Pertarungan melawan kecoak mutasi kali ini adalah yang paling memuaskan bagi Zhang Yifan, hasilnya tetap satu arah dimana kecoak benar-benar ditindas. Tanpa kekhawatiran, tanpa kecemasan. Setelah memastikan tak ada kecoak yang lolos, Zhang Yifan melihat abu di mana-mana terdapat Kristal Inti kecil yang berkilau merah.
Sekop, ada yang siap di rumah. Rumah yang baru direnovasi pasti memiliki sekop. Kantong beras kosong juga tidak kurang. Tiga bersaudara Yang yang sudah kenyang muncul lagi. Entah itu abu kecoak atau abu gunung berapi di tanah, semuanya langsung dimasukkan ke kantong. Sekop diayunkan dengan penuh tenaga, kantong yang sudah terisi langsung diantar ke lantai 2.
Zhang Yifan tetap bertanggung jawab mengawasi. Sambil berjaga, dia mencabut pisau terbang yang menancap di tanah. Saat membersihkan medan perang tikus mutasi sebelumnya datang kecoak, kali ini saat membersihkan medan perang kecoak jangan sampai ada sesuatu yang datang lagi.
Laki-laki di lantai empat seberang berlari turun ingin membantu, diusir pergi oleh Yang Yang. Beberapa orang tidak hanya mengumpulkan semua abu, tapi juga menaruh dua kerangka yang digigit tikus di ruang penjaga pintu gerbang. Akhirnya Zhang Yifan memungut satu per satu Kristal Inti sebesar ujung jarum merah yang berceceran di tanah.
Seluruh proses berjalan lancar. Zhang Yifan di lantai dua menatap belasan karung jasad kecoak hangus terbakar sambil tersenyum bahagia. Kali ini bukan hanya tiga bersaudara Yang yang naik memungut Kristal Inti, Dong Zhipeng, Yang Baisong dan Yang Haotian juga dikirim. Masing-masing membawa mangkuk kecil, lalu Zhang Yifan memungut sisa-sisa sekali lagi.
Para pria ini sudah kebal dengan jasad tikus dan kecoak. Sambil memungut mereka menganalisis.
"Ayah, titik-titik merah kecil ini keras dan cantik. Cuma kecil, kira-kira setara kekerasan berlian nggak?" Tanya Yang Haotian sambil memilah.
"Barang-barang ini lebih baik disimpan tantemu. Siapa tahu ada masalah radiasi atau sejenisnya. Jangan cuma mikirin cantiknya saja." Peringat Yang Yang.
"MP sama sekali nggak ada. Gigi kecoak ini terlalu keras, bisa mengunyah apa saja." Gerutu Yang Yang.
"Ada juga yang tidak bisa mereka kunyah. Lihatlah gigi tikus ini tertinggal." Yang Yong mengangkat benda hangus terbakar sambil mengamati: "Ini tidak berguna dimakan, atau memang tidak bisa dikunyah?"
"Gigi tikus?" Ulang Yang Zhi. "Hei, bisa nggak gigi tikus ini dijadikan pisau terbang?"
“Lihat, lihat, yang ini panjangnya setengah inci dan runcing,” Yang Baisong mengambil benda mirip gigi tikus, menggoreskannya ke tanah. Bunyi menusuk telinga terdengar saat gigi tikus bersentuhan dengan tanah, ia berkata terkejut: “Keras sekali, benda ini sangat keras.”
Yifan tersentak, jika gigi tikus ini bisa dijadikan pisau terbang, itu akan menjadi keuntungan besar baginya. Dengan buru-buru ia mencari gigi lain, ujungnya agak runcing sementara pangkalnya rata, terasa berat di genggaman—pasti benda padat.
“Simpan ini, kurasa bisa kugunakan.” Zhang Yifan bergumam pelan.
Gerakan semua orang kali ini jelas lebih cepat. Gigi jauh lebih besar daripada kristal inti, sangat mudah ditemukan. Mereka mengumpulkan dengan semangat, bahkan menginjak-injak abu berulang kali, mengambil semua yang terasa keras untuk diperiksa.
