Piala Dunia kembali bergulir setelah istirahat satu hari.
Pertandingan pertama perempat final mempertemukan Prancis dan Jerman, dua musuh lama Eropa dalam duel sengit.
Dua raksasa Eropa sudah bertemu di perempat final, hal ini membuat banyak kalangan sepakbola Eropa merasa menyesal karena kedua tim menunjukkan performa gemilang di Piala Dunia ini. Tentu diharapkan kedua tim bisa terpisah, seandainya bisa masing-masing menghadapi China dan Kolombia tentu lebih baik.
Di sisi lain, Belanda mengalahkan Kosta Rika seharusnya bukanlah hal yang sulit.
Belgia kemungkinan besar akan KALAH dari Argentina. Tapi itu tidak masalah, nanti di babak semifinal tiga tim Eropa akan mengepung satu Argentina. Sangat mungkin tim Eropa akan bertemu di final Piala Dunia yang diselenggarakan di Amerika Selatan ini.
Tentu saja, skenario indah ini sudah sulit terwujud. Prancis dan Jerman harus ada yang pulang.
Dalam sejarah, kedua tim sudah bertemu 25 kali. Prancis mendominasi dengan 11 kemenangan, 6 seri, dan 8 kekalahan. Ini bertolak belakang dengan kesan bahwa timnas Jerman sekarang lebih kuat.
Namun di Piala Dunia, perform kedua tim berbeda.
Di Piala Dunia, mereka sudah tiga kali bertemu: Tahun 1958 di Swedia, 1982 di Spanyol, dan 1986 di Meksiko.
Timnas Prancis hanya menang 6-3 pada pertemuan pertama tahun 1958. Di semifinal 1982, kedua tim bermain imbang sebelum Jerman mengeliminasi Prancis melalui adu penalti. Pertandingan ini termasuk salah satu pertempuran klasik dalam sejarah Piala Dunia, bahkan bisa disebut sebagai balik keadaan paling legendaris sepanjang sejarah Piala Dunia. Timnas Jerman unggul lebih dulu di menit ke-17 melalui tendangan jauh Litbarski yang memecah kebuntuan skor. Namun trio besi Prancis (Platini, Giresse, dan Tigana) berhasil mengendalikan permainan setelah tertinggal. Mereka mengepung pertahanan Jerman dan berhasil mendapatkan penalti hanya 9 menit setelah kebobolan, dengan Platini berhasil mengeksekusi penalti untuk menyamakan skor.
Perebutan bola semakin keras. Pemain Prancis Battiston bertubrukan dengan kiper Jerman Schumacher yang menerjang keluar area penalti dan menghantam lututnya hingga Battiston mengalami koma, namun tidak mendapat hukuman apapun.
Di perpanjangan waktu, gol tendangan bebas Tresor dan tendangan voli mengait Giresse dalam 6 menit membawa Prancis unggul 3-1 - skor yang hampir memastikan kekalahan Jerman. Tapi timnas Jerman menunjukkan daya tempur luar biasa di situasi genting. Pemain pengganti Rummenigge berhasil mengurangi ketertinggalan di menit ke-102.
Di menit ke-108, Fischer menyamakan skor dengan tendangan salto depati yang memasukkan bola ke sudut mati gawang!
Akhirnya timnas Jerman berhasil mengalahkan Prancis melalui adu penalti berkat mentalitas yang luar biasa.
Pertandingan ini menjadi bukti nyata ketangguhan mental Kereta Perang Jerman. Pasalnya, bisa kembali bangkit setelah kebobolan dua gol di perpanjangan waktu lalu menang, adalah contoh yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Piala Dunia.
Setelah pertandingan ini, setiap kali orang menyebut timnas Jerman, gambaran mental baja orang Jerman langsung terbayang di otak mereka, berkat duel legendaris Prancis vs Jerman ini.
Pertemuan ketiga kedua tim di Piala Dunia terjadi di semifinal Piala Dunia 1986, di mana Jerman menang mudah 2:0 atas Prancis dan melaju ke final. Namun mereka kalah di final dari Argentina yang diperkuat "Raja Sepak Bola" Maradona, gagal menjadi juara.
Duel Jerman vs Prancis di Piala Dunia kerap menghasilkan pertandingan klasik, tapi tidak dengan pertandingan di Piala Dunia kali ini.
Sebelum pertandingan, suporter dan media punya harapan tinggi akan duel tim-tim kuat ini, berharap bisa menyaksikan laga epik seperti di Piala Dunia 1982.
Apalagi para suporter China, yang memang punya banyak penggemar sepak bola Jerman dan Prancis di negeri itu.
Selain itu, pertandingan ini digelar sebelum laga Tim China, tepat di tengah malam. Empat jam waktu tayang untuk duel tim papan atas seperti ini terbilang cukup nyaman.
Semua orang menanti-nanti pertandingan yang menarik.
Tapi hasilnya justru mengecewakan.
Lyon memainkan pertandingan yang membosankan.
Menit kedua belas, timnas Jerman mendapatkan tendangan bebas. Kroos mengirim bola dari sisi kiri ke area penalti Prancis. Mats Hummels, bek tengah Borussia Dortmund, berhasil mendesak Raphaël Varane yang menjaganya lalu menyundul bola ke gawang, membawa Jerman unggul 1-0.
Kedua pemain ini baru saja bertemu di Final Liga Champions, kini kembali berhadapan di timnas.
