Setelah mengeksekusi penalti, Yang Muge yang masih tersenyum kembali ke rekan setimnya. Mereka menyambutnya dengan pelukan.
Zhou Yi menyeringai dan berkata pada Yang Muge: "Aku tahu kamu pasti bisa."
Yang Muge mengangguk: "Sekarang beban berat jatuh ke pundak Sun Pan."
Semua orang menatap ke arah Sun Pan.
Sun Pan telah bertukar posisi dengan César. Ia berjalan masuk ke area penalti menuju gawang sambil mengacungkan kepalan tangan ke arah suporter Brasil di tribun, menunjukkan kekuatan.
Suporter Brasil di tribun langsung membalas provokasinya dengan siulan keras, cacian, dan jari tengah.
Melihat adegan ini, Zhou Yi tersenyum: "Sepertinya Pan-Pan cukup santai."
Setelah memprovokasi suporter Brasil, Sun Pan berdiri tegak di depan gawang menunggu lawannya.
"Pemain kelima Brasil yang tampil adalah pemain inti mereka Neymar..." kata He Ping. "Penampilan Neymar dalam pertandingan ini sangat aktif dan brilian, dia adalah mesin serangan Brasil."
Maksud tersiratnya: Kondisi Neymar sedang bagus, harus ekstra waspada.
Neymar mendekat, menempatkan bola, lalu mundur untuk mengambil ancang-ancang.
Semua mata tertuju padanya.
Skor Tim China dan Brasil saat ini sama. Jika Neymar berhasil mencetak penalti ini, mereka akan sementara unggul. Asal Zhou Yi sebagai pemain terakhir China gagal mencetak gol, Brasil akan memenangkan pertandingan sengit ini dan lolos ke babak Delapan Besar.
Tapi jika dia gagal...
Itu akan menjadi hasil akhir yang tak terbayangkan bagi suporter Brasil.
Webb membunyikan peluit. Dalam close-up shot, Neymar mengambil napas dalam beberapa kali.
"Saat dia menarik napas dalam-dalam, Sun Pan membentangkan tangan, berdiri di depan gawang tanpa bergerak."
"Setelah menarik napas, Neymar mulai lari ancang-ancang dengan langkah mantap. Tapi tepat sebelum mencapai bola, dia berhenti sejenak dengan perubahan ritme permainan."
"Saat jeda itu, Neymar masih sempat mengamati Sun Pan. Dia melihat tubuh kiper itu tampak condong ke kanan. Kaki kanannya kemudian mengayun menendang bola ke... sudut kiri bawah gawang!"
"Tepat saat bola meluncur, tubuh Sun Pan yang semula condong ke kanan tiba-tiba melesat ke kiri-depan, lalu terjun menyambar ke sudut kiri bawah!"
"Entah karena dia menebak arah dengan benar, atau hasil tipuan gerakannya yang berhasil mengelabui Neymar."
"Yang pasti, dia dan bola bergerak ke arah yang sama."
"Ujung jari tangan kanannya menyentuh bola. Bola yang terpental itu berubah arah, menghantam tiang gawang kiri lalu memantul keluar..."
"Dia berhasil menghalau!!"
"GOL!! Tiang gawang! Sun Pan menghentikan tendangan Neymar!! 3-2! Tim China unggul!" Teriakan He Ping bagai halilintar, tapi tak ada penonton di depan televisi yang kaget – mereka semua sudah melompat bersorak sorai."
"Neymar gagal mengeksekusi!" Marcel Leif juga bersemangat.
“Ah——！”Erangan panjang komentator Brasil ini dipenuhi emosi penyesalan, kekecewaan, dan kepedihan. "Neymar gagal mencetak gol, Sun Pan berhasil membaca semua triknya..."
Stadion Mineiraro bergemuruh dengan teriakan kaget. Neymar jongkok tak percaya, menutup mulut dengan kedua tangan, matanya membelalak melihat Sun Pan yang tergeletak. Padahal sebelum menendang, dia melihat tubuh kiper itu condong ke kanan. Apa gerakan itu sengaja dibuat untuk menipunya?
