Orang tua memegang tangan anak-anak, wajah kedua anak itu dipenuhi kepanikan. Kasihan dua anak yang lahir di abad kedua puluh ini, kapan mereka pernah mendengar jeritan mencekam seperti ini, kapan mereka pernah menyaksikan pemandangan mengerikan hewan memakan manusia? Kedua anak itu dengan gemetar menggenggam erat tangan kakek neneknya, mata liar melihat ke sekeliling, seolah-olah di balik kegelapan ruangan tersembunyi iblis-iblis dan binatang buas pemakan manusia.
Zhang Yifan berusaha tenang, namun suara gemetarnya mengkhianati ketakutannya: "Ayah, Ibu, bawa anak-anak masuk dulu ke kamar. Di dapur sudah ada bubur yang kumasak."
Tak tahan lagi, ia membuka tirai jendela pengamatan dan melirik ke luar. Hanya berselang 5 menit—tidak, sejak mendengar teriakan tadi mungkin baru 3 menit—dua orang di luar sudah tergeletak tak bergerak. Senter yang jatuh di tanah masih menyala dengan setia, membeberkan tragedi kemanusiaan ini secara detail di hadapan mata semua orang.
Di tubuh kedua korban, gerombolan bayangan hitam bergerak-gerak—terutama di bagian kepala—dengan ekor panjang yang mengungkap identitas mereka sebagai tikus. Genangan darah di tanah menjadi bukti kekejaman mereka.
Zhang Yifan tiba-tiba bangkit, menoleh ke arah Yang Yang dan kakak iparnya: "Kita harus keluar dan mengambil mobil off-road itu." Kali ini Zhang Yifan tak lagi berusaha menyembunyikan keberadaan Dong Zhipeng. Sejujurnya, kebohongan ini memang tak bisa dipertahankan lebih lama lagi.
Yang Yang ragu-ragu: "Mungkin tikusnya terlalu banyak."
“Manfaatkan saat tikus semua tertarik pada dua orang itu, ini kesempatan.” Zhang Yifan perlahan tenang: “Siapa tahu setelah tikus-tikus itu selesai memakan orang, apakah akan menggerogoti mobil. Mobil harus dimasukkan ke dalam.”
Dong Zhipeng terlihat tidak paham, memandang Zhang Yifan, lalu Yi Ping, akhirnya menatap Yang Yang: “Kalian bicara apa?”
Tak ada yang menjelaskan.
Zhang Yifan menghitung dalam hati sejenak: “Kakak ipar, nanti kamu bertanggung jawab pintu masuk di dalam rumah. Yang Yang, kamu urus pintu elektronik gerbang atas. Begitu melihatku kembali langsung buka, yang masuk terakhir tutup pintu.”
Dong Zhipeng takjub: “Kamu mau keluar? Bagaimana bisa. Kamu gila?”
Yi Ping impulsif mengulurkan tangan, lalu menurunkan: “Hati-hati, hati-hati.”
Zhang Yifan dan Yang Yang saling pandang: “Kami ganti baju dulu. Kakak, tutup semua pintu di dalam rumah, temani ayah ibu ke kamar mereka. Jangan buka sebelum dengar suara kami. Kami akan waspada, seharusnya aman. Kakak ipar, kamu juga ganti baju, nanti dijelaskan.”
Beberapa orang cepat-cepat mengenakan perlengkapan lengkap, melakukan simulasi urutan buka-tutup pintu, mematikan semua sumber cahaya. Setelah mata beradaptasi dengan kegelapan, mereka mendekati pintu pengaman unit 101.
Pintu dalam terbuka senyap. Dong Zhipep mundur ke samping. Telinga Yang Yang menempel di pintu luar, memutar gagang pintu dengan lembut. Keluar tanpa suara. Zhang Yifan menyusul, balik badan menutup pintu pelan-pelan. Hanya terdengar "klik" hampir tak terdengar - pintu terkunci di belakang.
Sebuah hawa dingin menyapu wajah, Zhang Yifan tak bisa menahan gemetar. Ia mempercepat langkah. Yang Yang sudah sampai di depan pintu elektronik, mengamati ke luar melalui kaca tempered di pintu. Merasa Zhang Yifan mendekat, dia minggir memberi ruang.
Hanya Zhang Yifan yang memiliki hak pemanfaatan ruang, sehingga yang bisa keluar paling jauh hanyalah dirinya. Tangan kiri Zhang Yifan yang bersarung tangan kosong, sementara tangan kanannya menggenggam erat pisau terbang. Ajaibnya, terlepas dari apakah sarung tangan dipakai atau tidak, selama telapak tangannya dalam posisi menggenggam menyentuh objek yang akan disimpan, objek itu langsung masuk ke ruang pemanfaatan. Zhang Yifan sangat puas dengan fitur ini, toh siapa yang mau membiarkan tangan telanjang di suhu minus 40 derajat?
