Zhang Yifan menyimpan semua bensin dan solar industri di ruang pemanfaatannya, pasti praktis saat digunakan. Di rumah masih ada botol semprot, tentu saja dibawa saat membantu orang tua pindahan, juga disimpan di ruang pemanfaatan. Mobil off-road ini agak mengganggu, andai bisa ditaruh di luar.
Zhang Yifan merapikan pakaian dan menyelinap keluar kamar. Kemampuan melihat dalam gelap meningkatkan kepercayaan dirinya. Melirik pintu elektronik, tidak ada yang mencurigakan. Dengan hati-hati dia naik ke lantai dua.
Keributan di lantai bawah pagi tadi sudah lewat 4 jam, namun pasukan kecoak masih bertahan di radius kematian tikus mutan. Pemandangan ini membuat penghuni lantai atas yang terus memantau bulu kuduk merinding. Lebih mengerikan dari kelaparan adalah dikunyah hidup-hidup oleh tikus dan kecoak. Semua rumah mengunci pintu-jendela, takut kecoak mutan merayap masuk melalui jendela.
Zhang Yifan masuk ke lantai dua, membuka pintu dengan hati-hati. Bagaimanapun dia pernah membedah tikus di lantai dua ini, aroma darah tikus masih tersisa di dalam ruangan. Meski sebelumnya dia sudah menutup rapat semua pintu dan jendela sebelum pergi, tapi bagaimana kalau ada kecoak yang merayap naik?
Zhang Yifan tetap menyalakan lampu miner di kepalanya. Setelah membuka kunci, dia menyepak pintu hingga terbuka lebar. Rasa berdarah tidak terlalu menyengat, suhu dalam ruangan sangat dingin, noda darah sudah terbeku. Area yang disapu lampu miner tidak menunjukkan jejak kecoak. Zhang Yifan menghela napas lega lalu menutup pintu besar.
Setelah melakukan pencarian menyeluruh di dalam ruangan dan memeriksa jendela-jendela (aman), Zhang Yifan mengeluarkan penyemprot dan satu tong solar. Solar dalam tong besar itu dibuka tutupnya. Dengan menggunakan selang karet dan prinsip siphon, dia mengisi penyemprot hingga penuh dengan solar lalu memberi tekanan pada tangki.
Melalui jendela terlihat kecoak-kecoak sudah tidak berkelompok lagi. Beberapa terlihat merayap ke berbagai arah, seolah ingin pergi tapi enggan meninggalkan aroma di tanah. Kecoak yang terpecah-pecah seperti ini berbahaya.
Zhang Yifan mengeluarkan karung berisi tikus dari ruang penyimpanannya. Saat membuka karung, aroma darah menyebar. Dengan cemas dia melirik ke luar jendela - untungnya jendela kedap udara berhasil menahan bau. Memegang ekor tikus, dia menarik tiga ekor keluar sementara sisanya dikembalikan ke ruang penyimpanan. Membuka satu jendela, dengan cepat dia melemparkan tikus-tikus itu tepat menghantam sekelompok kecoak di antara dua lantai.
Posisi ini sudah dipikirkan matang-matang oleh Zhang Yifan. Karena lokasi pembakaran harus sejauh mungkin dari permukiman, kalau suhu terlalu tinggi sampai memecahkan kaca rumah orang, itu akan merugikan mereka. Maka, Zhang Yifan melemparkan tikus mati tepat di tengah-tengah antara dua lantai atas.
Mayat tiga tikus membuat populasi kecoak langsung gila-gilaan. Meski gelap sehingga orang lain tak bisa melihat jelas, Zhang Yifan bisa menyaksikan dengan jelas-jelas: Kecoak-kecoak berduyun-duyun menyerbu tikus mati dengan kecepatan yang membuat mata terbelalak. Jasad tikus langsung ditenggelamkan lautan kecoak, sementara kecoak dari belakang terus merayap naik.
Zhang Yifan berhenti mengawasi. Dia menekan saklar penyemprot untuk menyemprotkan cairan ke bawah. Saat tekanan berkurang, langsung ditambah lagi. Tiga tikus mati mana cukup untuk dikunyah ribuan kecoak? Hanya beberapa detik, kecoak yang sudah menghabiskan tikus mulai menunjukkan tren perpecahan formasi.
Zhang Yifan langsung melemparkan satu karung tikus agar mereka saling merobek dan berebut. Kecoak merayap naik-turun sambil berguling-guling, persis saat yang tepat bagi Zhang Yifan untuk menyemprotkan solar secara merata sampai benar-benar terserap.
“Satu semprotan solar tidak tahu cukup atau tidak, demi keamanan, Zhang Yifan menyemprotkan lagi satu kaleng, berhati-hati agar tidak mengenai tembok, tapi berusaha menyemprot sejauh mungkin untuk mengepung kecoak. Garis depan kecoak memanjang, kaleng solar kedua Zhang Yifan pindah ke jendela lain. Setelah dua kaleng solar habis, Zhang Yifan sudah melempar 2 kantong tikus mati, tentu tidak dilempar menjadi tumpukan tapi membentuk garis sepanjang beberapa meter. Melihat kecoak-kecoak itu terus mengunyah tanpa peduli solar yang ditumpahkan dari langit, Zhang Yifan sangat gembira. Kantong berisi tikus mati digulung, dituangi sedikit solar, dinyalakan, lalu dilempar keluar jendela tepat ke tengah kerumunan kecoak.