Hanya dengan satu gol itu, Jerman akhirnya mengalahkan Prancis 1-0.
Hanya satu gol dalam 90 menit, permainan pun kurang menarik. Hal ini membuat suporter China yang begadang menonton frustasi, banyak yang mengaku tertidur saat menonton...
Ada suporter yang mengolok-olok kebosanan pertandingan ini: "Pasti Jerman dan Prancis tahu pertandingan selanjutnya yang jadi pusat perhatian kita. Agar suporter China cukup tidur, mereka sengaja membuat pertandingan membosankan ini sampai kita tertidur. Setelah tidur 90 menit ini, pasti kita akan segar mendukung Tim China melawan Kolombia nanti!"
……
Pemain China hanya menonton babak pertama pertandingan Prancis vs Jerman di hotel. Mereka melihat gol Hummels.
Bagi Zhou Yi, Yan Min, dan Yang Muge yang lebih familiar dengan Jerman, jika harus memilih lawan antara Prancis atau Jerman, mereka lebih memilih Jerman.
Rekan setim di klub, kini akan saling berhadapan di Piala Dunia.
Tapi babak kedua baru saja dimulai tidak lama, para pemain Tim China sudah diingatkan pelatih untuk naik ke bus menuju Stadion Castellan, lokasi pertandingan.
Sepanjang perjalanan, terlihat suporter China yang melambaikan bendera merah lima bintang sambil menyemangati mereka.
Para suporter itu melambaikan tangan ke bus Tim China, sementara para pemain di dalam bus juga membalas lambaian tangan sebagai ungkapan terima kasih.
Setibanya di ruang ganti Stadion Castellan, admin peralatan yang datang lebih dulu telah meletakkan seragam dan sepatu bola setiap pemain di posisinya masing-masing. Saat para pemain belum tiba, fotografer sudah masuk untuk mengambil gambar setiap seragam pemain di ruang ganti. Namun lensa kamera berlama-lama menyorot seragam Zhou Yi.
Ketika para pemain tiba di ruang ganti, pertandingan Prancis vs Jerman sudah mendekati akhir, dengan timnas Jerman masih unggul 1-0.
Para pemain China di ruang ganti masih memantau hasil pertandingan ini, karena jika mereka berhasil mengalahkan Kolombia, hasil pertandingan tersebut akan menentukan lawan mereka di perempat final.
Akhirnya Jerman mengalahkan Prancis berkat gol sundulan Mats Hummels, menjadi tim pertama yang lolos ke semifinal.
Zhou Yi mengambil HP dan menulis di Twitter & Facebook: "Selamat buat timnas Jerman yang lolos ke semifinal!" Lalu ia mention semua rekan setimnya di Borussia Dortmund dengan simbol @.
Setelah meletakkan HP, ia mulai berganti pakaian dengan mengenakan seragam latihan.
Sementara para pemain mulai berganti pakaian, Li Te masuk dan menemukan Rong Hao serta Yang Hao yang sedang berganti seragam. Ia berkata, "Kalian berdua sudah punya kartu kuning. Jika dapat satu lagi di pertandingan ini, kalian akan kena hukuman suspensi. Jika nanti kalian tampil, harus berhati-hati selama pertandingan..."
Lippi belum mengumumkan starting line-up Tim China untuk pertandingan ini. Tidak hanya publik yang tidak tahu, bahkan para pemain sendiri tidak mengetahui siapa yang akan menjadi starter.
Rong Hao dan Yang Hao mengangguk: "Tenang saja."
Li Te menambahkan, "Tapi jika benar-benar ada situasi darurat, meski harus dapat kartu kuning, teknik bertahan yang diperlukan tetap harus dilakukan. Jangan ragu-ragu. Kalian adalah bek yang pasti akan menghadapi tekanan besar."
……
45 menit sebelum pertandingan dimulai, Tim China muncul di lapangan untuk pemanasan. Saat itu tribun Stadion Castelão sudah dipenuhi suporter kedua kubu.
Kolombia mengenakan seragam tradisional mereka: kaus kuning dan celana pendek putih. Suporter Kolombia pun dominan memakai warna kuning. Memandang ke tribun, hamparan kuning itu adalah lautan suporter Kolombia yang menguasai sebagian besar tempat duduk. Tentu ada juga beberapa suporter Brasil yang ikut memakai seragam kuning...
Sejak Tim Brasil tersingkir, antusiasme suporter Brasil terhadap Piala Dunia telah jauh berkurang.
Namun dari tingkat okupansi tribun, pertandingan ini terlihat cukup ramai.
Mungkin ada beberapa suporter Brasil yang berharap Tim China tersingkir...
Tim China masih mengenakan seragam merah dalam pertandingan ini, sementara suporter China juga menjadikan warna merah sebagai tema utama mereka.
Warna seragam kandang Tim Korea Selatan juga merah, jadi tidak heran beberapa waktu lalu dua suporter Korea yang sedang berjalan santai tiba-tiba dipukuli suporter Brasil... Pasti orang Brasil salah mengira seragam merah Korea sebagai seragam merah China, meskipun sebenarnya kedua warna merah ini berbeda, tapi bagi orang Brasil yang tidak familiar dengan sepak bola Korea dan China, mungkin terlihat sama saja...
Di tribun penonton, warna kuning dan merah sama-sama mencolok, membentuk kontras yang jelas.
