“Baiklah,” Yifan melanjutkan, “Saat memasuki kompleks vila, kecepatan perlu turun ke 40 km/jam. Kita pilih bangunan berlantai empat seperti yang Kakak lihat, fleksibilitas pemilihan lantai lebih besar. Waktu turun mobil sampai membuka kunci pintu sekitar 20 detik. Tapi tidak ada yang bisa menjamin tidak ada tikus di dalam, jadi perlu setidaknya setengah menit untuk memastikan keamanan gedung.”
“Yang Yang melanjutkan: "Waktu hampir 1 menit, cukup untuk menarik tikus-tikus di sekitar. Tanggal 6 Imlek, dua orang itu bahkan tidak sempat keluar dari gerbang perumahan."
“Kalau begitu... Yifan, bisa tidak kamu buat lingkaran api di sekitar mobil dan pintu untuk menghalangi tikus?” usul Yiping.
“Bisa. Menuangkan bensin melingkar, Yang Yang bisa mengerjakannya.” kata Yifan sementara Yang Yang mengangguk setuju.
Yiping menambahkan: “Kita buruan mengemudi, sampai lokasi Yang Yang buat lingkaran api, Yifan buka pintu. Bagaimana?”
“Masih ada masalah: berapa banyak tikus yang akan datang? Jika terlalu banyak, apakah senjata cukup? Dan untuk kecoak berikutnya, tetap pakai bakar?” Yang Yang menatap Zhang Yifan.
Yiping heran melihat Yang Yang, lalu berkata ke Yifan: “Pertimbangan Yang Yang benar. Yifan, sekarang kamu adalah jagoan perang utama kita. Kemampuanmu belum jelas bagi kami, mungkin bahkan bagi dirimu sendiri. Jadi kita harus pertimbangkan baik-baik masalah yang diajukan Yang Yang. Yifan, kamu harus lebih matang, keselamatan kita sepenuhnya di tanganmu.”
Wajah Yifan memerah. Dia hanya berpikir bisa langsung membunuh tikus begitu keluar, sama sekali tidak mempertimbangkan hal-hal ini. Pertanyaan Yang Yang membuatnya sadar telah meremehkan situasi.
Melihat wajah Yifan yang merah penuh penyesalan, Yiping buru-buru menambahkan: “Wajar jika Yifan tidak terpikir. Perempuan berpendidikan seperti dia, kapan pernah memikirkan hal-hal berbau pertempuran? Mari kita berdiskusi lagi, identifikasi semua masalah. Kali ini kita harus benar-benar aman.”
Beberapa orang mengeluarkan kertas dan pulpen, membuat daftar masalah yang mungkin muncul satu per satu, lalu mendiskusikan solusinya. Pagi hari pun berlalu dengan cepat.
Setelah menyepakati strategi, mereka semua mulai bersemangat dan tak sabar untuk segera berangkat. Yifan berdiri pertama kali: "Makan siang akan siap dalam 10 menit lagi. Setelah makan kita langsung pergi. Aku mau menjenguk orang tua sebentar. Yang Yang, ikut tidak?"
Yang Yang menggelengkan kepala: "Aku mau istirahat dulu di kamar beberapa menit."
Melihat Yang Yang keluar, Yifan berkata pada Yiping: "Kak, ayo kita temui orang tua sebentar."
Keduanya turun tangga tapi tidak masuk ke kamar orang tua. Zhang Yifan membuka pintu gudang, mengangkat tangan menyimpan semua barang di gudang ke dalam ruang pemanfaatan. Sambil berdiri di pintu, ia melirik sekeliling lalu berbisik: "Aku masih ragu dengan kakak-kakak kelas Yang Yang. Jika kita berempat pergi semua, hanya tinggal orang tua dan anak-anak di rumah. Bagaimana jika mereka punya ide jahat?"
Yiping mengangkat alis heran: "Sejauh itu juga? Apa mereka sampai segitunya?"
"Pertahanan harus tetap dijaga." Yifan memandang sekeliling: "Kurasa setiap kali kita bertiga yang pergi, sisanya harus mengunci pintu dari dalam dan mengaktifkan sistem pengaman. Juga, pintu lantai 102 sampai 103 harus dikunci permanen. Nanti malam aku akan menyiapkan dua walkie-talkie khusus untuk komunikasi saat pulang."
Yiping ragu-ragu: "Apa Yang Yang tidak marah? Tadi ekspresinya sangat tidak enak setelah mendengar ucapan Zhipeng."
Yifan mengerutkan kening, satu tangan memegang pintu, tangan lain mengusap orbit matanya: "Aku akan bicara dengannya malam ini. Bagaimanapun, kita harus selalu hati-hati. Kamu beri tahu ayah, ibu, dan ipar."
Setelah jeda, dia melanjutkan: "Aku juga merasa kekhawatiranku berlebihan. Mereka kan kakak kandung Yang Yang, seharusnya tidak akan berbuat jahat pada kita. Persediaan makanan mereka juga sedikit, mungkin tidak punya niat buruk."