Yang paling gembira tetap Zhang Yifan. Tak hanya mendapat banyak kristal inti merah, ia juga punya pengganti pisau terbang. Setelah turun ke lantai dua, ia menumpuk abu di sudut ruangan sambil membayangkan dua karung tikus mati di ruang pemanfaatannya—masih bisa diambil ratusan gigi tikus, membuatnya bersemangat.
Ibu-ibu telah menyiapkan makan malam. Ayah dan ibu yang makan siang terlambat hanya minum susu di malam hari. Anak-anak juga sudah makan lebih awal. Para pria yang minum anggur siang tadi tidak banyak makan nasi, setelah bekerja keras, perut mereka sudah lapar.
Zhang Yifan buru-buru menyantap dua suap nasi lalu meletakkan mangkuk. Kristal Inti belum dibersihkan, masih ada gigi tikus.
Sejujurnya, dua kakak ipar dan keponakan perempuan sama sekali tidak bisa dicela dalam hal bekerja. Mendengar Zhang Yifan akan membersihkan Kristal Inti dan gigi tikus, mereka langsung menyantap beberapa suap nasi dan berhasil mencegah Zhang Yifan ikut bertindak.
Ketiganya dengan teliti membersihkan Kristal Inti. Zhang Yifan merendamnya sebentar dengan desinfektan lalu mengangkatnya. Gigi tikus lebih mudah dibersihkan - abu hitam hasil pembakaran langsung hilang saat dibilas. Akhirnya juga direndam desinfektan. Kini di tangan Zhang Yifan terkumpul semangkuk penuh Kristal Inti merah dan lebih dari 400 gigi tikus.
Sudah pukul 20.00. Zhang Yifan yang sibuk seharian sama sekali tidak ngantuk. Yang Yang dan yang lain masih asyik mengobrol. Yiping sudah kembali ke kamarnya. Yifan pamit dan masuk ke kamar sendiri.
Memutar-mutar Kristal Inti merah ini, sepertinya mereka tidak mau menyatu. Zhang Yifan mengambil satu butir dan memasukkannya ke ruang pemanfaatan. Tanpa proses penyerapan yang diharapkan, kristal itu jatuh ke tanah dengan diam.
Hah, ruang pemanfaatan menolak Kristal Inti merah. Zhang Yifan mengeluarkan kristal itu dan melemparkannya kembali ke mangkuk. Kristal merah mustahil tidak berguna. Mereka begitu aneh bisa bersatu. Lebih baik menaruh kristal-kristal ini di tempat terpisah, jangan sampai menyatu jadi satu gumpalan besar.
Zhang Yifan turun dari tempat tidur dan mencari set gelas di luar, menuangkan sedikit ke dasar setiap gelas, menaruhnya di meja sisi tempat tidur, sisa minuman dimasukkan ke dalam botol kaleng lalu disimpan di ruang pemanfaatan.
Karena ruang pemanfaatan menyukai kristal biru, semua diberikan padanya. Zhang Yifan mengeluarkan sekitar 30 butir kristal, memasukkan dua butir demi dua butir.
Sampai tangannya kosong, dia berhenti dengan enggan. Ruang ini benar-benar lubang tanpa dasar.
Yang Yang belum kembali. Zhang Yifan merebahkan diri di tempat tidur, tiba-tiba merasa sangat lelah, menarik selimut dan tertidur lelap.
Zhang Yifan terbangun tiba-tiba. Segalanya sunyi senyap kecuali napas berat Yang Yang yang tidur di sampingnya. Jam dinding menunjukkan pukul 12 tepat.
Zhang Yifan yakin dirinya terbangun karena sesuatu. Memakai mantel dan turun dari tempat tidur, membuka pintu perlahan. Pintu-jendela dalam kondisi baik, lubang pengamatan tak menunjukkan keanehan. Mendengarkan di luar kamar orang tua yang sedang tidur, lalu memeriksa anak yang terlelap dalam selimut. Setelah berkeliling tanpa menemukan masalah, dia kembali ke kamar.
