Saat tembakan He Ying yang mengarah ke sudut kiri bawah gawang berhasil ditepis oleh César, para pemain Tim China yang berdiri di sekitar lingkaran tengah serentak memegangi kepala, menunjukkan ekspresi penyesalan dan keterkejutan.
Sementara para pemain Brasil di sebelah mereka menghela napas lega sebelum kemudian bersorak gembira.
Ketika William gagal mengeksekusi tendangan melenceng, ekspresi mereka persis seperti pemain China saat ini.
Pemain ketiga Brasil, Marcelo, menendang ke arah kanan. Sun Pan berhasil menebak arah yang benar, namun kekuatan tendangan Marcelo terlalu besar. Meski sudah menebak arah, kecepatan penyelamatannya masih kurang. Bola akhirnya melesat masuk melewati ujung jarinya!
"Aduh, Sun Pan sudah menebak arah tapi gagal menghalau... Skor penalti Tim China sekarang tertinggal 1-2..." komentar He Ping dengan nada menyesal.
Sun Pan yang lebih frustasi memukul rumput lapangan dengan keras setelah terjatuh. Sorakan ejekan suporter Brasil menggema di belakangnya.
Dengan kepala tertunduk, ia meninggalkan gawang. César berpapasan dengannya dan mengambil posisi di depan gawang.
Giliran Tim China mengeksekusi tendangan penalti.
Wu Lei, eksekutor ketiga China, berlari kecil menuju bola untuk mempersiapkan tendangan.
Suporter China di depan televisi menahan napas, menatap tegang ke layar kaca.
Di bawah sorotan ratusan juta pasang mata, Wu Lei menempatkan bola dengan cermat sebelum mundur menunggu sinyal wasit utama.
Peluit berbunyi!
Wu Lei melakukan lari ancang-ancang, lalu menendang bola!
Tapi saat bola melayang ke gawang, He Ping tiba-tiba merasa cemas - tendangan Wu Lei tidak mengarah ke sudut kiri bawah maupun kanan bawah, melainkan semi-voli ke sisi kanan César... Ini jenis tendangan favorit kiper!
Benar saja, César menyambar ke kanan, kedua tangannya berhasil menghalau tendangan Wu Lei!
"Aaaaaa!!" Komentator Brasil berteriak histeris, "César! César!! Dia berhasil menepis dua penalti Tim China berturut-turut!!"
Stadion Mineirão bergemuruh oleh sorakan dan tepuk tangan yang mengguntur.
Setelah sukses melakukan dua penyelamatan beruntun, César bangkit sambil menepuk-nepuk dadanya dengan penuh keyakinan - sikap khas kiper yang percaya diri.
Orang Brasil bersukacita, sementara orang China meratapi nasib.
Wu Lei yang gagal mengeksekusi penalti itu menunduk lesu, kedua tangan menutupi wajahnya. Di momen paling krusial, dia gagal bertahan menghadapi tekanan.
Kegagalan He Ying sebelumnya jelas mempengaruhi emosinya, membuat tendangannya ragu-ragu dan justru mengarah ke spot favorit kiper...
Jika Timnas Tiongkok tersingkir, dia pasti akan jadi bulan-bulanan kemarahan suporter seluruh negeri, dicap sebagai penjahat sepak bola Tiongkok...
Membayangkan masa depan itu, Wu Lei gemetar ketakutan.
Bahkan dia sendiri tidak tahu bagaimana dia kembali ke tengah tim. Baru setelah semua orang datang menepuk bahu dan kepalanya untuk menghibur, dia menyadari bahwa dirinya sudah berada di antara rekan setim.
……
Pemain keempat Brasil yang mengambil penalti adalah Hulk. Kegagalan Wu Lei dalam eksekusi penalti mengurangi tekanan pada dirinya. Saat berjalan ke titik penalti, dia terlihat sangat santai.
Setelah bola diletakkan, wasit utama membunyikan peluit. Dia mulai melakukan ancang-ancang.
Berbeda dengan rekan setimnya yang mengambil ancang-ancang lebar, Hulk berlari dengan langkah kecil sambil terus mengamati pergerakan Sun Pan.
Tapi Sun Pan berdiam di depan gawang seperti patung, sama sekali tidak memperlihatkan arah mana yang akan dia sambar.
Ini membuat Hulk panik seketika. Rencana awalnya adalah melihat gerakan Sun Pan dulu sebelum memutuskan arah tendangan. Tapi karena Sun Pan tidak bergerak, dia jadi bingung... Meski ancang-ancangnya pendek dan kecepatannya tidak tinggi, tetap ada saatnya dia harus menendang. Begitu sampai di depan bola, dia harus segera menembak.
Dalam kebingungannya, pikiran terakhir Hulk adalah: "Lupakan, tendang saja ke tengah! Anak itu selalu menyambar ke samping di tiga penalti sebelumnya, tidak pernah bertahan di tengah!"
Hulk kemudian melepaskan tendangan rendah yang menghujam ke tengah gawang.
"Sun Pan memang condong ke kanan saat Hulk mengangkat kaki, tapi dia segera melihat bola justru terbang ke posisinya. Maka dia membatalkan niat untuk menyambar, tubuhnya miring ke kanan sementara kaki tertinggal di belakang."
"Saat tendangan penalti Hulk melesat, tepat bertabrakan dengan kaki Sun Pan dan ditendang keluar!"
"SUN PAN——!!!" He Ping berdiri sambil mengangkat tangan. "Sun Pan! Di momen genting ini! Dia menepis penalti Hulk! Penyamatan ini sangat krusial! Sangat menentukan!"
Seluruh Stadion Mineirão gemuruh dengan teriakan kaget dan erangan kecewa saat penalti Hulk gagal.