"Baik, kamu istirahat dulu. Aku akan bicara dengan orang tua."
Zhang Yifan kembali ke kamar tidurnya. Melihat Yang Yang berbaring di tempat tidur dengan kedua tangan di belakang kepala, masih terjaga, dia berjalan memutar ke sisi lain tempat tidur lalu duduk: "Apa kata Kakak?"
Yang Yang diam. Zhang Yifan tidak terburu-buru, menyandarkan bantal di punggung dan mencari posisi nyaman. Akhirnya Yang Yang bicara: "Protes mereka bikin marah - bahkan menurutku keterlaluan. Lebih baik jangan ditanya."
Zhang Yifan sedikit membalikkan badan: "Yang, menurutmu kenapa Kakak berpikir begitu? Bukankah kita sudah berusaha maksimal?"
Yang Yang menjawab: "Ini bukan soal usaha kita. Yifan, kurasa mereka merasa tidak aman. Mungkin takut suatu hari kita tinggalkan atau eksploitasi mereka. Mereka terbiasa cinta uang. Begitu dengar Kristal Inti mungkin jadi mata uang, langsung tergiur. Mereka tidak peduli seberapa keras bekerja, yang penting uang."
Dalam kegelapan, Yifan melihat kening Yang Yang berkerut. Setelah mengamati sebentar, dia bertanya: "Menurutmu, kalau kita tidak beri Kristal Inti, apakah mereka akan kecewa?"
“Tentu saja bisa senang, aku juga bingung bagaimana memberitahu mereka.”
“Nah, Yang Yang, aku mau bilang sesuatu jangan kamu marah ya.”
Yang Yang tidak bersuara. Zhang Yifan mendorong-dorong Yang Yang: “Katakanlah.”
Yang Yang heran bertanya: “Mengatakan apa?”
“Mengatakan kamu tidak akan marah.”
Yang Yang kesal mengganti pose, memberikan punggungnya kepada Zhang Yifan.
Melihat ini, Zhang Yifan menelan topik tentang mengunci pintu yang ingin diucapkan, menatap punggung Yang Yang dengan perasaan tidak nyaman di hati. Sudahlah, lebih baik tidak usah dibicarakan, nanti malam ingat sendiri untuk mengunci pintu.
Saat makan siang, suasana agak kaku. Selain istri kakak tertua dan istri adik yang sibuk mengurus makanan, orang tua Yifan tersenyum ramah menanggapi, yang lain diam saja. Dari sudut matanya, Yifan beberapa kali melihat Yang Zhi memberi kode mata ke Yang Yang, tapi Yang Yang tetap membisu sambil makan. Dalam hati Zhang Yifan geli, tapi pura-pura tidak melihat dan makan dengan lahap.
Makanan cepat habis. Keluarga Zhang mengangguk-angguk lalu kembali melalui ruang bawah tanah. Zhang Yifan dan Yang Yang berjalan paling belakang. Sebelum turun, Yang Yang menoleh ke Yang Zhi: “Siang ini aku dan Yifan akan keluar dulu, bicara lagi setelah kembali.” Tanpa menunggu jawaban, langsung turun tangga. Yifan menunggu sampai Yang Yang masuk ke ruang 103, lalu mengunci pintu dari dalam. Yang Yang melihat Yifan mengunci dengan sistem pengaman, tapi hanya melirik tanpa bicara.
Beberapa orang telah memutuskan untuk keluar, secara natural mereka langsung memakai pakaian setelah kembali ke kamar. Dong Zhipeng sudah mengunci pintu dari dalam. Orang tua Yifan membawa dua anak juga berdiri di pintu, terlihat gugup.
Yifan tersenyum kepada orang tuanya: "Hanya berputar sebentar di sekitar, tidak apa-apa. Selama ada aku, ayah ibu tak perlu khawatir."
Ayah berkata dengan serius: "Hati-hati dan pulang cepat."
Mata mama sedikit memerah, memegang tangan Yiping sambil berkata pada Yifan: "Harus sangat berhati-hati, jangan nekat. Jika tidak memungkinkan segera kembali." Kemudian menoleh ke Yang Yang: "Kamu juga harus hati-hati, jangan mengambil risiko."
Yifan tersenyum: "Tenang saja, Ma. Kami pasti kembali sebelum makan malam. Dan Kakak Ipar, jangan buka pintu kecuali kami yang mengetuk. Mungkin setelah kami pergi akan ada yang mengetuk dan mengaku kami dalam masalah, jangan dipercaya."
"Hmm, paham," jawab Dong Zhipeng. Yifang berjalan di depan, Yiping di belakang, mereka keluar secara berurutan.
Yifan pertama kali melewati pintu elektronik, menarik napas dalam-dalam. Bau belerang yang samar terasa sangat familiar sekarang. Rasanya menyenangkan bisa keluar dari gerbang utama.
