Pertandingan antara Prancis dan Jerman yang seharusnya mempertemukan dua raksasa sepak bola ini justru berlangsung sangat membosankan, hanya mencetak satu gol dalam 90 menit, membuat penonton kecewa.
Para suporter yang baru saja menonton pertandingan itu, kemudian menyaksikan laga China vs Kolombia, justru menemukan perbedaan yang sangat mencolok antara dua pertandingan tersebut.
Sejak menit pertama, kedua tim China dan Kolombia langsung bermain dengan kecepatan tinggi dan duel fisik intens tanpa fase pengintaian sama sekali.
Ini benar-benar membuat para komentator dan suporter terkejut.
Awalnya mereka mengira kedua tim yang sudah lolos ke babak delapan besar Piala Dunia ini akan bermain lebih hati-hati, karena kemampuan kedua tim ini seimbang. Kemenangan atau kekalahan mungkin hanya berbeda satu gol. Jika lengah dan melakukan kesalahan yang dimanfaatkan lawan, maka semuanya akan berakhir.
Lihat saja bagaimana Prancis dan Jerman bermain sangat hati-hati, ini menunjukkan bagaimana performa tim dengan kemampuan setara...
Tapi Tim China dan Kolombia sepertinya tidak memikirkan hal itu.
Di susunan pemain utama, Yang Hao yang selalu menjadi starter di pertandingan sebelumnya tidak masuk dalam starting lineup kali ini. Posisinya digantikan oleh veteran Zheng Zhi.
Selain itu, formasi pemain utama di posisi lainnya sama persis dengan pertandingan sebelumnya.
Penyesuaian hanya di posisi Yang Hao ini mungkin bukan untuk menghindari risiko akumulasi kartu kuning, tapi ada tujuan lain.
Ini bisa terlihat dari serangan gencar Tim China ke Kolombia segera setelah pertandingan dimulai.
Zheng Zhi, baik di Guangzhou Hengyuan maupun di timnas sebelum era Zhou Yi, selalu bertugas mengontrol ritme lini tengah dan mengatur alur permainan. Dia bukan tipe pemain yang menerobos ke depan lalu memberikan assist mematikan dengan umpan terobosan. Meski bisa melakukannya dan punya kemampuan itu, keahlian utamanya adalah mengatur permainan di lini tengah.
Dengan kembalinya Zheng Zhi, Zhou Yi tidak perlu lagi banyak terlibat dalam pengaturan alur permainan di lini tengah. Dia bisa menyerahkan tugas ini sepenuhnya kepada Zheng Zhi. Lalu bagaimana dengan Zhou Yi?
Dalam pertandingan ini, Lippi memberi tugas kepada Yang Hao untuk bergerak maju dan mendekati area penalti Kolombia. Dengan penglihatan dan kemampuannya, dia diharapkan bisa memberikan operan mematikan, serta mengancam gawang Kolombia melalui tendangan jarak jauh.
Dari penyesuaian ini terlihat, Lippi lebih memprioritaskan serangan daripada bertahan. Jika tidak, dia tidak akan menempatkan Yang Hao yang lebih handal dalam bertahan di bangku cadangan dibandingkan Zheng Zhi.
Lippi ingin mengadu serangan dengan Kolombia, berharap bisa menyelesaikan pertandingan dalam 90 menit.
Mengapa?
Karena Tim China saat ini mengalami masalah stamina. Jika harus bermain 120 menit bahkan adu penalti, stamina mereka benar-benar akan terkuras habis.
Meski berhasil melewati Kolombia dan lolos ke semifinal, Tim China tidak akan punya tenaga tersisa untuk melawan Jerman nanti.
Dengan pertimbangan ini, Lippi berharap Tim China bisa menyelesaikan pertandingan dalam 90 menit agar pengurasan stamina pemain tidak terlalu besar.
