Zhang Yifan terbangun oleh dering telepon yang mendadak.
Zhang Yifan sudah memasang dua telepon sebelum pindah rumah, satu di 102 dengan ekstensi di 101, satunya lagi di 103 dengan ekstensi di 104, untuk memudahkan. Telepon 102 digunakan orang tua, sementara 103 adalah nomor eksternal Yang Yang dan Zhang Yifan. Saat ini yang terus berdering adalah telepon di ruang tamu 103.
Zhang Yifan turun dari tempat tidur dalam gelap, menekan saklar lampu - listrik padam. Ia menggelengkan kepala, meraba-raba mendekati telepon. Jam glow-in-the-dark di sebelah telepon menunjukkan pukul 3:20. Caller ID menunjukkan nomor rumah sang kakak. Yang Yang juga sudah bangun saat Zhang Yifan mengangkat telepon: "Kakak?"
Suara tegang Yang Zhi terdengar dari telepon: "Yifan, kamu dan Yang Yang, Yang Ze baik-baik saja kan."
Yifan merasa aneh. Suara kakaknya jelas-jelas diredam, seolah takut didengar orang lain. Bibirnya secara reflek menjawab: "Baik, Kakak. Selamat tahun baru."
Yang Yang mengambil alih telepon: "Kakak, ini Yang Yang."
Suara di telepon semakin direndam. Zhang Yifan sulit mendengar jelas. Ia menyalakan lilin di sebelah telepon. Cahaya lilin yang redup berkedip-kedip, menyoroti wajah Yang Yang yang semakin serius.
Zhang Yifan hanya mendengar Yang Yang terus menerus mengucapkan "Hmm", akhirnya berkata: "Kakak, diskusikan dengan kakak kedua. Segeralah ke sini. Di sini lengkap semuanya - makanan, pakaian, kebutuhan, juga tempat tinggal. Hmm, kalian berdiskusi dulu, beri tahu aku, nanti aku jemput."
Setelah menutup telepon, sebelum Zhang Yifan sempat bertanya, Yang Yang langsung menjelaskan: "Kakak bilang, di daerah pedesaan timur mereka akhir-akhir ini banyak yang sakit, sudah cukup banyak korban jiwa."
Zhang Yifan menggosok matanya berkata: "Beberapa hari lalu sudah telepon bilang, kan? Bukannya dikatakan kekurangan nutrisi, kedinginan atau apa gitu?"
Yang Yang menggelengkan kepala: "Awalnya mereka juga berpikir begitu. Tapi tadi malam dia main mahjong di rumah tetangga, dengar kabar penyebab kematian mereka adalah makan daging tikus."
"Daging tikus? Makan daging tikus bisa bikin orang mati?" Zhang Yifan terkejut.
"Iya. Mereka menangkap tikus pakai perangkap, ukurannya dua kali lebih besar dari tikus normal, gemuk sekali. Dibawa pulang direbus, malam itu langsung sakit, belum sempat ke rumah sakit sudah meninggal, seluruh keluarga tewas. Sekarang tikus besar di desa semakin banyak, tidak takut manusia lagi, lihat orang langsung menggigit. Yang tergigit cepat mati, katanya wajah mayatnya mengerikan." Yang Yang melanjutkan.
"Lalu, pemerintah tahu tidak?" tanya Zhang Yifan.
"Tidak tahu apakah pemerintah sudah tahu. Tetangga kakak ada yang kerja di rumah sakit, baru dengar kabar ini dan bisik-bisik ke keluarga. Kakak juga bilang, pulang dari rumah tetangga dia lihat tikus yang lebih besar dari biasanya, makanya buruan telepon suruh aku jangan keluar. Selain itu, katanya pasukan sedang dimobilisasi, ada yang dengar dentuman senjata yang padat, seperti sedang perang."
Zhang Yifan benar-benar hilang kantuknya karena kabar ini. Pasukan sedang dimobilisasi, perang? Tikus besar muncul di desa pinggiran kota, bahkan yang sudah dimasak pun bisa bikin orang mati. Digigit tikus juga fatal. Tempat tinggalnya sekarang juga di pinggiran kota, daerah perbatasan Shenfu. Sebelum ada bangunan, ini wilayah pedesaan. Di sini juga bakal ada tikus raksasa. Zhang Yifan refleks melihat ke jendela, tirai tebal menghalangi pandangannya.
"Aku sudah bilang ke Kakak, suruh dia dan Kakak kedua cek situasi, buruan dateng."
Zhang Yifan buru-buru menimpali: "Jangan cek-cek lagi! Telepon sekarang selagi sinyal masih nyambung, suruh mereka segera ke sini. Daerah mereka banyak tikus raksasa, kita juga bakal kena. Manfaatkan jalanan masih aman. Bayangin kalau tikusnya udah ngepung, gimana mau keluar?"