Zhang Yifan mengambil alih posisi Yang Yang. Setelah menyimak beberapa detik, jelas terdengar decitan kacau dari balik pintu elektronik yang tak kedap suara itu, diperkirakan masih cukup jauh. Tanpa ragu, tangan kanannya yang memegang pisau terbang memutar kunci pintu elektronik, sementara tangan kiri mendorong pintu lebar-lebar.
Dingin sama sekali terlupakan. Begitu pintu terbuka, Zhang Yifan langsung menyambar mobil off-road 3 meter di depan. Tangan kirinya menempel pada bodi mobil yang seketika lenyap ke dalam ruang pemanfaatan, meninggalkan area kosong.
Di tengah kekosongan itu tiba-tiba muncul bayangan hitam yang berhenti mendadak. Perasaan genting menyergap, bulu kuduk Zhang Yifan berdiri saat bertatapan dengan sepasang mata yang memancarkan cahaya hijau zamrud menyilaukan.
Tikus mutan itu posturnya sebesar kucing rumahan. Sepertinya mencium aroma darah, hendak menuju pesta, namun teralihkan oleh menghilangnya tiba-tiba makhluk raksasa di sampingnya. Saat ini, sekitar 5 meter di depannya, tubuhnya masih dalam posisi maju, kepala berbalik, gigi tajam dan mata hijau bercahaya menatap kejam ke arah Zhang Yifan.
Menghadapi bahaya, fisik Zhang Yifan bereaksi lebih cepat dari otaknya. Secara natural terkunci pada tikus sebesar kucing ini. Perasaan yang Familiar memberinya percaya diri, bahkan masih sempat memperhatikan sekitar.
Mungkin merasa orang di depannya lemah, atau bau darah menggelitik syaraf Bloodthirst-nya, tikus itu tiba-tiba bergerak. Tubuhnya melesat ke udara, berputar di mid-air, mendarat membentuk garis parabola, lalu menerjang lagi.
Meski gerakan tikus cepat, Zhang Yifan melihatnya jelas sampai detail ekor yang membentuk garis parabola saat berputar. Tak sempat berpikir mengapa, karena dalam sekejap jarak mereka sudah kurang dari 3 meter.
Teriakan panik dari belakang: "Hati-hati—!" Suara belum reda, pisau terbang di tangan Zhang Yifan sudah meluncur. Secepat kilat menuju antara mata tikus, sementara pisau lain sudah tergenggam di tangan satunya.
"Ciiit—Pak!" Gumpalan daging jatuh kurang dari 1 meter di depannya, berkedut sebentar lalu diam.
Darah hitam-merah mengalir keluar dari bekas luka pedang, bau anyir yang aneh menyebar.
"Cepat kembali, Yifan, cepat!" Yang Yang menarik pintu, tidak berani melepaskannya, berteriak panik dengan suara rendah.
Entah karena bau darah atau terpancing teriakan Yang Yang, Zhang Yifan sudah melihat sekilas beberapa bayangan hitam menyusuri kaki tembok mendekat. Tanpa sempat berpikir panjang, dengan tekad bulat Zhang Yifan melangkah maju, meraih tikus di tanah.
Sensasi daging yang semakin mengeras, darah yang membeku di bekas pedang. Zhang Yifan menahan keinginan untuk melempar tikus itu, mundur cepat ke dalam pintu sejauh 3 meter.
Tapi secepat apa pun manusia, mana bisa menandingi kecepatan tikus. Zhang Yifan melihat tikus yang menyusuri kaki tembok itu justru menargetkan Yang Yang yang sedang membuka pintu elektronik.
Yang Yang sudah melemparkan pisau terbang dari tangannya, sedang meraba-raba pisau kedua di sabuk. Dalam kepanikan, tangan kirinya melepaskan pintu elektronik yang mulai menutup perlahan. Dua-tiga bayangan hitam sudah hampir menyentuh. Yang Yang menyadari kesalahannya, panik ingin memperbaiki tapi kewalahan. Zhang Yifan nyaris mundur sampai satu langkah dari pintu.
Manusia dalam situasi genting pasti bisa mengeluarkan kekuatan dahsyat. Zhang Yifan melemparkan tikus ke ambang pintu dengan tangan kiri untuk menghalangi penutupan, sementara pisau terbang di tangan kanannya beruntun melesat, menancap tepat di tikus-tikus itu.
“Pak！”“Pak！”“Pak！” Tiga suara berat mengumumkan kehancuran tiga tikus, Zhang Yifan meraih ketiganya. Dalam ketergesaan, satu tikus hanya berhasil digenggam ekornya.
“Cepat buka pintu, masuk!” Yang Yang menerjang membuka pintu. Zhang Yifan menyambar tikus dan melesat masuk, tak lupa menyapu tikus pahlawan di ambang pintu dengan kakinya.
“Pak!” Betapa indahnya suara pintu terkunci. Setelah memastikan keamanan, Zhang Yifan dan Yang Yang limbung bersandar di tembok. Kurang dari 1 menit, terasa panjang seperti 1 jam.