Pasalnya kedalaman skuad China terbatas. Starting lineup 11 pemain inti sudah merupakan formasi terkuat mereka. Formasi ini relatif stabil, hanya bisa disesuaikan di 1-2 posisi tiap pertandingan. Hingga kini, formasi ini sudah melalui empat pertandingan sengit, terutama babak 16 besar melawan Brasil yang bermain 120 menit plus lima ronde adu penalti.
Meskipun sehari setelah pertandingan, Lippi memberikan cuti satu hari untuk tim, hal ini sama saja seperti meneguk seteguk air untuk memadamkan dahaga bagi para pemain China yang terus-menerus bertanding.
Perlu diketahui, sebelum Piala Dunia, CSL dan Liga Champions Asia di dalam negeri China baru menyelesaikan sepertiga musim. Pemain domestik China belum terlalu kelelahan fisik, namun pemain naturalisasi yang menjadi tulang punggung tim justru telah melalui satu musim penuh di Eropa. Dari enam orang tersebut, kecuali Yan Min yang jarang bermain di paruh musim pertama, lima lainnya adalah pilar utama di klub masing-masing, selalu masuk starting lineup tanpa istirahat.
Intensitas liga Eropa sangat tinggi, tekanan terhadap stamina pemain juga ekstrem. Jadi setiap pemain yang kembali dari luar negeri sebenarnya dalam kondisi lelah, langsung mengikuti pelatihan konsentrasi timnas tanpa istirahat.
Apalagi Zhou Yi dan Yan Min. Mereka bersama Borussia Dortmund lolos ke final Liga Champions, baru menyelesaikan kompetisi klub pada 25 Mei.
Zhou Yi bahkan mengalami cedera di final Liga Champions, sehingga absen dari latihan timnas hingga babak penyisihan grup.
Zhou Yi jelas yang paling kelelahan di tim. Sebagai pemain inti yang tak tergantikan di Dortmund, dia mengikuti semua pertandingan kecuali absen selama sebulan lebih karena cedera. Musim ini Dortmund sering dihantam cedera, ketergantungan pada Zhou Yi pun semakin besar.
Ditambah cedera di final Liga Champions membuatnya tidak bisa mengikuti latihan Tim China secara normal.
Jangan pernah berpikir bahwa seorang pemain yang tidak ikut latihan dan beristirahat di rumah untuk memulihkan cedera bisa cepat mendapatkan kembali stamina, sehingga membuat fisiknya lebih baik daripada pemain yang menjalani latihan normal... Justru sebaliknya, stamina pemain seperti itu akan lebih buruk. Karena bagi pemain profesional, stamina sama sekali tidak dibentuk melalui istirahat, melainkan melalui akumulasi latihan fisik yang ilmiah, berkelanjutan, dan stabil.
Zhou Yi absen dari latihan penting timnas karena cedera, hal ini justru membuat staminanya kalah dibanding rekan setimnya.
Lippi tidak ingin membebani tim. Daripada bermain konservatif dan hati-hati melawan Kolombia, lebih baik menyelesaikan pertandingan dengan cepat. Dengan demikian, ia memiliki lebih banyak ruang manuver dalam pergantian pemain.
Mengapa ia merasa bisa menyelesaikan pertandingan dengan cepat?
Karena Lippi tidak percaya dengan narasi media yang menyebut ini sebagai pertandingan seimbang.
Menurutnya, kemampuan Tim China sebenarnya lebih unggul daripada Kolombia.
Meskipun dalam jumlah gol di Piala Dunia kali ini, China tertinggal jauh dari Kolombia - yang sejauh ini telah mencetak 11 gol di turnamen ini, hanya satu gol kurang dari Belanda, menempati peringkat kedua dalam daftar pencetak gol. Sementara China hanya memiliki 6 gol. Namun separuh dari 6 gol China tersebut dicetak saat Zhou Yi tidak tampil, dua pertandingan fase grup sebelumnya bukanlah bentuk utuh Tim China.