Di bawah tatapan penuh keheranan Neymar, Sun Pan bangkit dari tanah. Tanpa ekspresi euforia, ia mengacungkan jari telunjuk ke arah tribun suporter Brasil, menggoyang-goyangkannya sambil menggelengkan kepala. Gerakan provokatif ini jelas dimengerti bahkan oleh orang bodoh sekalipun.
Jangan salah paham, aku tidak menyasar individu tertentu. Maksudku, semua yang duduk di sini... adalah sampah!
……
Puas menjadi pusat perhatian, Sun Pan meninggalkan gawang dan berjalan keluar area penalti.
Ini adalah tendangan penalti terakhir. Jika Zhou Yi berhasil mencetak gol, pertandingan akan segera berakhir.
Tapi jika tendangan Zhou Yi juga tidak masuk, kedua tim akan memasuki babak adu penalti 'kematian mendadak' yang lebih kejam.
Persis seperti konsep 'sudden death' dalam adu penalti.
Para suporter Brasil yang kecewa memusatkan pandangan pada César, kiper timnas Brasil yang terus-menerus dikritik sejak Piala Dunia dimulai ini, kini menjadi juruselamat mereka. Bahkan mereka yang pernah mencacinya kini terpaksa mendoakan dan menyemangatinya.
Di sisi lain, sorotan suporter China tertuju pada Zhou Yi.
Zhou Yi melambaikan tangan kepada rekan setimnya: "Kali ini beban yang harus dipikul sangat berat."
Dia tersenyum.
"Tidak masalah, pinggangku kuat. Aku masih bisa memikul beban yang lebih berat."
Usai berkata demikian, dia berbalik menuju area penalti.
Dengan langkah santai, dia melintasi hampir separuh lapangan sambil terus melongok ke sana-sini - terkadang memandang tribun penonton, terkadang melirik bangku cadangan pelatih, persis seperti saat dia pertama kali masuk lapangan.
Meski mengaku memikul beban seberat sepuluh ribu kati, sama sekali tidak terlihat raut keberatan di wajahnya.
Sampailah dia di area penalti. Bola yang telah dilempar César sudah tergeletak di sebelah titik penalti. Bahkan tanpa menyentuhnya dengan tangan, Zhou Yi mengait bola dengan kakinya, menariknya ke titik penalti, menempatkannya dengan stabil, lalu mundur untuk mengambil ancang-ancang.
Gerakan yang terkesan sembrono ini membuat Kiper Brasil César terkejut, sempat mengira Zhou Yi belum siap.
Tapi Zhou Yi menoleh ke wasit Webb - tanda bahwa dia sudah siap menanti tiupan peluit.
Saat itulah César baru menyadari: tendangan penalti pamungkas yang paling menentukan akan segera dieksekusi.
Maka dia segera menyesuaikan postur tubuh, condong sedikit ke depan, memindahkan berat badan ke telapak kaki depan. Posisi ini paling optimal untuk persiapan menepis bola.
Begitu semua ini selesai, Webb membunyikan peluitnya.
Bunyi peluit yang nyaring terdengar jelas di Stadion Mineirão yang tiba-tiba hening, bahkan penonton televisi yang berjarak ribuan mil pun bisa mendengarnya dengan terang.
Usai bunyi peluit, Zhou Yi mulai berlari ancang-ancang dengan langkah ringan. Dari sisi kiri bola, dia mendekati bola - sudut ancang-ancang khas pemain yang dominan kaki kanan. Tanda dia akan menendang dengan kaki kanan. Ritme langkahnya juga mengindikasikan tendangan kanan akan lebih nyaman dan bertenaga.
Tubuh César menegang seperti busur yang ditarik maksimal. Matanya mengawasi ketapak kaki kanan Zhou Yi, berusaha menangkap petunjuk arah tendangan dari setiap gerakan halusnya.
Tepat saat Zhou Yi hampir mencapai bola, ketika kaki kirinya seharusnya mendarat di samping bola sebagai tumpuan untuk mengayunkan kaki kanan, sorot mata César tetap tertancap pada kaki kanan itu.
Namun tiba-tiba penglihatan César berkunang-kunang. Ada yang tidak beres!
