi menempatkannya di posisi terakhir untuk memberikan pukulan mematikan bagi Tim China.
Jika setelah lima babak penalti masih imbang, pengaturan eksekutor berikutnya mengharuskan semua pemain yang belum tampil - termasuk kiper - untuk mengambil penalti secara bergiliran. Pengaturan ini tidak serumit lima pemain pertama.
Setelah menyusun daftar penalti, Lippi mengumumkan pengaturannya kepada para pemain, lalu berkata kepada pemain yang sedang dipijat: "Jangan khawatir tentang penalti, neraca kemenangan telah miring ke arah kita. Orang Brasil sama sekali tidak menyangka mereka akan bermain adu penalti melawan kita, jadi saya berani bertaruh mereka sama sekali belum melakukan latihan penalti. Hasil ini sangat tak terduga bagi mereka, mereka tidak siap dan harus terburu-buru turun ke lapangan. Sedangkan kita, berapa banyak persiapan yang sudah kita lakukan untuk pertandingan ini? Dalam penalti, bukan soal siapa yang lebih hoki yang akan menang, tapi siapa yang persiapannya lebih matang. Keberuntungan berasal dari persiapan dan usaha yang kamu lakukan sebelumnya. Dalam hal ini, kita jauh lebih unggul dari Brasil, jadi tidak perlu khawatir, mainlah dengan berani!"