“Doron——” Api menjulang setinggi lebih dari 1 meter, cepat menyebar ke kedua sisi, seketika membentuk lautan api. Kecoak di lapisan teratas belum sempat bereaksi sudah ditelan kobaran api, nyala hebat mengurung kecoak dalam kepungan api.
Keributan kali ini lebih besar dari pagi tadi, api yang tiba-tiba muncul dalam kegelapan membuat penghuni beberapa lantai langsung menempel di jendela. Zhang Yifan yang membuka jendela dan menyondolkan setengah badan keluar justru tidak mencolok. Ia sedang mencari yang terlewat, tak mau saat nanti turun mengumpulkan Kristal Inti tiba-tiba digigit kecoak sisa, sekadar kaget pun sudah rugi.
Zhang Yifan mengaktifkan status penguncian, menyapu pandang perlahan antara dua gedung termasuk tembok tak ada yang terlewat, terutama pintu elektronik rumahnya sendiri yang diperiksa paling teliti.
Setelah memastikan tidak ada makhluk hidup di luar api, Zhang Yifan memusatkan perhatiannya pada bagian dalam nyala api. Di pusat kobaran Api, kecoak-kecoak menggelepar dalam kepanikan, saling menginjak-injak dengan tubuh terbakar, sebelum akhirnya tak bergerak lagi. Mayat kecoak yang terbakar menumpuk tebal, lemak tubuh mereka semakin memicu amukan si jago merah.
Dua kali kecerobohan saat keluar membuat Zhang Yifan ekstra waspada. Di balik timbunan mayat kecoak yang tebal, mungkinkah ada yang lolos hari ini? Ia teringat beberapa batang besi yang ditinggalkannya. "Ah, perhitunganku masih kurang matang," gumamnya sambil menyadari betapa persediaan di ruang pemanfaatan masih banyak kekurangan. Setelah menutup jendela, Zhang Yifan turun beberapa anak tangga dan membuka pintu.
Pintu masuk unit 102 dan tangga naik ke lantai atas terkurung dalam ruang beton bertulang. Kemunculan mendadak Zhang Yifan dari pintu ini membuat penghuni kamar terkejut.
Orang tua dan Yiping sedang mengintip dari lubang pengintaian. Melihat Yifan masuk dengan perlengkapan lengkap dari luar, mereka langsung tersadar. "Yifan, keributan di luar tadi pasti ulahanmu."
Zhang Yifan yang sudah berganti sandal di depan pintu buru-buru menjawab: "Iya, nanti saja penjelasannya." Ia masuk ke unit 103 untuk mengambil sebatang besi, lalu kembali. Yang Yang dan Dong Zhipeng yang mendengar suara bergegas menyusul. Ayah menghadangnya: "Mau keluar lagi? Ada urusan apa?"
"Aku tahu batasnya," Zhang Yifan hanya berhenti sebentar, lalu berpaling ke Yang Yang: "Kalians tidak perlu ikut. Tugasmu cuma jaga pintu ini." Setelah ragu sejenak, ia menambahkan: "Atau... salah satu dari kalian bisa membukakan pintu elektronik luar untukku."
Yang Yang melihat api besar di luar, efek mabuknya sudah hilang, buru-buru berkata: "Tunggu sebentar, aku akan pakai pakaian luar dulu."
Zhang Yifan meliriknya, memperhatikan Yang Yang tidak terlihat mabuk meski sudah minum cukup banyak dan agak bersemangat, tetap merasa khawatir. Yiping membuka mulut: "Aku yang pergi."
"Tidak boleh," Yifan menolak tegas: "Kamu tetap bersama ayah ibu. Aku akan keluar dulu."
Tidak menunggu Yang Yang, Zhang Yifan khawatir api di luar padam, mendorong pintu langsung keluar. Pintu elektronik terasa hangat oleh panas api, nyala api di luar sudah jauh lebih redup. Zhang Yifan menuangkan solar dari botol air mineral di teras, memutar tutupnya. Karena penundaan ini, Yang Yang juga keluar membuka pintu.
Zhang Yifan menyapu pandang sekeliling, memastikan tidak ada makhluk hidup di depan pintu elektronik, membuka pintu sambil berkata: "Kamu tutup pintu dari dalam, baru buka saat kupanggil." Ia menjabat besi baja sambil keluar.
Berdiri 3 meter dari nyala api yang semakin melemah, udara panas masih terasa menyengat wajah. Visinya silau oleh cahaya api, membuat Zhang Yifan tidak nyaman karena radius pengamatan menyempit dan refleks melambat. Zhang Yifan menyipitkan mata, memegang besi baja seperti tongkat pemadam, perlahan mendorong ke area dengan mayat kecoak paling padat.
Seperti membakar api, Zhang Yifan memastikan kepala besi baja sudah terbakar, baru perlahan membuka tumpukan kecoak. Kecoak yang hangus disingkirkan, nyala api sedikit membesar. Udara dipenuhi aroma daging panggang, tentu saja aroma gosong. Zhang Yifan terus-menerus menggerakkan besi baja, tak peduli betapa tindakannya terlihat konyol di mata orang di lantai atas.