Yang Yang berguling sambil bergumam sesuatu. Zhang Yifan menyelimutkannya lagi lalu berbaring. Mungkin dirinya terlalu paranoid.
"Ah..." Sebuah helaan napas tiba-tiba muncul di benaknya.
Tubuh Zhang Yifan yang sedang berbaring langsung kaku. Helaan napas itu... suara tua yang lama tak terdengar!
"Tidak, bukan erangan itu. Meski suaranya sama-sama tua, tapi jelas bukan dari orang yang sama."
"Kenapa, tidak mau masuk untuk mengobrol?" Suara itu kembali terdengar di benaknya.
"Masuk? Ke mana?" Zhang Yifan tertegun, merasa kesadarannya hampir berhenti bekerja.
"Ah, kenapa memilihmu?" Zhang Yifan merasa otaknya hang. Apa maksudnya memilih aku? Tiba-tiba, ia teringat ruang pemanfaatan - apakah ruang itu yang memilihku?
"Tidak terlalu konyol rupanya?" Suara itu mengejek, "Masih belum mau masuk?"
Begitu kesadarannya memasuki ruang, Zhang Yifan terpaku. Ruang ini masih sama? Ia menjadi sangat luas dan tinggi, sebesar stadion. Di sudutnya, tumpukan barang-barangnya terlihat tak berarti. Mobil off-road tampak seperti mainan. Ha, ternyata Kristal Inti yang dimakan ruang ini tidak sia-sia.
Kesadaran Zhang Yifan berlari-lari di ruang itu, mencoba meraih dinding yang terlihat dekat, namun tak bisa menempel sama sekali.
Ada apa? Zhang Yifan mulai bingung, menyadari kesadarannya perlahan turun. Di sekelilingnya, bayangan mulai mengkristal - sebuah wujud dirinya di dalam ruang.
Aku? Bagaimana bisa aku di sini? Dengan teringat sesuatu, ia menarik diri dari ruang. Tubuh fisiknya masih terbaring di tempat tidur. Sekali lagi ia fokus, dan versi identik Zhang Yifan muncul di ruang itu, masih mengenakan piyama dengan kaki telanjang.
Rupanya aku bisa hadir secara fisik di ruang ini, meski tubuh asli tetap di luar.
Penasaran, Zhang Yifan menginjak-injak tanah di ruang itu. Tidak keras, tidak lunak, tidak dingin, juga tidak panas.
“Tidakkah kamu penasaran siapa yang sedang berbicara denganmu?” Sebuah bayangan perlahan mengkristal di hadapannya, sosok pria dengan setelan jas hitam, kemeja putih bersih, mata yang dalam, alis tebal bagai pedang, dan wajah yang memancarkan aura heroik. Bukankah ini Xu Wenqiang dari Shanghai Beach?
“Kamu...” Zhang Yifan teriak tak terkendali.
“Bukankah ini citra standar idol kalian? Apa, kamu tidak suka?” Xu Wenqiang di seberang membuka topik, lalu bayangannya perlahan memudar. Tak lama kemudian, sosok baru mengkristal: jubah hitam, topi, rongga mata cekung, hidung mancung, bibir tipis, dagu tegas, dengan sebilah pedang Barat di tangan.
“Zorro!” Zhang Yifan berteriak keras.
“Apakah penampilan ini yang kamu suka, atau...” Bayangan Zorro mulai memudar lagi.
“Berhenti, berhenti, berhenti!” Zhang Yifan buru-buru melakukan interupsi, jangan sampai muncul Superman berikutnya. Ternyata, seiring berhentinya suara Zhang Yifan, Superman dengan celana dalam di luar terbang dengan jubah merah muncul di hadapannya.
“Bagaimana dengan yang ini?” Superman bertanya dengan kesombongan.
“Lebih baik kamu kembali ke bentuk Xu Wenqiang.” Zhang Yifan benar-benar tidak tahan melihat Superman yang sombong di depannya, citra Superman benar-benar hancur olehnya.