Meskipun dari segi jumlah bintang sepak bola dan nilai pasar, Tim China mungkin kalah dari Kolombia, namun di posisi-posisi kunci, Tim China memiliki pemain kelas atas Eropa. Di lini depan ada He Ying dan Yan Min yang merupakan pilar utama klub masing-masing, di gelandang ada Zhou Yi dan Yang Muge, di bek ada Guo Nu, sementara kipernya adalah Sun Pan. Ini membentuk poros tengah yang sangat solid.
Lippi yakin timnya pasti bisa mengalahkan Kolombia.
……
Tim China yang bermain agresif langsung melancarkan serangan gencar ke gawang Kolombia sejak kick-off.
Menit ketiga, ketika Yan Min menguasai bola di sayap kiri dan mencoba menyarang ke dalam, dia dijatuhkan oleh pemain Kolombia Carlos Sánchez.
Wasit utama asal Spanyol Velasco memberikan pelanggaran untuk pemain Kolombia dan memberikan kesempatan tendangan bebas di area depan untuk China. Letaknya sedikit di depan busur kotak penalti, agak miring ke kiri namun posisinya strategis.
He Ying yang bertugas mengeksekusi tendangan bebas langsung ini. Bolanya berhasil melewati tembok pemain, tapi melayang melewati tiang gawang kiri Kolombia.
"Wah! Sayang sekali!" seru komentator Duan Xin. "Hanya selisih tipis!"
Menit keenam, serangan China dari sayap kiri. Saat Yan Min mencoba menerobos ke area penalti dengan bola, pemain Kolombia berhasil membuang bola keluar garis lapangan.
Tim China mendapatkan kesempatan tendangan pojok.
Tendangan bebas ini akan diambil oleh Zhou Yi. Dia berlari untuk menempatkan bola, sementara Guo Nu dan Feng Xiaoting, dua bek Tim China, juga memasuki area penalti Kolombia.
"Tim China mendapatkan tendangan pojok, ini tendangan pojok pertama dalam pertandingan ini..." kata Duan Xin.
Setelah menempatkan bola dengan tepat, Zhou Yi mundur dua langkah dan bersiap untuk mengeksekusi tendangan pojok.
Di dalam area penalti, para pemain dari kedua tim telah menempati posisi masing-masing.
Setelah melakukan lari ancang-ancang, Zhou Yi menggunakan kaki kanannya untuk menendang bola ke depan gawang. Ini adalah tendangan berputar ke dalam yang mengarah ke area depan gawang.
Di posisi ini, He Ying dan Guo Nu sama-sama terlibat duel udara. Keduanya menarik perhatian empat pemain bertahan Kolombia yang berkerumun di sekitar mereka.
Namun tak satu pun dari kedua belah pihak berhasil menyentuh bola.
Bola melesat melewati atas kepala He Ying dan langsung mengarah ke titik jauh gawang!
Bola melintas tepat di depan kiper. Karena kecepatannya yang tinggi, kiper tidak sempat bereaksi. Dia hanya memutar kepala mengikuti arah bola ke titik jauh gawang.
Di sana seharusnya ada bek yang bertugas, namun matanya juga tertarik pada duel udara di area depan gawang sehingga lalai mengawasi lawan di sampingnya.
Feng Xiaoting, bek tengah Tim China lainnya, memanfaatkan celah ini dengan menyelinap keluar dan tiba persis di titik jatuh bola!
Dia mengayunkan kaki untuk menyapu bola yang meluncur ke arah gawang!
Kiper Kolombia Ospina baru mulai melakukan penyelamatan setelah melihat Feng Xiaoting menembak. Bagaimana mungkin dia bisa menyamai kecepatan bola?
"Jika dalam melakukan pertahanan tendangan pojok, Kolombia menempatkan seorang pemain di tiang gawang belakang, mungkin masih bisa menghalangi tembakan Feng Xiaoting. Tapi kali ini Kolombia tidak melakukannya, bola pun terbang masuk ke gawang tanpa hambatan!"
"Ah! Ah! Feng Xiaoting! Gol!!" Duan Xin berteriak penuh semangat. "Hanya tujuh menit sejak kick-off, Tim China sudah unggul! Luar biasa! Start yang sempurna!"