Di tengah suara itu, Sun Pan bangkit dari tanah. Dia berbalik menghadap suporter Brasil di tribun belakang yang menyangga kepala, meremas bendera nasional China di dadanya dan menunjukkannya pada mereka.
Akhirnya tiba saatnya balas dendam, dengan cara yang dikuasai seorang kiper.
……
Saat Sun Pan menepis penalti Hulk, Tim China juga bersorak gembira. Wu Lei diam-diam melegakan napas.
Selanjutnya, jika Yang Muge yang tampil keempat bisa mencetak gol, agregat skor akan kembali imbang antara China dan Brasil. Kedua tim kembali ke titik seimbang.
Beberapa orang telah memandang ke arah Yang Muge, tapi tak ada yang berani berkata-kata, khawatir memberi tekanan padanya.
Saat Yang Muge hendak melangkah maju untuk mengeksekusi penalti, Zhou Yi memanggilnya dari belakang: "Lao Yang, beban seberat seribu kilogram ada di bahumu."
Dengan tersenyum dia berkata pada Yang Muge. Ucapan ini membuat pemain China lain terkejut - bukankah seharusnya menghindari mengingatkan tekanan pada Yang Muge? Bukankah seharusnya meremehkan situasi sulit ini? Mengapa Zhou Yi sengaja membahas hal yang tidak perlu?
Mendengar perkataan Zhou Yi, ekspresi wajah Yang Muge sama sekali tidak berubah. Dengan tenang ia mengangguk, lalu berbalik dan berjalan maju.
Beberapa pemain Tim China yang melihat ini mengira pasti Yang Muge menjadi gugup karena ucapan Zhou Yi, sampai-sampai tidak bisa bicara.
Tapi Zhou Yi tetap tersenyum, seolah tidak sadar telah melakukan kesalahan.
……
"Pemain keempat yang akan mengeksekusi penalti untuk Tim China adalah Yang Muge, gelandang bertahan Schalke 04. Dia bukan penyerang ulung, hanya mencetak 1 gol selama di Schalke 04, dan tidak pernah tercatat mengeksekusi penalti..." Komentator Brasil menjelaskan profil Yang Muge kepada suporter Brasil. Berdasarkan data di tangannya, pemain ini bukan penendang penalti andal. Bahkan ia tak mengerti kenapa Lippi menempatkan Yang Muge sebagai eksekutor keempat.
Perlu diketahui, babak keempat dalam adu penalti adalah titik persimpangan yang sangat krusial. Banyak pemain terjebak di sini, banyak tim berhenti di titik ini, bahkan belum sempat sampai ke babak kelima saling menendang penalti.
Menurut statistik ESPN, tingkat keberhasilan penalti tertinggi dimiliki penyerang dan bek. Penyerang mencapai 83%, bek 74%, sedangkan gelandang hanya 71%.
César telah berhasil menepis dua penalti Tim China secara beruntun. Dalam kondisi prima saat ini, menghadapi pemain baru yang belum pernah menendang penalti sebelumnya, pasti memiliki keunggulan mental.
Asalkan dia bisa menepis tendangan penalti Yang Muge, keunggulan akan kembali ke tim Brasil, sementara tekanan dialihkan ke Tim China...
Saat komentator TV Brasil terus mengoceh memperkenalkan Yang Muge, sang pemain telah menempatkan bola dengan rapi. Dia mundur dua langkah, menoleh ke wasit utama Webb.
César membuat gerakan mengganggu di depannya, mengibas-ngibaskan tangan, tapi sama sekali tidak diperhatikan oleh Yang Muge.
"Jika Yang Muge bisa mencetak gol dari penalti ini, kita akan menyamakan skor dengan Brasil..." kata He Ping dengan suara pelan dan nada yang tidak terlalu meyakinkan.
Begitu ucapannya selesai, peluit Webb pun berbunyi.
Bunyi peluit nyaring menggema di atas Stadion Mineiro. Seperti pelari 100 meter, Yang Muge langsung mulai lari ancang-ancang begitu peluit berbunyi.
Dua langkah kemudian, dia sampai di belakang bola. Lalu mengayunkan kaki kanannya untuk menendang bola.
César bergoyang sebentar, mengambil posisi untuk melakukan penyelamatan.
Bola yang ditendang oleh Yang Muge melambung ke udara seperti peluru meriam, melesat ke arah gawang dengan kecepatan luar biasa. Begitu cepatnya hingga ketika bola terbang masuk ke gawang, gerakan penyelamatan César bahkan belum sempat terbentuk. Tubuhnya hanya sempat bergoyang sekali, lalu ia hanya bisa memandang pasrah saat bola menerobos gawangnya.
"Yang Muge! Mantap! Mantap! Bertahan menghadapi tekanan, gol bersih dan rapi!" teriak He Ping bersemangat. "Tim China kini menyamakan agregat penalti menjadi 2-2!"
Usai mencetak gol, Yang Muge tidak merayakannya. Ia hanya berbalik diam-diam sambil berjalan kembali, hanya senyuman di wajahnya yang mengungkapkan sukacita dalam hatinya.
Menurut statistik ESPN, gelandang memang memiliki tingkat keberhasilan terendah dalam eksekusi penalti. Namun pada penalti keempat, stabilitas gelandang justru lebih baik daripada penyerang maupun bek.
Mempercayakan eksekusi penalti ini kepada gelandang yang pantang menyerah dan suka menempel ketat dalam bertahan – meski belum memiliki catatan sukses sebelumnya – tentu tidak akan mengecewakan, bukan?
Inilah alasan Lippi menunjuk Yang Muge sebagai eksekutor penalti keempat.