Yang Yang mengambil telepon: "Kak, ini Yang Yang. Aku baru ngobrol sama Yifan. Dia minta kalian berdua buruan ke sini... Tempatnya cukup, stok makanan ada, nggak ribet... Jangan ragu-ragu, datang sekarang selagi kondisi aman. Naik bus pertama jam 6. Nggak usah bawa barang banyak, cukup pakai baju hangat. Aku telepon Kakak kedua sekarang."
Yang Yang melanjutkan menelepon kakak keduanya. Zhang Yifan bangkit mendekati jendela, mengangkat sudut tirai. Di luar masih gelap gulita. Begitu mendengar Yang Yang menutup telepon, dia melepaskan tirai dan duduk di sebelahnya: "Yang, tutup pelat baja jendela. Kaca ini... Aku ngeri."
Yang Yang menghibur, "Tidak apa, sebentar lagi semua bangun, aku akan memasang pelat baja."
Melihat jam, belum pukul 4, Yang Yang meniup lilin dan menarik Zhang Yifan kembali ke kamar. Keduanya merasa cemas dan tak bisa tidur.
Yang Yang bersandar setengah duduk di bantal, sementara Zhang Yifan membuka matanya lebar-lebar menatap kegelapan, menyimak suara tak jelas di luar jendela yang semakin membuatnya ketakutan.
Waktu terasa semakin lambat. Saat jarum jam menunjukkan pukul 5, Zhang Yifan akhirnya tidak tahan lagi membangunkan Yang Yang yang masih setengah sadar.
Mereka menelepon kakak pertama. Diluar dugaan, kakak sementara tidak berencana datang. Setelah dibujuk lama, kakak hanya bilang dia dan Lao Er tinggal berdekatan bisa saling jaga. Anak dan istri juga sudah pindah kesini, punya tenaga cukup, tidak masalah. Dengan pasrah, Yang Yang menutup telepon lalu menghubungi kakak kedua yang juga menolak merepotkannya. Segala bujukan sia-sia.
Keduanya mulai menutup jendela dari kamar 104. Di tengah proses, keributan membangunkan seluruh keluarga kecuali anak-anak. Sebelum pukul 6, semua jendela diblokir pelat baja. Hanya tersisa 3 celah pengamatan: di dinding samping 101, sisi selatan dan utara 102 dengan kaca setebal 10 mm dilapisi kawat baja di dalamnya.
Zhang Yifan tidak menyembunyikan kabar tentang tikus besar. Meski berita buruk ini membuat resah, melihat kamar terkunci rapat sampai tikus pun tidak bisa masuk, semua merasa tenang.
Orang tua meminta Yang Yang dengan penuh perhatian untuk menjemput Kak Sulung dan Kak Kedua, Yang Yang mengangguk dan mengalihkan percakapan.
Di Tiongkok Timur Laut, sarapan di hari pertama Tahun Baru Imlek adalah pangsit. Pangsit selalu menjadi hidangan istimewa, bukankah ada pepatah "Tak ada yang lebih lezat dari pangsit"?
Saat merebus pangsit, Yang Yang menelepon Kak Sulung lagi. Tapi tak disangka, terdengar nada sibuk - telepon tidak tersambung.
Sudah pukul tujuh, listrik masih padam dan telepon mati. Semua orang langsung terpikirkan gigitan tikus.
Zhang Yifan menyuruh kakaknya melanjutkan merebus pangsit, sambil menyeret Yang Yang ke kamar 103. Tak lama kemudian mereka kembali membawa aki mobil. Di atas aki terpasang konverter yang bisa mengubah voltase menjadi 220V untuk TV. Setelah steker terpasang, suara televisi mengudara - seluruh keluarga berkerumun.
Zhang Yifan menuang pangsit sambil menyimak siaran TV. Tak ada konten baru, hanya tayangan ulang Gala Tahun Baru Imlek semalam. Tanpa berita atau teks terjemahan, semua mengira ini liburan tahun baru biasa.
Untuk menghemat listrik, TV dimatikan setelah 10 menit. Keluarga duduk bersama menyantap sarapan pertama tahun baru tradisional.
Menurut tradisi, setelah sarpan pangsit di hari pertama, keluarga harus mengunjungi rumah suami. Hari kedua ke rumah orang tua kandung. Di tahun-tahun sebelumnya, Zhang Yifan dan Yang Yang akan mengajak anak ke rumah orang tua Yang Yang. Setelah orang tuanya meninggal, dialihkan ke rumah Kak Sulung Yang Yang, Yang Zhi. Tahun ini, semuanya dibatalkan.
Saat makan pangsit, Yifan masih berpikir, tahun ini mungkin tidak ada yang pulang untuk bersalam-salaman tahun baru.
Setelah makan, Yifan agak mengantuk, Yang Yang juga pikirannya terus gelisah. Keduanya kembali ke kamar untuk tidur siang. Sebelum masuk, Yifan menasehati kakaknya agar tetap menyalakan Siaran, jika ada berita penting segera beri tahu dirinya.
30 menit kemudian, Yifan menunggu berita - Siaran kehilangan sinyal.