Kaki kiri yang semestinya menjadi tumpuan kokoh di samping bola, justru terus meluncur melewati bola dan menyodoknya dengan ujung kaki.
Tusukan tiba-tiba ini membuat bola langsung menyodok ke arah gawang!
Saat César masih fokus pada kaki kanan Zhou Yi, bola telah disodokkan Zhou Yi ke sudut kanan bawah.
Zhou Yi yang baru saja menyodok masih mengayunkan kaki kanannya ke udara, menyelesaikan rangkaian gerakan tipuan tembakan...
César yang kewalahan bahkan tak sempat melakukan gerakan penyelamatan. Saat melihat bola mendekat, ritmenya kacau-balau. Ingin menyambar tapi tak bisa, tubuhnya memasuki kondisi kaku sesaat. Satu-satunya harapannya adalah tendangan tak lazim Zhou Yi ini meleset...
Lagipula ini bukan gerakan tembakan biasa, pasti tidak nyaman dilakukan dan mudah melenceng.
Tenaga berlebih memang mudah meleset, tapi Zhou Yi tidak menggunakan tenaga besar. Keunggulan tendangannya terletak pada kejutannya. Selama bisa membuat César kewalahan, tak perlu tenaga besar. Asal bola tetap dalam bingkai gawang, tingkat keberhasilan gol akan sangat tinggi!
Benar saja, bola bergulir menggeliat di atas rumput masuk ke gawang!
Kecepatannya tak tinggi, tapi César tetap tak berdaya...
Saat bola masuk gawang, Stadion Mineirão tak langsung riuh, tetap terdiam.
Para suporter Brasil yang jumlahnya jauh lebih banyak seolah tak percaya gol terjadi. Mereka perlu konfirmasi, menunggu peluit wasit utama.
Sedikit suporter China juga ragu apakah gol sah, karena gerakan penalti Zhou Yi tadi tak jelas terlihat.
Tapi segera, peluit nyaring Webb memecah keheningan misterius di lapangan.
He Ping berteriak hingga parau: "Zhou Yi! Gol tersebut sah! Dia mencetak gol penutup melawan Brasil!! Kita menang! Kita mengeliminasi tuan rumah, lolos ke Delapan Besar Piala Dunia--!!! Anak-anak timnas telah menciptakan sejarah!"
Setelah mencetak gol, Zhou Yi tidak lagi setenang saat akan mengeksekusi penalti. Dia membentangkan tangan dan berlari ke area bendera sudut untuk merayakan kemenangan.
Sun Pan juga menyergapnya, sementara pemain-pemain China lainnya dari garis tengah berlari seperti orang gila ke arah mereka, diikuti pemain pengganti dan para pelatih dari bangku cadangan.
Setiap orang berlari tak terkendali, menuju Zhou Yi dan Sun Pan.
Suporter China di tribun akhirnya bisa meluapkan sorakan. Di tengah kepungan suporter Brasil, mereka bersorak tanpa peduli tatapan sekitar. Kalau menang tidak boleh bersorak, buat apa jadi suporter?
Kontras tajam dengan kegembiraan pemain dan suporter China, pemain dan suporter Brasil terpuruk.
Setelah Zhou Yi menendang bola ke gawang, pemain-pemain Brasil yang berbaris di lingkaran tengah seperti kehilangan semua kekuatan, berjatuhan terduduk di rumput.
César di depan gawang akhirnya bisa bergerak setelah bola masuk. Lututnya gemetar lalu dia terjatuh berlutut di lapangan.
Seluruh tribun Stadion Mineirão sunyi senyap, menyerahkan kandang sendiri pada segelintir suporter China yang jumlahnya tak seberapa.
Komentator siaran TV tidak berbicara dalam waktu yang sangat lama.
Waktu seolah membeku dan terhenti pada momen ini.
Bagi sepak bola Brasil, adegan hitam yang hanya kalah dengan tragedi Maracanã pada sore tahun 1950 telah tercipta.
Sebagai tuan rumah yang ingin menyangga Piala Jules Rimet untuk keenam kalinya di kandang sendiri, mereka justru tersingkir di babak 16 besar!
